Derajat Ramadan di Ruang Sosial

Ani-Sri-RahayuOleh:
Ani Sri Rahayu
Pengajar Civic Hukum (PPKn) Universitas Muhammadiyah Malang

Totalitas secara privat penghambaan kepada Allah (ubudiyah) saat Ramadan adalah optimalisasi ibadah, dan secara substansi optimalisasi ibadah di bulan Ramadan tentu tidak sekadar dimaknai secara privat saja, namun substansi yang tidak kalah pentingnya dalam bulan Ramadan adalah memperkuat sinyal nilai keprihatinan dengan merasakan penderitaan fakir miskin, anak yatim, dan masyarakat yang masih jauh dari kategori layak hidup.
Merealisaikan nilai keprihatinan bersama atau kearifan sosial di bulan Ramadan bisa dengan cara bersedekah kepada fakir-miskin, menyumbang takjil ke masjid, dan mengeluarkan zakat. Kesatuan humanitas yang kian terkikis akibat kegaduhan politik dan beragam fenomena konflik yang memecah belah persatuan dapat ditumbuhkan kembali melalui tarawih berjemaah, tadarus, dan buka puasa bersama.
Nilai-nilai persaudaraan sesama muslim akan tampak jelas jika berada di bulan Ramadan, orang memberikan takjil untuk berbuka puasa secara gratis, salat berjamaah di masjid, maupun berbagi ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di masjid.
Semuanya didapat gratis tanpa bayaran. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkerama saling menanyakan kabar. Umat Islam sama-sama salat tarawih tadarus dengan saling mengajarkan Alquran, dan banyak makanan sedekah di masjid bahkan di hotel berbintang sekalipun. Semuanya gratis. Inilah yang dilakukan umat Muslim di berbagai penjuru Tanah Air.
Persaudaraan sesama Muslim sebenarnya punya pelajaran dan bab khusus. Ada ayat Alquran yang mengajarkan kepada kita semua tentang persaudaraan. Ada banyak juga hadis Nabi yang mengingatkan kita akan pentingnya persaudaraan sesama muslim dan sesama umat manusia. Tetapi rupanya berbagai anjuran dan ajaran mengenai pentingnya persaudaraan itu jarang diperhatikan oleh banyak dari kita. Tetapi di bulan Ramadan ini persaudaraan itu akan tampak dengan sendirinya.
Derajat Ramadan di ruang sosial inilah justru menjadi pesan profetik yang niscaya direalisasikan oleh setiap mukmin. Pesan profetik dalam konteks kearifan sosial ini, segaris dengan peran manusia sebagai pemimpin di muka bumi (khalifatun fil ardhi). Karena itu, pengendalian diri, kesabaran, dan kejujuran menjadi bagian integral dari aspek-aspek penempaan diri di kawah candradimuka Ramadan.*

Rate this article!
Tags: