Dindik Jatim Berharap SKB Empat Menteri Ditinjau Kembali

Wahid Wahyudi saat ditemui di ruang kerjanya

Mutu Pendidikan Merosot
Pemprov, Bhirawa
Situasi penanganan Covid-19 di Provinsi Jatim telah terkendali setelah dinyatakan tidak adanya zona merah dan rate of transmission (RT) di bawah nol. Kendati demikian, pembelajaran tatap muka di sekolah belum dapat dilakukan karena terbentur ketentuan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri tentang penyelenggaraan pendidikan di masa pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengakui, selama tujuh bulan terakhir pembelajaran dilakukan dari rumah kurang optimal. Sehingga mutu pendidikan menjadi merosot. Faktornya beragam, mulai dari sarana pra sarana pendidikan seperti di daerah yang kurang didukung jaringan internet atau ketersediaan perangkat handphone untuk belajar daring.
“Termasuk daya tangkap siswa yang belum terbiasa dengan metode pembelajaran daring. Apalagi pelajaran tertentu seperti matematika, fisika dan kimia, ini sangat rendah. Karena itu, sepanjang bisa melakukan protokol kesehatan akan kita teruskan uji coba,” jelas Wahid ditemui di Grahadi, Kamis (15/10).
Di Jatim, sejak 18 Agustus telah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka dan telah berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Wahid mengaku, uji coba tersebut sudah berjalan dengan baik. Khususnya untuk jenjang SMK yang sudah 25 persen berjalan di masing-masing kabupaten/kota. “Saatnya kita evaluasi untuk ditingkatkan kembali. Karena berdasarkan evaluasi Dindik Jatim kurang optimal, selama tujuh bulan mutu pendidikan merosot tajam,” jelas Wahid.
Selain materi pembelajaran eksak, proses belajar bagi siswa SMK yang membutuhkan praktikum juga kurang optimal dengan daring. Karena praktik, tidak mungkin misalnya jurusan tata rias, teknik otomotif atau yang lain dilakukan dengan melihat atau membayangkan saja. Kendati demikian, saat ini masih berlaku SKB empat menteri, maka statusnya masih sebatas simulasi. “Kami berharap SKB empat menteri itu ditinjau kembali. Karena yang terbaik adalah covid-19 bisa dikendalikan, kemudian aktifitas ekonomi dan pendidikan juga bisa berjalan,” jelas Wahid.
Khususnya untuk Surabaya raya, Wahid menegaskan sampai saat ini belum ada siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka. “Makanya saya juga kaget, kemarin kok ada demo pakai seragam sekolah. Padahal sekolah belum masuk,” ujar Wahid.
Seperti diketahui, dinamika penanganan Covid-19 di Jatim terus menunjukkan progress yang positif. Jumlah kasus aktif per tanggal 14 Oktober hanya sebesar 2.935 pasien. Jumlah tersebut paling rendah dibandingkan provinsi besar di Jawa, yakni Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Sedangkan RT berada di angka 0,99 dan zona oranye terdapat 33 kabupaten/kota serta lima daerah lainnya masuk kategori zona kuning. [tam]

Tags: