Dari Pelajar Pelopor Surabaya Menuju Tunas Muda Pemimpin Indonesia

Sekretaris Dindik Surabaya Aston Tambunan bersama enam pelajar pelopor Surabaya yang akan mengikuti Tunas Muda Pemimpin Indonesia, Kamis (18/5). [adit hananta utama]

Berani Wujudkan Gagasan Idealis dalam Proyek Perubahan
Kota Surabaya, Bhirawa
Setiap orang punya gagasan dan target perubahan. Tidak harus menunggu dewasa, karena sejak masih anak-anak pun bisa memiliki proyek perubahan. Ini ditunjukkan oleh anak-anak idealis yang telah berhasil menyabet gelar pelajar pelopor Surabaya. Selangkah lagi, mereka akan beranjak menuju Tunas Muda Pemimpin Indonesia (TMPI).
Rasa optimistis menyelimuti salah satu ruang di Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya, Kamis (18/5) kemarin. Di dalamnya ada para siswa yang tengah bersiap menuju ajang pembuktian diri dengan proyek perubahan yang mereka miliki. Satu per satu dari enam pelajar itu memperkenalkan dirinya kepada fasilitator dengan  gaya khas anak Surabaya. Tegas dan penuh semangat.
Keenam pelajar itu antara lain, Aisyah Hana Rameli dari SMPN 1, Vito Egi Nandriansyah dari SMPN 3, Liliana Chandranata dari SMP Santa Maria, Pasha Rizky dari Sekolah Alam Insan Mulia, Ammara Dyra Nafisa dari SD Darut Taqwa dan Galdiana Wong Alit dari SDN Kaliasin I. Di antara mereka, ada Aston Tambunan Sekretaris Dindik Surabaya yang menjadi fasilitator sekaligus motivator. Dan setiap dari mereka memiliki satu proyek perubahan yang sudah berhasil dibuktikan.
Seperti halnya Ammara Dyra Nafisa, dia dinobatkan sebagai pelajar pelopor bidang sosial setelah berhasil mengorganisir gerakan sejuta pensil warna. Gerakan itu dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin pensil warna untuk disumbangkan ke daerah terpencil Indonesia. “Banyak pihak yang dilibatkan. Mulai dari teman satu sekolah, teman bermain di rumah, saudara sampai teman-temannya bunda juga ikut membantu,” tutur dia.
Gerakan itu dia lakukan bersamaan dengan penggerak dari daerah lain dan dikumpulkan menjadi satu. “Saya fokus mengumpulkan di Surabaya,” kata siswa yang duduk di kelas V itu.
Ammara berharap, pensil warna itu dapat dimanfaatkan oleh anak-anak di daerah terpencil untuk belajar menggambar. Karena dirinya mengakui juga sangat hobi dengan menggambar dan mewarnai.
Proyek perubahan juga dipaparkan oleh Aisya Hana Ramli siswa kelas VIII SMPN 1 Surabaya. Sebuah proyek dia lakukan dari aktivitasnya bergabung dengan komunitas sahabat perpustakaan sekolah. Tugas Aisyah adalah mengelola website yang semula hanya berisikan informasi seputar kegiatan perpustakaan.  “Jadi sayang sekali, padahal website perpustakaan bisa dimanfaatkan lebih,” kata dia.

Tags: