‘DOSA’ Indonesia Ingatkan Pemerintahan Jokowi

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya menggelar aksi memperingati Hari HAM, Kamis (11/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya menggelar aksi memperingati Hari HAM, Kamis (11/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya,Bhirawa
Pemerintah Indonesia, hingga kepemimpinan Presiden Joko Widodo sekarang belum mampu menuntaskan setumpuk kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Bahkan di masa pemerintahan Joko Widodo muncul kasus HAM, yakni terbunuhnya aktivis lingkungan Salim Kancil yang menentang penambangan pasir di Lumajang.
Tidak ingin kasus-kasus HAM sekadar menjadi tumpukkan kelam “pekerjaan rumah” pemerintah dari masa ke masa, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) menggelar DOSA (Do Solidarity and Action) Indonesia, di halaman rektorat kampus, kemarin. Hari HAM Internasional per 10 Desember kemarin menjadi momentum.
Aksi mahasiswa ini cukup menyita perhatian mahasiswa lain lintas fakultas di kampus yang berlokasi di Jalan Sutorejo Surabaya itu. Bagaimana tidak? Beberapa miniatur makam dibuat. Layaknya pusara sebenarnya, ada gundukkan tanah merah, taburan bunga dan batu nisan.
Pada batu nisan bertuliskan kasus-kasus pelanggaran HAM di dalam maupun luar negeri. Di antaranya, Tanjung Priok (1984), Marsinah (1995), Penculikan Aktivis (1998), pembunuhan Munir (2004), Trisakti (1998), PKI (1965-1970), Petrus (1982-1985), Pra DOM (1976-1989), Operasi Seroja (1995-1999), Ambon (1999), Palestina 1948), hingga Rohingnya (2012).
Sejumlah payung hitam menguatkan suasana duka. Salah seorang mahasiswi berpayung hitam mendatangi satu demi satu pusara yang ada. Tanpa kata, melalui gelaran teatrikal itu dia ingin mengatakan ke pemerintah, “Masih banyak kasus HAM menumpuk”.
“Masih banyak kasus pelanggaran HAM yang belum dituntaskan pemerintah. Melalui peringatan Hari HAM Internasional ini kami mahasiswa Fakultas Hukum menggali kembali kasus-kasus HAM yang belum tuntas. Kami ingatkan pemerintah,” kata Taufiqurrohim, mahasiswa semester 3 FH UMS, disela aksi.
Satria Unggul, dosen pengampu mata kuliah Hukum Internasional FH UMS mengapresiasi aksi mahasiswanya. “Janji pemerintahan Joko Widodo menuntaskan kasus-kasus HAM. Faktanya hingga sekarang belum ada tanda-tanda ke arah sana. Bahkan justru pecah kasus panggaran HAM baru, matinya aktivis lingkungan Salim Kancil yang menentang tambang,” papar Satria yang juga berorasi disela aksi. [tam]

Tags: