Dinkes Jatim Targetkan Penuruan AKB

3-AKBSurabaya, Bhirawa
Kendati angka kematian bayi (AKB) di Jatim lebih rendah daripada nasional, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim berupaya agar AKB di Jatim terus turun. Tahun 2014 ini Dinkes Jatim mentargetkan AKB di Jatim 23/1000 kelahiran hidup.
”Jika dilihat AKB di Jatim saat ini 25,95/1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB nasional 32,59/1000 ribu kelahiran hidup,” ujar Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono.
Harsono mengatakan, untuk mensukseskan target tersebut Dinkes Jatim akan berkerjasama dengan semua pihak dalam mengawal penurunan AKB. Saat ini ada sekitar kurang lebih 50,000 Posyandu yang tersebar diseluruh kabupaten/kota Jatim.
Keberadaan Posyandu ini akan memonitor perkembangan kesehatan Balita setiap bulan. Dengan adanya Posyandu tersebut, lanjutnya, jika ada indikasi Balita yang mengalami gizi buruk, Dinkes bisa mendeteksinya lebih awal. Oleh karena itu, masyarakat harus rutin mengikutsertakan balita ke Posyandu di masing-masing RW.
Harsono berharap dengan adanya Posyandu beberbagai tempat memungkinkan anak untuk mendapatkan asupan gizi yang baik. Jika Posyandunya dekat dengan rumah maka dapat dipastikan orang tua akan lebih mudah untuk memeriksakan kesehatan atau asupan gizi kepada anaknya.
”Kita berharap Jatim dapat mencapai target yang telah ditetapkan karena AKB merupakan tugas bersama baik pemerintah, swasta dan masyarakat,” jelasnya.
Sebelumnya di sela pembukaaan harganas di Surabaya, Ketua tim Penggerak PKK Jatim, Dra Nina Sukarwo mengatakan, faktor gizi buruk di Jatim bukan karena kemiskinan, melainkan kurangnya pengetahuan atau Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua dalam menangani anak. Pemprov Jatim mencatat, dari seluruh penyebab gizi buruk, 40 persennya karena pola asuh yang salah, 28 persen karena adanya penyakit pada bayi, sedangkan sisanya karena faktor lain.
Pola asuh orang tua yang salah menjadi faktor utama gizi buruk di Jatim, sehingga perlu dibenahi dengan menggandeng berbagai lembaga hingga perusahaan yang konsen dalam peningkatan gizi balita untuk membantu memberantas gizi buruk. Untuk itu, pihaknya mewajibkan agar penggerak PKK di 38 kota dan kabupaten Jatim untuk melakukan berbagai kegiatan sosialisasi di daerahnya.
Lebih lanjut Bude Karwo mengatakan, penurunan AKB dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Jatim merupakan hasil nyata dari pendampingan kader PKK di lapangan mulai dari tingkat kabupaten sampai ke tingkat dasa wisma. PKK Jatim terus berfokus untuk menangani masalah-masalah yang ada di hulu dan mensinergikan 10 program pokok PKK dalam rangka pencapaian MDGs seperti penurunan AKB dan AKI tersebut.
“Kader PKK yang ada di grass root telah membantu Pemprov Jatim untuk menekan AKB. Tren turun terus menerus dengan adanya keaktifan kader PKK,” ujarnya.
Ia mengatakan, salah satu yang dilakukan PKK Jatim yakni kader PKK melakukan pendampingan terhadap ibu-ibu hamil yang berisiko tinggi. Dalam melakukan pendampingan terdapat buku pedoman untuk mendampingi dari masa kehamilan hingga masa nifas. “Kader PKK sangat ikhlas mendampingi dari tingkat provinsi hingga dasawisma. PKK Jatim luar biasa, bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Kader itu mendampingi sejak hamil, kemudian melahirkan, memberikan pembekalan bagaimana memberikan asi eksklusif, inisasi menyusui dini, hingga masa nifas,” tuturnya. [dna]

Keterangan Foto: Petugas posyandu memberikan makanan tambahan kepada balita. [dna/bhirawa]

Rate this article!
Tags: