Buka Pemahaman Warga, Ajak ‘Tanam’ Air Hujan

Komunitas Sekolah Sungai Berantas Amik Purdinata memberikan edukasi mengenai cara kerja panen air yang dinamakan elektrolisis air.

KKN-PPM Universitas Dr Soetomo Surabaya

Sidoarjo, Bhirawa
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Dr. Soetomo Surabaya (Unitomo) disambut antusias dan respon positif dari warga. Pasalnya kegiatan yang merupakan bentuk kepedulian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo dan Pusat Study Bencana dan Lingkungan (PSBL) Unitomo ini berhasil membuka pemahaman warga terhadap pemanfaatan air Hujan.
Kemarin (7/1), peserta KKN-PPM Unitomo mengadakan pelatihan dan sosialisasi mengenai pentingnya pemanfaatan potensi dari air hujan. Acara ini dihadiri sekitar 100 peserta, baik dari jajaran perangkat kecamatan, perangkat desa maupun mahasiswa KKN-PPM Unitomo.
“Hal yang kita terapkan disini adalah yang bermanfaat untuk masyarakat” ungkap Koordinator Desa, Sarmi Tandibua.
Lebih lanjut, mahasiswa semester V administrasi negara ini menuturkan bahwa program yang mereka canangkan diklaim sebagai program yang berhasil. Mengingat antusias warga terhadap program-program yang mereka gaungkan mendapat respon positif untuk menindak lanjutinya.
Meskipun mendapatkan respon positif dari warga, bukan berarti program-program mereka tidak ada kendala dalam penerapannya. Misalnya, dalam penanaman biopori sedalam satu meter di lima belas titik, mereka menemui kedala di mana hampir semua jalanan sudah teraspal.
Dari total penanaman biopori yaitu lima belas biopori yang ditanam, saat ini hanya empat yang bisa tertanam.
“Minggu depan kita masih lanjut memasang lima biopori yang belum terpasang” ujar mahasiswa administrasi negara ini.
Lebih lanjut, minggu depan mahasiswa KKN-PPM akan melakukan penanaman air hujan di lingkungan balai serbaguna.
Menurutnya kegiatan KKN-PPM ini merupakan program pelatihan yang mengajak masyarakat luas khususnya warga Bungurasih untuk membentuk relawan cepat tanggap terhadap kondisi bencana alam. Sebelumnya, Unitomo juga sudah melakukan kegiatan simulasi banjir terhadap warga Bungurasih.
Dalam kesempatan ini, KKN-PPM Unitomo tidak hanya memberikan pelatihan panen air hujan, melainkan juga memberikan hibah peralatan Elektrolisis Air untuk hujan.
“Kedepannya hibah peralatan diharapkan ada keberlanjutan, karena ada indikasi untuk membentuk desa binaan,” ujar ketua LPPM Unitomo.
Mariah Ulfa warga desa Bungurasih mengungkapkan bahwa dia dan warga sekitar antusias dalam kegiatan pelatihan dan sosialisasi ini.
“Mudah-mudahan edukasi ini berlanjut, dan penerapan panen airnya bisa di berlangsungkan di setiap RT kedepanya” ungkap kepala Dusun Bungurasih.
KKN-PPM ini sudah berjalan dari pertengahan desember yang lalu. Rencananya kegiatan ini akan selesai pertengahan januari ini. Dalam pembuatan alat elektrolisis air, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 3 juta.

Hendro Wardono

Akan Jadi Pilot Project untuk Daerah Lain
Pelatihan dan sosialisasi warga akan tanggap bencana terlebih mengenai potensi pemanfaatn air hujan akan terus dilakukan bersama BPBD Sidoarjo.
Menurut Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Parwito, kegiatan ini merupakan kegiatan keberlanjutan kerjasama dengan Unitomo. Setelah sebelumnya mereka bekerja sama dalam kegiatan yang sama yaitu pembentukan desa tanggap bencana.
“Kegiatan ini, bisa menjadi contoh projek daerah lain” ujar Dwijo Prawito kepada Bhirawa, kemarin (7/1).
Lebih lanjut dia berharap, bahwa kegiatan ini tidak hanya diterapkan di Bungurasih saja, melainkan untuk dikembangkan ke daerah lain, seperti daerah-daerah yang rawan banjir. Selain itu, sosialisasi akan terus dilakukan guna memberikan edukasi ke masyarakat luas khususnya daerah-daerah yang terkena dampak banjir.
Program BPBD dengan PSBL sendiri sudah di jalankan beberapa bulan yang lalu dan dimotori langsung oleh PSBL Unitomo. PSBL merupakan komunitas dari para ilmuwan, dosen, dan staf Unitomo yang bergerak di bidang kebencanaan. Baik dari bidang ilmu sosial maupun non-sosial.
“Kami bekerjasama dengan BPBD Sidoarjo untuk mengembangkan skema desa tangguh bencana, yang dilanjutkan dengan KKN tematik agar program yang sebelumnya, ada keberlanjutan” ujar Kepala PSBL, Hendro Wardono.
Lebih lanjut, Hendro Wardono menjelaskan bahwa ada banyak tematik yang sudah mereka usung sebagai konsep KKN. Seperti pengentasan kemiskinan, pemberbayaan lingkungan, dan kebencanaan.
Program PSBL sendiri, lebih fokus pada pengurangan resiko bencana alam. Sehingga fokus mereka adalah edukasi masyarakat yang lebih aware terhadap lingkungannya. Kerja sama ini akan berjalan hingga beberapa tahun kedepan dan akan tetap fokus pada sosialisasi dan pelatihan cepat tanggap masyarakat terhadap bencana alam.
Di temui di tempat yang sama, anggota komunitas sekolah sungai berantas, Amik Purdinata menjelaskan bahwa alat elektrolisis air merupakan air hujan yang disetrum untuk memisahkan basah yang tinggi dan asam yang tinggi. Tahap elektrolisis ini untuk proses menaikkan ph dan asam yang bisa bermanfaat banyak. Untuk sifat basah bisa digunakan untuk konsumsi minuman. Untuk sifat asam bisa gunakan untuk pengobatan penyakit kulit, atau penyakit pada budidaya tanaman hidroponik. Dengan ppm yang rendah, asam yg tinggi bisa digunakan untuk hidroponik yg diberikan nutrisi AB-mix. [ina]

Tags: