Ekspor Jatim Diprediksi Capai 2,2 Miliar Dollar AS

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman saat pelepasan ekspor produk holtikultura Jatim di Dinas Pertanian Jatim, Senin (8/10). [Humas pemprov jatim]

Mentan Puji Pelaksanaan IB Jatim
Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo dan Menteri Pertanian (Mentan) RI Amran Sulaiman melepas ekspor tiga komoditas hortikultura Jatim berupa buah Mangga, Bawang Merah, dan benih Kangkung diekspor ke Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan China. Harapannya, perdagangan antar provinsi dan ekspor ke luar negeri dari Jatim ke negara ASEAN dapat meningkat pada tahun 2018 ini.
Untuk ekspor Jatim ke negara ASEAN pada 2017 mencapai 1,5 miliar Dollar AS, untuk tahun ini diperkirakan ekspor Jatim bisa mencapai 2,2 miliar Dollar AS. “Jadi peningkatan ekspornya kita naik itu bagus. Tapi perlu diperhatikan bahwa ekspor itu bisa dilakukan jika kebutuhan dalam negeri telah tercukupi,” kata Gubernur Soekarwo saat bersama Mentan) RI Amran Sulaiman melepas ekspor tiga komoditas hortikultura di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jatim, Senin (8/10).
Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu juga menjelaskan masih banyak produk pertanian yang bisa diekspor seperti produk susu yang per harinya bisa memproduksi sebanyak 1.600 ton. Untuk perdagangan antar provinsi Jatim tahun 2018, diperkirakan surplus mencapai lebih dari Rp. 210 triliun dengan rincian semester I mencapai Rp. 101 triliun, dan di semester II diperkirakan mencapai Rp. 110 triliun. “Artinya perdagangan antar provinsi bisa dikatakan lebih meningkat dibanding tahun lalu yang mencapai Rp. 164 triliun,” kata Pakde Karwo.
Seusai melepas komoditas ekspor tersebut, Pakde Karwo mengatakan, pelepasan ekspor terhadap tiga komoditas hortikultura ini merupakan langkah yang tepat dan memberikan solusi yang baik bagi petani. Khususnya, komoditas bawang merah yang harganya sedang mengalami penurunan.
“Ini merupakan keputusan yang tepat dari Menteri Pertanian. Pada saat harga anjlok untuk komoditas bawang merah, dilakukan ekspor. Langkah ini juga memberikan solusi yang baik bagi petani bawang merah,” tandasnya.
Ketiga komoditi yang diekspor berasal dari berbagai daerah di Jatim. Untuk komoditi Mangga berasal dari Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan dengan eksportir PT. Mahkota Multi Mandiri. Tujuan ekspor Mangga bervarietas Arumanis tersebut dikirim ke Malaysia dan Singapura, dengan volume atau ekspor awal sebanyak 5 ton dengan target 100 ton untuk tahun 2018.
Untuk komoditas Bawang Merah yang diekspor berasal dari Kabupaten Probolinggo. Komoditi bervarietas Super Philip tersebut diekspor ke Filipina dengan volume ekspor sebanyak 26 ton. Target yang ditetapkan pemerintah sebesar 800 ton untuk tahun 2018. Sedang eksportir komoditi tersebut berasal dari CV. Bawang Mas 99.
Sedangkan komoditas Benih Kangkung berasal dari Kabupaten Lamongan dengan jenis varietasnya bernama KK ASA 04. Komoditas tersebut rencananya dikirim ke Vietnam, China, dan Malaysia dengan volume ekspor awal sebanyak 20 ton, dengan target sebanyak 800 ton di tahun 2018. Sebagai eksportirnya berasal PT. Java Karlos Indonesia.
Sementara itu, Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman menjelaskan, pelepasan ekspor komoditas hortikultura di saat kondisi rupiah melemah menjadi momentum emas untuk mendorong ekspor Indonesia. Kondisi seperti ini justru sangat menguntungkan bagi petani Indonesia.
“Langkah ini juga merupakan tindak lanjut perintah Presiden RI untuk mendorong ekspor sebanyak-banyaknya, mempermudah eksportir. Jika perlu diantarkan langsung agar mempermudah perijinan. Kita harus mendorong eksportir Indonesia, termasuk negosiasi dengan negara tujuan.” tandasnya.
Kementan RI juga telah melakukan beberapa kali mengekspor produk-produk pertanian. Seperti pada dua bulan lalu mengekspor domba dan kambing. “Ini luar biasa karena produk-produk pertanian Indonesia sudah menembus ke pasar dunia, bahkan ke pasar Eropa,” ungkapnya.
Berdasarkan data 2017, ekspor Indonesia naik 24 persen yakni Rp. 441 triliun dan diharapkan tahun ini bisa meningkat lagi. Karena itu, ia akan mendorong ekspor dan investasi guna meningkatkan perekonomian Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Mentan RI Amran Sulaiman juga mengapresiasi Pakde Karwo sebagai gubernur andalan. Sebab, Jatim telah banyak melakukan ekspor produk-produk pertanian ke luar negeri. “Khusus untuk Pak Gubernur, kami sangat mengapresiasi,” katanya.
Ditempat yang sama, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi, menambahkan Kementan telah menetapkan prognosa produksi sayuran 2018 mencapai 12,9 juta ton atau naik 3,4 persen dibandingkan 2017, bawang merah 1,5 juta ton atau naik 1,5 persen dibandingkan 2017 dan produksi mangga 2,27 ton, naik 3,08 persen dari 2017.
Ada pun persyaratan ekspor buah telah memenuhi standar SPS, bebas dari lalat buah, kutu putih, dilakukan registrasi kebun, sertifikasi packing house dan perkarantinaan. Proses produksi baik mangga maupun benih sayuran dikerjakan bermitra dengan petani.
“Kementan akan terus memperluas kawasan pengembangan mangga dan benih sayuran. Bantuan untuk petani akan dikawal hingga hasilnya bisa ekspor. Kemitraan petani dengan pelaku usaha pun menjadi bagian yang dijamin Kementan. Ini penting agar petani benar-benar sejahtera dan nilai ekspor semakin tinggi,” katanya.

Mentan Puji Pelaksanaan IB Jatim
Sebelumnya, Mentan RI juga menyempatkan untuk bertandang ke Dinas Peternakan Provinsi Jatim (Disnak Jatim), bersama Gubernur Jatim dan melangsungkan pertemuan bersama jajaran Disnak Jatim selama kurang dari satu jam.
Seusai itu, Mentan RI mengapreasiasi langkah Jatim dengan kepemimpinan Pakde Karwo bisa meningkatkan populasi ternak. “Jatim terbaik dalam pelaksanaan keberhasilan IB dan populasinya tertinggi. Ini semua juga berkat Pak Gubernur Jatim, ” kata Amran.
Kenaikan populasi dikarenakan IB bisa melebihi target yaitu 120 persen. “Dari jumlah presentase itu, sekitar 40 persen atau 50 persennya dari total Nasional, IB keberhasilannya berada di Jatim. Bisa dibayangkan jika ada lima provinsi seperti Jatim ini menghasilkan satu provinsi bisa 1 juta ekor, maka bisa lima juta ekor. Maka permasalahan sapi sudah selesai,” katanya.
Kedepan, Kementan RI akan berupaya mendorong ketujuh provinsi lainnya, seperti Jateng, Kalbar, Lampung, NTB, dan Bali agar menjadi pusat produksi sapi dan peternakan lainnya. [rac]

Tags: