Cegah Seks Bebas – Pernikahan Dini di Desa

Suasana Dialog Interaktif tentang Pembentukan Generasi Emas yang digelar di Balaikota Among Tani.

Suasana Dialog Interaktif tentang Pembentukan Generasi Emas yang digelar di Balaikota Among Tani.

Kota Batu, Bhirawa
Masalah pernikahan dini menjadi perhatian khusus Pemerintah Kota (Pemkot) Batu. Tak hanya mencegah, mereka juga melakukan pembinaan bagi warganya yang terlanjut menikah di usia belia. Salah satunya menyediakan Pendidikan Non Formal Perempuan Desa (PNFPD). Karena hampir semua remaja yang menikah di usia dini tidak ingin melanjutkan sekolahnya. Masalah ini menjadi tema dalam dialog interaktif yang digelar di Gedung Pancasila, Balaikota Among Tani Batu, Rabu (28/9).
Pendidikan Non Formal Perempuan Desa ini disediakan untuk mewadahi para perempuan yang sudah terlanjut menikah dini.
“Mereka ditampung dan dibina, untuk kemudian diarahkan ke Kejar Paket B, Paket C, dan pemberian keterampilan sehingga mereka masih memiliki harapan ke depan,”ujar Ketua TP-PKK Kota Batu, Dewanti Rumpoko, yang menjadi salah satu nara sumber dialog.
Selain Dewanti, dialog yang digelar BPMPKB Kota Batu ini juga dihadiri Deputi Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat, Ir.Ambar Rahayu, dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, Dr.dr.Tontowi. Mereka terlibat dalam dialog interaktif bersama siswa-siswi SMP dan SMA yang datang ke Gedung Pancasila.
Selain memberikan perhatian kepada pendidikan ibu muda, Pemkot juga menyediakan kegiatan bagi remaja yang diberi nama Forum Anak (FA). FA di Kota Batu sudah ada di setiap Desa/ Kelurahan bahkan sampai tingkat RW.
“Kita terus upayakan agar Forum Anak ini akan ada di setiap RT. Karena kegiatan ini akan efektif untuk mengantisipasi adanya seks bebas di kalangan remaja maupun mengantisipasi adanya pernikahan dini,” tambah Dewanti.
PNF maupun FA disediakan untuk menyokong jalannya pendidikan formal di Kota Batu yang saat ini sudah gratis mulai SD-SMA. Bahkan Pemkot juga menyediakan beasiswa kuliah bagi Anak Batu yang diterima di Fakultas Pertanian atau di Jurusan Pariwisata. Karena potensi utama yang dimiliki Kota Batu adalah sektor pertanian dan sektor pariwisata.
Ke depan, Pemkot ingin pertanian dan peternakan bisa kembali berkembang ke desa. Namun sistem dan metode yang digunakan sudah harus modern. “Petani kentang di Desa Sumber Brantas, bisa menabung Rp 300-500 juta setahun. Ini menunjukkan bahwa petani bukan profesi tanpa masa depan,”tambah Dewanti.
Sementara, Deputi Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat, Ir.Ambar Rahayu mengatakan bahwa jumlah remaja saat ini adalah 28 persen dari jumlah penduduk Negeri Ini. Untuk itu pihaknya terus gencar melakukan Sosialisasi Generasi Berencana Menuju Generasi Emas. Dan salah satu tantangan yang dihadapi adalah hubungan seks sebelum menikah, dan berkembangnya aborsi.
“Untuk itu, kita juga mendewasakan usia perkawinan. Untuk perempuan adalah 21 tahun, sedangkan pria adalah 25 tahun. Dan pernikahan di bawah usia tersebut termasuk kategori pernikahan dini,”ujar Ambar.
Pertimbangan lain diberikan Dosen Kedokteran UMM, dr.Tontowi. Jika sebelumnya perempuan akan memasuki awal menstruasi pada usia 12-13 tahun, namun saat ini masa tersebut maju dan sudah terjadi pada perempuan usia 9-10 tahun.
“Usia awal menstruasi maju tetapi usia pernikahan harus mundur. Ini tentu akan mempengaruhi produktivitas perempuan,” ujar Tontowi. Dengan kondisi ini, katanya, akan meningkatkan resiko kematian ibu melahirkan. Untuk itu semua pihak terkait harus memberikan perhatian, agar pasangan yang melakukan pernikahan tak hanya siap fisik tetapi juga siap secara psikis. [nas]

Tags: