Ekonomi Syariah Sulit Diterapkan di Jatim

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

PKS Jatim, Bhirawa
Ekonomi syariah memang sangat bagus tapi sistem ekonomi yang mengedepankan kejujuran ini dirasa masih sulit penerapannya di Jatim.
Hal ini diungkapkan Gubernur Jatim,Soekarwo di sela-sela acara Sarasehan Ekonomi Transformasi Struktur Ekonomi Jatim yang diselenggarakan PKS Jatim memperingati Hari Pahlawan di Gedung Dyandra Jl Basuki Rahmat, Senin (14/11)
“Ekonomi syariah itu Jatim jadi model. Tapi pelaksanaannya sangat berat karena syaratnya kejujuran, dengan mudarobah. Ini tetap harus dicoba. Sebagian masih memakai flat suku bunga rendah. Itu double account,” kata Soekarwo.
Sedangkan Presiden PKS Sohibul Iman menerangkan, pihaknya lebih fokus padan perbankan syariah dan alternatif pembiayaan dengan wakaf dan zakat. Ia mengungkapkan market share eknomi syariah di Indonesia jauh di bawah Malaysia. Padahal penduduk muslimnya lebih sedikit dibanding Indonesia.
“Market share kita hanya 5%. Ini ironis, jauh dibanding Malaysia. Padalah umat Islam lebih besar Islam kita lebih besar.  Kami di DPR RI sudah memperjuangkan. Ada Undan-undang syariah. Kini tinggal implementasinya bagaimana,” kata Sohibul Iman.
Ia memaparkan besarnya potensi zakat dan wakaf jika dilaksanakan di Indonesia. “Total penduduk muslim sekitar 200 juta orang. Anggap separohnya saja setiap hari seribu rupiah, itu besarnya bisa mencapai Rp100 miliar sebulan,” ungkap pria asal Tasikmalaya ini.
Sementara itu, salah satu pembicara dalam sarasehan DR Raditya Sukmana memaparkan makalah dengan judul Sistem Ekonomi Syariah sebagai Alternatif Membangun Kemandirian Ekonomi Jatim. “Potensi zakat di Indonesia ini berdasar studi IPB, mencapai Rp217 triliun,” kata Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB Unair ini.
Sedangkan untuk potensi wakaf, ia mencontohkan pembangunan Rumah Sehat Terpadu. Layanan kesehatan yang dibangun di Bogor Jawa Barat ini dibangun dari wakaf uang dan barang senilai Rp65 miliar. “Rumah penyembuhan ini bisa memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma pada kaum duafa,” ungkap dia.
Raditya memaparkan, populasi di Indonesia 240 juta jiwa. Populasi muslim 85% atau sekira 200 juta jiwa. Diasumsikan separuh muslim tidak miskin, sekira 100 juta jiwa. Dari 100 juta jiwa ini berwakaf Rp1000 setiap bulan maka bisa terkumpul Rp100 miliar sebulan.
“Perlu pemberdayaan masyarakat yang merupakan partner penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial kemasyarakat, berupa lembaga zakat dan wakaf. Juga harus menggalakkan instrumen zakat dan wakaf,” tegas dia. [cty]

Tags: