BPBD Jawa Timur Sinkronkan Penanganan Erupsi Gunung Raung

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto, bersama Kepala Bakorwil V Jember R.Tjahjo Widodo, Kapolres Jember AKBP Arief Rahman Arifin dan Dandim 0824 Jember Letkol Inf. La Ode Nurdin usai Sosialisasi Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana Erupsi Gunung Raung, di aula Sroedji Bakorwil V Jember, Senin (22/2)

Jember, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim sinergikan tiga kabupaten dalam menanggulangi dampak erupsi Gunung Raung, di aula Sroedji Bakorwil V Jember, Selasa (22/2). Ketiga kabupaten tersebut yakni Kabupaten Jember, Bondowoso dan Banyuwangi.

Plt Kalaksa BPBD Jatim Yanuar Rachmadi yang diwakili Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto SE, M.PSDM mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah upaya mitigasi guna mengantisipasi erupsi Gunung Raung.

” Beberapa hari terakhir ini, Gunung Raung sudah mengeluarkan gejala-gejala yang berdampak pada pengoperasian dan penerbangan bandara Banyuwangi dan masyarakat yang terdampak erupsi salah satu gunung merapi di wilayah Jawa Timur bagian timur ini,” ungkap Gatot usai Sosialisasi Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana Erupsi Gunung Raung kemarin.

Dengan melibatkan jajaran TNI, Polisi, BPBD dan OPD ketiga Kabupaten ini, kata Gatot diharapkan ada singkronisasi di lapangan jika terjadi erupsi.” Kita harus tahu kita berbuat apa, keterlibatan masing-masing OPD, TNI, Polri dan kewenangan Pemda seperti apa. Ini merupakan upaya pentahelik agar kita bisa bersinergi. Jika terjadi (erupsi), masyarakat bisa teratasi dan meminimalisir dampak baik jiwa maupun materiil. Apalagi saat ini masih terjadi bencana pandemi covid 19, jangan sampai segala sesuatunya telah dipersiapkan dalam menanggulangi bencana erupsi, justru covidnya menyebar kemana-mana. Oleh karena itu, disaat proses evakuasi maupun disaat ada di pengungsian, masyarakat tetap memperhatikan protokol kesehatan,” harapnya.

Rakor ini secara simbolis dibuka Kepala Bakorwil Jember R. Tjahjo Widodo SH, M.Hum dan dihadiri Komisi E DPRD Jatim Umi Zahro, Kapolres Jember AKBP Arief Rahman Arifin, Dandim 0824 Jember Letkol Inf. La Ode M.Nurdin, Kabag Ops Polres Banyuwangi Kompol Agung Setiabudi, Kepala Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Raung Mukijo, Tenaga Ahli Univ. Jember, Dr Ir Gusfan Halik, Kelompok Riset Mitigasi Bencana Hidrometeorologi, Geologi, dan Perubahan Iklim Firman Sauqidan, serta Kasi KL BPBD Jember, Heru Widagdo.

Kepala Bakorwil V Jember R.Tjahjo Widodo dalam arahannya mengatakan, di Jawa Timur dikelilingi 7 gunung merapi aktif, tiga diantaranya berada di wilayah Bakorwil V Jember. Yakni Gunung Bromo, Semeru dan Gunung Raung .” Gunung Raung berada diperbatasan Banyuwangi, Jember dan Bondowoso dengan ketinggian 3.332 mdpl. Gunung ini memiliki kaldera dengan kedalaman 500 m dan selalu berasap dan menyemburkan api. Sehingga dibutuhkan upaya dalam meminimalisir dampak jika erupsi terjadi,” katanya.

Oleh sebab itu, Tjahjo berharap dalam rakor ini diharapkan terjalin sinergitas instansi terkait dalam rangka kesiapsiagaan daerah terhadap ancaman letusan Gunung Raung.” Rakor ini salah satu upaya antisipasi pra bencana dan dilakukan pada kondisi normal. Sehingga pemerintah daerah dan masyarakat siap dalam menghadapi kondisi darurat (bencana),” harapnya.

Sementara, Anggota Komisi E DPRD Jember Umi Zahro mengatakan, bahwa Jawa Timur rentan dengan bencana, baik bencana alam banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, letusan gunung merapi. Sehingga dibutuhkan anggaran lebih dalam mengantisipasi bencana,” Khususnya anggaran untuk peralatan yang mengurangi potensi bencana, responsif bencana dan penanganan pasca bencana. Ini dibutuhkan anggaran yang besar, jika anggaran APBD Jatim tidak mampu, nanti kita komunikasikan dengan pusat. Nanti kita rapatkan dengan komisi C terkait anggaran,” kata Umi Zahro anggota DPRD Jatim dari PKB Dapil Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi kemarin.

Selain itu, Umi Zahro berharap agar segala bentuk pelatihan atau mitigasi kebencanaan kepada masyarakat sesuai standar dan bersertifikat.” Seperti di NU ada Anshor, mereka bisa dilibatkan dalam pelatihan kebencanaan dan bersertifikat. Sehingga mereka tangguh dan terlatih dalam setiap menghadapi bencana. Baik pra bencana, setelah terjadi bencana dan paska bencana,” pintanya.(efi)

Tags: