Dakwah Rajabiyah Kebangsaan

Penghujung bulan Rajab (tahun Hijriyah) dirayakan masyarakat muslim sedunia sebagai peringatan hari Isra’ mi’raj. Di Indonesia, biasa disebut Rajabiyah,dijalani dengan berbagai ibadah puasa, shalat sunnah, dan istighotsah (doa bersama). Bahkan negara secara resmi memperingati Isra’ mi’raj di masjid negara (Istiqlal), dihadiri presiden beserta anggota kabinet. Pelaksanaan Rajabiyah telah menjadi budaya masyarakat mempersiapkan mental menyambut bulan Ramadhan.
Di berbagai daerah momentum Rajabiyah dimanfaatkan sebagai periode dakwah (pengajian), dan istighotsah kubro (doa bersama secara kolosal). Sebagian dilaksanakan di lapangan, sebagian juga dilaksanakan di berbagai masjid dan mushala. Kisah-kisah Isro’ mi’raj, menjadi tema utama pembedaan antara perbuatan baik dan buruk. Masing-masing dengan konsekuensi. Diharapkan terwujud ke-saleh-an sosial. Meningkatnya ke-dermawan-an, dan toleransi.
Peringatan Isra’ Mi’raj memiliki makna (urgensi) strategis. Sebagai penglipur spiritual soaial. Yakni, meningkatnya pengharapan dalam situasi sulit. Hari esok yang lebih baik, menjadi doa utama Nabi Muhammad SAW pada masa sulit.Amul Huzni (masa paling sulit), pernah dialami kanjeng Nabi SAW, sekitar tahun 619 masehi (9 tahun dari masa kenabian). Pada setahun itu, Khadijah r.a. (istri Nabi SAW) dan Abu Thalib r.a. (paman sekaligus wali asuh Nabi SAW) meninggal dunia.
Ahli tarikh (sejarah Islam), meyakini bahwa agama Islam saat itu pada situasi kritis. Sampai suatu malam, tanggal 27 bulan Rajab (tahun 620 Masehi), Nabi Muhammad SAW pasrah merebahkan diri di sisi Ka’bah. Saat itulah malaikat Jibril datang atas perintah Allah. Tujuannya, membawa Nabi SAW melaksanakan isra’ (perjalanan dari Mekkah ke Yerusalem). Lalu berlanjut mi’raj menghadap Allah sang Maha Pencipta.
Pada perjalanan Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW, menerima tutorial dari para “senior,” sejak nabi Adam a.s., sampai nabi Isa al-masih. Tutorial nabi-nabi pendahulu sangat penting. Masing-masing nabi dan rasul Allah berkewajiban (dakwah) membimbing umatnya, dengan metode dakwah berbeda. Disesuaikan dengan waktu dan adat bangsa tertentu. Sedangkan bimbingan oleh Nabi Muhammad SAW, akan meliputi seluruh dunia dan sampai berakhirnya dunia.
Hikmah dari isra’ dan mi’raj, adalah sikap sabar dan melaksanakan kewajiban shalat. Para ahli tafsir menyatakan, bahwa isra’ dan mi’raj, merupakan “buah” dari kesabaran Nabi Muhammad menghadapi kaumnya. Begitu pula setelah peristiwa mi’raj, Nabi SAW memilih melaksanakan perintah hijrah. Agar kaumnya (penduduk Mekkah) tidak tertimpa azab (karena mengusir Nabi SAW).Perintah shalat, merupakan hadiah paling istimewa dari Sang Maha Pencipta.
Pentingnya shalat, dalam surat Al-Baqarah ayat ke-45 (QS 2:45), difirmankan, “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat…” Firman ini diulang lagi pada surat Al-Baqarah ayat ke-153. Pada firman lainnya juga diakui, bahwa shalat, memang berat, kecuali orang yang khusyuk. Yakni (dalam QS 2:46), “orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya,”
Para ahli sufi menyatakan, bahwa mi’raj, bukan hanya bisa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan setiap orang bisa mi’raj, ketika shalat. Awal dialog antara Allah SWT dengan Nabi Muhammad SAW dalam mi’raj, diabadikan sebagai bacaan shalat pada posisi tahiyat. Peneguhan isra’ dan mi’raj, mestilahdipahami sebagai pengharapan sosial, bahwa para pemimpin akan meneladani sifat Nabi SAW. Yakni,berbuatbenar, ter-percaya, cerdas (menguntungkan rakyat), dan selalu hadir melindungi.
Pelaksanaan Rajabiyah tahun ini, bersamaan dengan penyelenggaraan pilkada serentak dan jelang pencalonan presiden. Maka istighotsah kubro (kolosal) diharapkan memperkuat kerukunan kebangsaan. Rajabiyah menjadi budaya bersendi syara’ yang menenteramkan, sekaligus memupus radikalisme. ***

Rate this article!
Tags: