Bromo Dipadati Wisatawan Domestik Libur Nyepi

Wisata Gunung Bromo di Probolinggo, dipadati wisatawan domestik.

Wisata Gunung Bromo di Probolinggo, dipadati wisatawan domestik.

Probolinggo, Bhirawa
Musim liburan Nyepi 1937 seperti tahun 2015 ini, wisata Gunung Bromo di Probolinggo. Wisatawan domestik memadatinya, pengunjung berdatangan, mulai Sabtu hingga Minggu siang, bahkan sampai berita ini diturunkan pengunjung masih banyak di hotel dan penginapan yang ada di wilayah Sukapura.
Menurut Heri Susanto, petugas kehutanan TNBTS Bromo, Selasa (24/3), dirinya meyakini selama perayaan hari Nyepi Hindu masyarakat Tengger, keberadaan pengunjung tidak akan pudar, malah bertambah. Selama dua tiga hari ini peningkatan wisatawan saat liburan nyepi, per harinya sekitar 50 persen.
Sejak liburan hari raya nyepi selama dua hari ini Gunung Bromo, mengalami peningkatan hampir 50 persen. Biasanya pengunjung hanya 500 orang per hari, namun saat ini mencapai lebih seribu orang. “Namun kami terus mengimbau kepada wisatawan agar lebih berhati-hati radius 1 kilometer, ketika di puncak Gunung Bromo yang selalu mengeluarkan debu vulkanik,” kata Heri.
Pemerintah daerah kabupaten Probolinggo terus melakukan pembenahan terhadap obyek wisata G Bromo ini, salah satunya Rest Area di Dusun Krajan Desa Ngadisari, kondisinya memang sangat memprihantikan. Tidak ada fasilitas tersedia layaknya sebuah tempat peristirahatan untuk para wisatawan. Tak ayal, loaksi ini terlihat sepi.
Tahun 2015 ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat berencana meramaikan rest area itu. “Salah satu cara untuk meramaikan rest area itu dengan menempatkan loket masuk pada rest area tersebut,” kata kepala Disbudpar, Anung Widiarto, Selasa (24/3).
Saat ini, loket itu ada di Dusun Cemoro Lawang atau persis di pintu masuk menuju lautan pasir Gunung Bromo. Persetujuan bupati sudah turun. Tinggal persiapan saja. Rencananya, pada awal Juni nanti, rencana itu bakal teralisasi. Dengan dipindahnya loket pintu masuk itu, maka pengnjung bisa istirahat sejenak sebelum menuju ke Cemero Lawang yang merupakan lautan pasir.
Sayangnya, loket pintu masuk itu sendiri tidak bersamaan dengan loket yang dikelola Taman Nasional Bromo Tengger (TNBTS). Selama ini, pemkab Probolinggo berada di dalam satu loket yang ada di Cemorolawang. Dengan adanya rencana perpindahan loket, maka akan ada dua loket. Pertama loket retribusi yang dikelola Pemkab Probolinggo dan loket yang khusus dikelola TNBTS.
Terkait dengan adanya dua loket itu, Anung mengklaim tidak akan menggangu jumlah kunjungan. Sebab, hal yang demikian itu sudah pernah dilakukan pada tahun 2013 lalu. Pada saat itu pernah kami lakukan. “Dengan alasan efisiensi dan agar lebih baik pengawasannya, jadi dijadikan satu loket,” ujarnya.
Dengan dipindahkannya loket itu, kini Disbudpar sudah punya cara khawatir ada retribusi bocor. Salah satu caranya, dengan mengecek jumlah karcis keluar di loket TNBTS dengan loket yang dikelola Pemkab Probolinggo. Kalau jumlahnya tidak klop. “Maka dimungkinkan ada kebocoran. Apalagi, setiap hari karcis yang keluar harus terdata dan disetor ke kasda,” tambahnya. [wap]

Tags: