Dikemas Seperti Festival, Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Masyarakat saat membersihkan sungai di Banyuwangi, Minggu (26/4).

Masyarakat saat membersihkan sungai di Banyuwangi, Minggu (26/4).

Banyuwangi, Bhirawa
Pemkab Banyuwangi terus melakukan terobosan untuk mengajak masyarakatnya berpartipasi aktif dalam berbagai bidang. Di bidang lingkungan, program terbaru yang juga mampu melibatkan masyarakat banyak adalah Festival Kali Bersih yang dilakukan di sejumlah sungai di daerah berjuluk The Sunrise of Java  itu, Minggu (26/4).
Festival  Kali Bersih itu dimulai dari Sungai Lo yang terletak di pusat kota dan kegiatan bersih-bersih itu dipimpin oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Ratusan warga ikut terlibat dan kompak untuk turun ke sungai.
Bupati muda ini berbaur dengan warga memunguti sampah-sampah yang menggenang maupun yang hanyut terbawa arus air. Selain bupati, bersih-bersih sungai itu juga dihadiri seorang bintang asal Jakarta yang mampu menyedot perhatian masyarakat. Dia adalah seorang komedian, Raditya Dika.
Penulis dan sutradara film ini memberikan apresiasi positif terhadap program Pemkab Banyuwangi yang dikemas dalam bentuk festival sehingga menyenangkan bagi warga itu.
“Selain bisa membuat warga kompak, dampak lainnya dari program bersih-bersih sungai ini adalah kebersihan lingkungan. Anak muda Banyuwangi harus ikut menyukseskan program lingkungan seperti ini,” katanya.
Bupati Anas mengemukakan Festival Kali Bersih ini melengkapi gerakan peduli kebersihan lingkungan yang sudah dicanangkan sebelumnya, yaitu Festival Toilet Bersih pada Januari lalu. “Kedua kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Banyuwangi Festival 2015,” katanya.
Ia mengemukakan, festival kali ini merupakan cara baru untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat yang dipimpinnya terhadap kebersihan sungai, sehingga sungai bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Menurut dia, pihaknya mengemas acara itu dengan nama festival karena festival identik dengan rasa senang. Dengan rasa senang akan tumbuh semangat untuk terus membersihkan sungai dari segala sampah maupun limbah dari rumah tangga ataupun industri. “Lewat gerakan ini sekaligus kami juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai,” ujar mantan anggota DPR RI ini.
Anas menambahkan kegiatan ini merupakan upaya membangun budaya masyarakat untuk terbiasa menjaga kebersihan sungai. Ia ingin sungai bisa menjadi bagian dari wajah daerah yang dibanggakan oleh seluruh warga.
Karena itu, kata dia, selain di Sungai Lo, di tempat lain juga serentak dilaksanakan pembersihan sungai se-Kabupaten Banyuwangi. Warga masyarakat berlomba untuk membersihkan sungai-sungai yang ada di lingkungannya masing-masing. Agar mampu menarik Festival Kali Bersih digelar berkelanjutan dalam bentuk lomba. Setelah festival tidak mungkin sungai-sungai langsung bersih, karena itu dibuat festival agar berkelanjutan.
“Nanti kelurahan atau desa dengan sungai terbersih akan mendapat penghargaan. Hadiahnya ada sapi, kambing, dan peralatan elektronik,” ujar Anas.
Sementara pada Festival Toilet Bersih digelar salah satu tujuannya untuk menunjang pengembangan tujuan wisata dengan melibatkan semua unsur masyarakat, termasuk lembaga keagamaan dan tempat-tempat ibadah. Guna menunjang festival itu, semua tema khutbah di tempat-tempat agama, mulai masjid hingga gereja, adalah soal kebersihan.
Tidak hanya tokoh semua agama, Festival Toilet Bersih juga melibatkan pengelola tempat wisata dan perhotelan sebagai pihak yang akan merasakan langsung dampak dari kegiatan tersebut jika sudah menjadi budaya mengakar di masyarakat. Selain itu, pondok pesantren, sekolah, kantor swasta, hingga instansi publik juga dilibatkan dalam kegiatan itu. Lewat kegiatan kegiatan itu akan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa selain untuk menjaga kesehatan, kebersihan adalah bagian yang tak terpisahkan dari iman.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo mengemukakan festival ini digelar dengan beberapa kategori. “Di antaranya kategori sungai yang sudah bersih dari sampah limbah domestik maupun pembuangan industri. Selain itu, ada kategori pemanfaatan sempadan sungai untuk penanaman pohon,” katanya.
Besarnya partisipasi masyarakat juga akan dilombakan di sini, sejauh mana mereka peduli akan kebersihan sungai. “Lewat festival ini, kami ingin sungai-sungai ini bisa meningkat kualitasnya,” kata Guntur.
Dia menambahkan, untuk menjaga kualitas air di mata air, Pemkab Banyuwangi telah menanam sedikitnya 21.000 bibit berbagai jenis pohon. Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Husnul Chotimah menyebutkan total jumlah sungai di wilayah itu sebanyak 116 sungai.
Dari jumlah itu, katanya, sungai di wilayah kota, masuk dalam kelas D atau sungai yang diklasifikasikan hanya layak untuk minum bagi ternak. “Adapun di perdesaan masih lebih bagus dengan klasifikasi C yang bisa untuk budi daya perikanan,” katanya.
Chusnul juga mengemukakan bahwa pihaknya berharap dengan festival tersebut sungai-sungai bisa masuk kategori C semua, dan untuk sungai tertentu bisa naik ke kelas B di mana air sungai bisa dipakai untuk air minum dengan dimasak terlebih dahulu.
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Prof Joni Hermana yang juga hadir dalam kegiatan itu mengatakan Festival Kali Bersih merupakan langkah inovatif dari pemerintah daerah untuk menumbuhkan budaya peduli sungai.
Menurut pakar teknik lingkungan itu, dengan festival, pemerintah tidak hanya memaksa secara teknis, tapi menggunakan cara-cara persuasif sehingga mampu melibatkan warga. “Ini justru lebih mengena. Setelah ini secara perlahan bisa menerapkan langkah-langkah yang lebih tegas. Misalnya denda bagi pembuang sampah ke sungai,” katanya.
Ia mengemukakan bahwa salah satu keuntungan dengan tidak membuang sampah ke sungai adalah meningkatnya kualitas air. Selain itu masyarakat juga mendapatkan lingkungan yang bersih dan nyaman dan pada akhirnya masyarakat akan terhindar dari penyakit. [nan]

Tags: