Bupati Sumenep Promosikan Potensi Wisata-Budaya Lokal

Bupati Sumenep, A Busyro Karim (kiri) dan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI, Dra. Esthy Reko Astuty,M.Si (baju merah)

Sumenep, Bhirawa
Prosesi penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama Sumenep dan pawai budaya menjadi salah satu pertunjukan spesial pada puncak perayaan hari jadi Kabupaten di ujung timur Pulau Madura ini. Kegiatan tahunan yang ditempatkan di depan Mesjid Jamik setempat itu menyedot perhatian warga setempat. Bahkan mereka rela berpanas-panasan sejak pagi hinggga siang hari.
Pada puncak hari jadi ke 748 Sumenep ini, dihadiri oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI, Dra.Esthy Reko Astuty,M.Si, Bupati Sumenep, A Busyro Karim, Wabup, Ach Fauzi, Plt Sekdakab, R Idris, Ketua DPRD Sumenep, Herman Dali Kusuma dan anggota Forpimda lainnya serja para pejabat dilingkungan Pemkab Sumenep.
Berbagai parade budaya juga ditampilkan dalam prosesi penobatan Arya Wiraraja sebagai raja Sumenep, seperti tari topeng, tari “muang sanggkal”, teatrikal nyadher sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen garam, hingga pemberian pataka dari Arya Wiraraja kepada Bupati Sumenep, A Busyro Karim.
Kabupaten Sumenep saat ini telah berusia 748 tahun. Berdirinya Kabupaten Sumenep tidak lepas dari peristiwa 748 tahun lalu. Momentum diangkatnya Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama Kabupaten Sumenep tanggal 31 Oktober 1269. Sejak itu Sumenep berdiri dengan bentuk Kerajaan. Pada tahun 1929 kemudian Sumenep berubah menjadi Kabupaten hingga saat ini.
Hingga kini, Sumenep telah pernah dipimpin oleh 35 Raja dan 15 Bupati.
Peran Kabupaten Sumenep dalam mendukung tegaknya NKRI tidak perlu diragukan lagi. Sebab, sejarah kebesaran bangsa Indonesia, salah satunya karena berdirinya Kerajaan Majapahit dan tokoh penting dibalik berdirinya Kerajaan Majapahit itu adalah Adipati pertama Sumenep yakni Arya Wiraraja. “Digelarnya pawai budaya ini untuk meneladani sekaligus meneruskan jejak langkah para pendahulu Kabupaten Sumenep, utamanya kepada generasi muda. Sebab, sejarah Kabupaten Sumenep penuh nilai dan bermakna, baik nilai religius, karakter dan kemajuan. Sejarah itu harus dikenang, sebab, barang siapa yang tidak mengetahui sejarah daerahnya, bagaimana mungkin bisa ikut membangun daerah tersebut,” kata Bupati Sumenep, Minggu (29/10).
Pawai budaya ini juga bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk melestarikan budaya lokal. Sebab, Sumenep memiliki ragam budaya yang luar biasa, salah satunya seperti yang ditampilkan dalam prosesu penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama Sumenep. Sejarah, budaya dan tradisi terbukti mampu mengikat satu bangsa dan daerah tetap dalam kebersamaan dan persatuan. Tanpa pembangunan kebudayaan, sebuah bangsa akan kehilangan spirit dan ruh kehidupan masyarakatnya. “Sebagai warga Sumenep, kita juga harus bangga karena pada tanggal 27 Oktober 2017 ini, salah satu budaya Sumenep yakni upacara “Nyader” ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Selain itu, “Taneyan Lanjheng” juga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2015,” ucapnya.
Bupati menegaskan, untuk mewujudkan segala cita-cita bangsa, Sumenep terus menbangun di semua bidang, salah satunya di bidang pariwisata. Potensi pariwisata yang dimiliki sudah menjadi primadona baru bagi perekonomian Sumenep, sebab pertumbuhannya sangat cepat dan telah mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak. Dalam 3 tahun terakhir ini, cakupan kunjungan wisatawan, baik mancanegara maupun domistik menunjukkan grafik mengembirakan. Pada tahun 2014 jumlah wisatawan nusantara ke Sumenep hanya 544.245 orang. Pada tahun 2016 meningkat menjadi 854.614 orang dan pada tahun 2017 ini, sampai bulan September telah mencapai 786 ribu 950 orang. “Kami optimis pada akhir tahun bisa mencapai 1 juta wisatawan nusantara,” jelasnya.
Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara, pada tahun 2014 jumlah hanya 378 orang, tahun 2016 meningkat menjadi 1.332 orang dan tahun 2017 ini sampai bulan September meningkat hampir 244 persen mencapai 3.254 orang. Target kunjungan wisman tahun ini mencapai 5.000 orang danĀ  20 ribu wisman pada tahun 2019. “Untuk mendukung suksesnya capaian 20 juta wisatawan ke Indonesia tahun 2019, kami yakin bisa tercapai, mengingat akselerasi pertumbuhan wisata di Sumenep semakin meningkat, baik dari pilihan destinasi wisata, promosi hingga akses yang mudah. Soal akses, Sumenep telah ada jalur udara dari Bandara Trunojoyo. Dari sisi destinasi wisata telah banyak menawarkan pilihan wisata yang sudah terkenal hingga internasional. Seperti Pulau Gili Iyang yang memiliki kadar oksigen tertinggi nomer dua di dunia, Pulau Gili Labak di Talango dan Pantai Sembilan di Giligenting,” tuturnya.
Pada tahun 2017 ini ada 12 kapal pesiar yang telah singgah ke Sumenep dengan membawa ribuan wisman dan akan berlanjut hingga tahun 2019. Dari sisi promosi, pemerintah daerah terus melakukan jalinan kemitraan dengan berbagai pihak untuk menawarkan potensi. Lokal. Dari sisi akses, Sumenep semakin mudah dijangkau dari seluruh nusantara dengan beroperasinya Bandara Trunojoyo sebagai bandara komersial sejak beberapa bulan lalu. “Tahun depan kami mencanangkan sebagai tahun kunjungan dengan program Visit Sumenep 2018. Pada kalender tahun depan, akan ada 33 kegiatan spektakuler yang akan berlangsung di kabupaten ujung timur Pulau Garam ini. Baik atas inisiatif pemerintah daerah maupun kepercayaan dari pihak luar Sumenep menjadikan Sumenep sebagai tuan rumah even regional, nasional dan internasional.
“Event internasional tahun 2018 nanti diantaranya kontes kucing internasional, gebyar wisata mancing internasional, pameran keris internasional, serta festival keraton dan masyarakat adat asean ke-V. Sedangkan event nasional diantaranya PTQ nasional, festival batik Indonesia, festival pencak silat pesisir nasional, dan ngontel wisata sehat nusantara. Sedangkan event yang berskala regional yakni Jatim Specta Night, kejuaraan catur Provinsi Jawa Timur dan hari guru nasional Provinsi Jawa Timur,” imbuhnya.
Kegiatan baik yang sudah terlaksana maupun yang masih dalam tahap rencana menunjukkan bahwa Sumenep sudah sejajar dengan daerah lain yang sudah maju dalam sektor wisatanya. Ini yang harus menjadi perhatian bersama, bahwa potensi wisata saat ini harus menjadi bagian industri secara global, agar masyarakat bisa sejahtera. “Saya mengapresiasi lompatan inovasi wisata masyarakat Sumenep yang luar biasa. Hingga saat ini telah banyak inovasi di bidang pariwisata yang lahir dari semangat kreatifitas masyarakat dan menjadi destinasi wisata andalan baru di Sumenep, seperti Pantai Sembilan Giligenting, Taman Tectona di kecamatan batuan, Bukit Tinggi di Kecamatan Lenteng, Bukit Kalompek di Kecamatan Dungkek. Destinasi wisata baru yang dikelola oleh warga tersebut tidak hanya menjadi jujukan warga lokal, tapi wisman pun datang ke destinasi tersebut,” katanya.
Untuk terus menjaga sinergi antar sesama, bupati mengajak agar terus menjaga nilai-nilai kerja gotong-royong yang menjadi salah satu identitas masyarakat Sumenep dalam membangun bangsa. Dengan kebersamaan dan kekompakan, saling menghargai, saling menguatkan dan saling membantu, Sumenep akan terus lebih maju dan jaya serta sejahtera rakyatnya. “Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan kebersamaan. Pohon besar yang berdaun lebat, lantaran peran akar-akar kecil di bawahnya yang selalu mendukung,” bebernya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI, Dra. Esthy Reko Astuty,M.Si mengakui terhadap potensi Sumenep terutama dalam bidang wisata. Hanya saja butuh polesan promosi agar bisa dikenal oleh masyarakat luar. “Sumenep potensinya sangat banyak, terutama dalam bidang wisata, cuma kita belum membranding lebih profesional. Untuk itu kami di Kementerian juga akan membantu untuk mempromosikan potensi lokal tersebut. Kami juga akan mengajak pihak industri untuk memasarkan potensi yang dimiliki Sumenep ini,” kata Esty di Sumenep.
Ia juga berharap, pemerintah daerah bersama masyarakat harus menjaga dan melestarikan potensi budaya lokal agar budaya lokal tersebut tetap utuh dan tidak hilang. Sebab di dunia digital ini, banyak budaya lokal akan terkikis oleh masuknya budaya luar. Padahal budaya lokal itu merupakan salah satu identitas daerah tertentu yang harus tetap terjaga kelestariannya. “Para pemuda dan anak bangsa kami harapkan tidak malu melestarikan budaya lokal yang ada ini. Budaya lokal ini memiliki daya tarik tersendiri, makanya perlu dilestarikan,” harapnya. [sul]

Tags: