Dosen UB Olah Limbah Tempe Jadi Biogas dan Pakan Ternak

Tim UB Malang saat berada dikawasan Kampung Sanan, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. [m taufiq]

Malang, Bhirawa
Wakil Rektor (Warek) Bidang Kerjasama Universitas Brawijaya (UB), Prof Sasmito Djati, berhasil membimbing peternak sapi di kawasan Sanan Kelurahan Purwantoro mengolah limbah menjadi biogas.
Kalaborasi dilakukan Prof Sasmito bersama rekan kerjanya sama – sama dosen UB, Dr Atiek Iriany (FMIPA) dan pakar ternak potong Fakultas Peternakan (Fapet) UB, Dr Kuswati.
“Ini merupakan sinergi antara Wakil Rektor Bidang Kerjasama, bersama MIPA dan Fapet,” tutur Prof Sasmito.
Prof Sasmito merinci, jika kawasan Sanan, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, sebagai sentra industri tempe terbesar di Kota Malang. Bahkan berdasarkan catatannya, hampir 90% masyarakat Sanan berprofesi sebagai pengusaha tempe.
“Hampir semua warga Sanan, bergelut dibidang tempe, mulai dari usaha tingkat mikro hingga skala besar. Di sisi lain mereka juga memiliki ternak sapi potong yang mencapai seribu ekor, makanya ini kemudian dijaring manfaat pengelolaan limbahnya,” katanya.
Karena dua kegiatan masyarakat ini melahirkan limbah yang melimpah baik dari industri tempe maupun limbah ternak. Limbah cair dari pabrik tempe yang tidak diolah secara maksimal akan menghasilkan aroma busuk cukup kuat. Sedangkan kotoran ternak hanya menumpuk terabaikan. Salah satu solusi penanggulangannya untuk limbah kotoran sapi adalah mengolah limbah itu menjadi biogas. Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
“Selain dapat digunakan untuk kebutuhan proses industri tempe, yang setiap hari dibutuhkan oleh masyarakat, biogas bisa juga untuk keperluan dapur rumah tangga pribadi. Sehingga dapat menekan biaya produksi pembuatan tempe,” tambah pria ramah ini.
Sementara itu, limbah dari industri tempe berupa kulit ari kedelai dan air rebusan kedelai dapat dimanfaatkan untuk sumber tambahan pakan dan minum ternak. Karena proteinnya yang sangat tinggi cocok untuk penggemukan ternak.
Sementara itu, Dr Kuswati menambahkan, kedelai tinggi kandungan nutrisi, meskipun berasal dari sisa air rebusan dan kulit arinya. ”Pemberian sisa kedelai ini bisa untuk penggemukan sapi potong dan tentu dagingnya akan berlimpah,” ujar Kuswati.
Dr Kuswati berharap, langkah ini dapat mengatasi masalah limbah di Sanan, baik limbah dari industri tempe maupun limbah kotoran ternak. Agar menambah keterampilan masyarakat sekaligus menambah income pendapatan.
“Di sisi lain mewujudkan kampung biogas sebagai representasi green campus oleh Universitas Brawijaya,” tukasnya. [mut]

Tags: