Dibilang Bondo Nekat, Ning Lia Terus Blusukan ke Sarang Banteng

Surabaya, Bhirawa
Bakal Calon Wali Kota (Bacawali) Surabaya Lia Istifhama tak mempersoalkan jika dia dipandang hanya modal bondo nekat, dalam usahanya running di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya. Sekali Layar Terkembang Pantang Surut ke Belakang, Ning Lia terus menebar pesonanya ke kampung-kampung melakukan blusukan ke ‘Sarang Banteng’.
Diakui atau tidak, nama bacawali yang memiliki slogan ‘Surabaya Ceria’ ini masih melambung dalam bursa Pilwali Surabaya September 2020 mendatang. Berdasarkan pantauan, ibu dua anak ini nyatanya sanggup menampakkan dirinya dalam beberapa lokasi sehari. Dengan dalih sedang berproses, blusukan yang dilakukan Ning Lia memang cukup mudah diterima masyarakat.
Contohnya pada, Minggu (8/9) lalu, mantan caleg PPP Daerah Pemilihan (Dapil) 3 Kota Surabaya pada Pemilihan Legislatif 2009 lalu ini, memulai kegiatannya di Taman Bungkul bersama-sama organ Alumni Surabaya Bersatu. Dalam acara senandung cinta NKRI tersebut, Ning Lia tidak membawa embel-embel kepentingan maju sebagai cawali.
Dia hanya hadir sebagai tamu dan sempat berorasi singkat mengenai pentingnya semangat humanisme, yaitu memanusiakan manusia dan menjaga solidaritas antar sesama. Tak lama kemudian cawali yang dituding Bonek tersebut berpindah menghadiri jalan sehat di Masjid Rahmad Kembang Kuning, Surabaya.
Putri salah satu penasehat Masjid Rahmad, KH Masjkur Hasjim tersebut bahkan turut bersenandung tiga lagu bersama artis pengisi acara, yaitu Safira Records. Selepas acara selesai, Ning Lia bergeser ke Masjid Chenghoo menghadiri bakti sosial kesehatan, dan setelahnya ia melakukan pertemuan terbatas di wilayah Embong Ploso.
Ning Lia mengakui, dalam sehari minimal tiga titik yang ia tempuh dan ia membatasi hanya lima titik dalam sehari. Intensitas tersebut dipandangnya wajar dalam sebuah proses politik.
“Kebetulan saya memang berasal dari keluarga politik. Jadi sudah terbiasa riwa-riwi bersilaturahmi seperti ini. Yang terpenting kan kita ngukurnya ini semua sebagai proses dan kita menjaring benefit sosial,” tuturnya, dikonfirmasi, Senin (9/9).
Secara wawasan, lanjut Ning Lia, juga didapat dari dia sering turun ke bawah. Baginya, terlalu dini kalau sampai menyampaikan permohonan dukungan karena belum ada nomor urut. “Bagi saya, berproses jangan sampai menjebakkan diri dalam beban moral, komitmen tidak jelas, atau bahkan omongan nggedabrus, kalau istilah suroboyoannya,” ungkapnya.
Dalam bursa Pilwali Surabaya akan berlangsung menarik. Karena banyak tokoh-tokoh yang muncul atau sengaja dimunculkan untuk mengikuti bursa. Nama-nama seperti Wishnu Sakti Buana, Armuji, Eri Cahyadi, Sukma Sahadewa, Djadi Galajapo, Untung Suropati, Hasrul Azhar, Firman Syah Ali, Dedy Rachman, Ali Azhar, Edward Dewarucci, Daniel Gunawan berseliweran di media.
“Yang kami suka dari Ning Lia ini adalah ia bisa diterima di semua kalangan. Bahkan beberapa titik yang ia masuki ialah basis Banteng, seperti di Karang Gayam dan Bulak Rukem. Kalau sampai Ning Lia bersanding dengan tokoh PDIP nantinya, mana ini sama halnya mengingatkan kita semua dengan fenomena Mega Bintang tahun 1997 lalu. Seingat saya, saat itu, PPP dibawah komando ayahnya Ning Lia ini,” tutur Sudarmanto, mantan pengurus PDIP PAC Gubeng PDIP. (iib)

Tags: