Garap Proyek Tol Krian-Manyar, PT PWU Jatim Gandeng Waskita Karya

Pembangunan jalan Tol Solo-Ngawi-Mojokerto.

Pembangunan jalan Tol Solo-Ngawi-Mojokerto.

DPRD Jatim, Bhirawa
PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim, salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jatim tengah berupaya keras meningkatkan kinerja perusahaannya supaya dapat memberikan kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang signifikan untuk pembangunan di Provinsi Jatim.
Direktur Utama PT PWU Jatim Basanto mengatakan bahwa pihaknya tengah mematangkan kerjasama joint venture dengan PT Waskita Karya, salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang kontruksi untuk menggarap proyek jalan tol dari Krian-Legundi-Bunder-Manyar sepanjang 39 kilometer.
“Investasi dalam proyek ini totalnya mencapai Rp 12,026 triliun. Sedangkan komposisinya PT Waskita Karya 55 persen, swasta 25 persen dan PT PWU Jatim 20 persen,” ujar Basanto saat dikonfirmasi, Minggu (18/9).
Diakui Basanto, proyek tol Krian-Manyar ini tergolong baru karena menggunakan model unsolicited, di mana proses pembebasan lahan akan dilakukan sendiri oleh perusahaan joint venture hingga pengerjaan fisiknya. Sedangkan fungsi pemerintah hanya akan memberikan izin konsesi hingga jalan tol tersebut nantinya menjadi milik pemerintah.
“Sesuai rencana, jalan tol Krian-Manyar sebagian besar menggunakan elevated (menggantung) sehingga pengerjaannya memakan biaya mahal. Namun di sisi lain kebutuhan lahan tidak terlalu besar karena lahan yang akan dibebaskan sebagian besar berupa sawah, tegalan, tambak dan tanah pengairan,” bebernya.
Hingga saat ini proses pembebasan lahan terus dilakukan sehingga dijadwalkan mulai 2017 pengerjaan fisik sudah bisa dimulai. “Kalau berjalan lancar pada 2019 mendatang jalan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar sudah bisa dioperasikan,” harap Basanto.
Selain jalan tol, PT PWU Jatim juga tengah mematangkan rencana kerjasama dengan salah satu BUMN farmasi yaitu PT Indo Farma untuk    pengembangan usaha PT Casa Husada, salah satu anak perusahaan PT PWU untuk  memproduksi infus. Terlebih, usaha ini sangat menjanjikan karena pangsa pasarnya sangat terbuka.
“Kebutuhan infus di Indonesia masih kekurangan sekitar 100-120 juta. Bahkan kebutuhan infus Jatim yang mencapai hampir 40 juta baru terpenuhi sekitar 12 juta. Jadi ini merupakan peluang besar karena selama ini pemain usaha ini hanya didominasi PT Otsolen dan anak perusahaannya saja,” beber Basanto.
Disinggung soal kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha produksi infus, Basanto menyatakan tidak terlalu besar yakni sekitar Rp 60 miliar. “Kita hanya akan menyediakan lahan yang dekat dengan sumber air bersih. Sedangkan mesin akan ditanggung PT Indo Farma, sekaligus menjadi leader market karena sudah pengalaman di bidang farmasi,” jelasnya.
Ia juga tidak memungkiri, rencana pengembangan dan peremajaan usaha PT PWU Jatim ini belum dibicarakan dengan DPRD Jatim karena masih dalam proses pematangan. “Nanti kalau sudah matang, pasti rencana tersebut akan kami sampaikan ke DPRD Jatim supaya mendapatkan dukungan,” pungkasnya. [cty]

Tags: