Gaya Politik Milenial Masa Kini

Oleh :
Ike Dwi Ambarwati.
Mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Milenial. Merupakan sebuah sebutan yang tak asing didengar pada saat ini. Apa yang terlintas ketika mendengar sebutan kaum milenial? Ya, generasi berteknologi yang serba serbi mudah, cepat, dan uptodate.Perkembangan iptek yang semakin meningkat seiring membawa pada arah pergerakan waktu yang mulai menggerus dari generasi ke generasi. Perubahan pada generasi yang lebih menyukai modernitas ini tentunya memiliki ruang tersendiri untuk menempatkan posisi mereka baik di bidang sosial, ekonomi, dan politik saat ini.
Generasi Z mulai tergantikan dengan keberadaan generasi milenial yang menjadi perbincangan hangat pada saat ini. Sebutan Gen Y (milenial) mencirikan satu keunikan yang mereka punya, yakni minimnya data empirik dan fokus terhadap sikap dan gaya prilaku politik masa kini. Penentuan sikap ini mengarah pada pola pikir Gen Y dalam menentukan arah kebijakan politik dengan suatu paradigma demi menyongsong Indonesia lebih maju. Budaya konsumtif informasi juga perlu ditingkatkan sebagai kebutuhan pokok mereka dalam mempengaruhi perilaku politik nantinya.
Kaum yang melek teknologi tentunya selalu mengikuti pergerakan zaman yang tak lepas dari pengaruh dunia politik. Sebagai gambaran di tahun 2018 sampai 2019 nanti akan terjadi pesta politik yang meriah. Tahun ini akan menjadi ajang adu ketenaran, adu elektabilitas, dan kualitas antar masing-masing pasangan calon beserta koalisinya. Kemenenangan parpol dalam Pilkada juga dpat memperkuat pencalonan parpol di Pilpres 2019 nanti. Segala bentuk kampanye beserta pelicin dan juga istilah media darling mulai dipasarkan. Akan tetapi masih ada ketidakpahaman gen Z dalam hal ini, mereka yang masih tergolong dalam lingkup pemilih pemula tidak begitu memperhatikan perilaku dan gaya politik masing-masing parpol. Berdasarkan pencatatan KPU, hasil rekapitulasi data pemilih potensial dengan rentang usia 17-25 tahun kurang lebih mencapai 42 juta. Dengan jumlah yang luar biasa ini tak ayal jika, beberapa partai mulai melirik kalangan muda dengan berbagai program pendidikan politik. Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang ciri khusus generasi baru ini, yaitu berdasarkan beberapa kajian demografi, bahwa generasi Y cenderung ingin menjadi agent of change bagi sosial serta berorientasi pada target yang akan dicapai dengan cara-cara yang lebih simple, yaitu dengan memanfaatkan media sosial maupun media lainnya.
Jika kita amati, bahwa kaum milenial lebih menyukai sosok pemimpin yang zaman now alias trendy. Karena gen Y ini beranggapan bahwa pemimpin yang bisa memahami perilaku generasi mileniallah yang paling sesuai. Dan tentunya generasi milenial akan lebih memilih pemimpin yang satu suara personal branding kekinian sesuai trend di kalangan pemilih zaman now, program kerja yang populis dan tidak ngawang-awang. Bahayanya ada pada media darling yang mulai meningkat, dimana tokoh politik tak segan-segan berkancah pada media sosial untuk mencari perhatian kaum muda-mudi generasi milenial. Sehingga, politik anak muda masa kini cenderung pada politik yang tidak memiliki instansi tertentu seperti hanya tertarik pada hastag terhangat, petisi, dan segala macam bentuk isu-isu politik. Permasalahannya tingkat minat Gen Y dalam isu politik ini tidak sebanding dengan minat baca dari berbagai sumber terpercaya. Banyaknya kaum milenial yang ikut campur dalam isu politik tanpa memiliki landasan atau pedoman yang mereka pegang jika sewaktu-waktu tercekam dalam sebuah diskusi politik. Kaum milenial ini tidak memiliki kemantapan ideologi dalam mambaca isu isu politik, jadi tidak heran jika mereka suka bersuara berkomentar diberbagai akun media sosial tapi tidak memiliki alasan kuat dalam membela argumennya sendiri. Disisi lain, permasalahan kaum milenial adalah membaca sumber berita hoax. Terkait isu politik, tak jarang berhalu lalang awak media tanpa mereka kaji dari bermacam sumber, sehingga menimbulkan permasalahan yang tiada ujungnya. Keunikan generasi milenial pada saat ini adalah mereka yang mengidolakan salah satu tokoh politik menganggap bahwa sumber dari tokoh yang mereka gurui adalah yang paling benar. Mereka mempercayakan informasi yang diberikan dari idolanya itulah yang paling akurat. Hal ini perlu digaris bawahi sebagai kaum milenial, bahwa tidak semua tokoh memiliki tingkat kebenaran terkait isu-isu politik tanpa sebuah data dan sumber yang jelas. Stigma yang sering menyebutkan bahwa politik itu kotor sebenarnya muncul dari beberapa pendapat tokoh yang disetujui masyarakat tanpa dikaji terlebih dahulu. Banyaknya campur tangan dunia politik dengan media massa. Banyaknya sistem dan kebijakan politik yang disebarkan dalam media sosial yang sumber kutipannya meragukan. Hal ini menjadi pokok permasalahaan dimana generasi milenial harus waspada untuk mengolah berita dalam mencerna, sehingga disisi lain juga mengajarkan terkait pernedaan berita hoax dan fakta.
Perpecahan yang terjadi selalu berakibat dari berita hoax yang sifatnya memecahkan sekelompok. Tak heran jika selama perjalanan dari tahun 2017 hingga saat ini pembahasan politik agama selalu menjadi pembahasan yang hangat dan menarik.Begitupula penggunaan media sosial sebagai wadah berkampanye politisi. Tak bisa dihindari bahwa media sosial sudah menjadi media utama infomasi kaum milenial. Oleh karena itu, kehadiran milenial yang menjadi pemicu keikutsertaan permasalahan ini perlu dibina dengan tidak menjejali informasi yang tak bermutu demi kepentingan. Kehadiran kaum milenial harus mendapatkan rangkulan penuh dari pemerintah. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan membawa perubahan pola pikir negara nanti, tentunya pemerintah harus menerapkan budaya literasi kepada kaum milenial. Selain itu, politisi beserta elit politik harus memberikan edukasi politik yang baik sebagai bekal ilmu generasi milenial sehingga menimbulkan kesadaran politik yang positif. Perlu penekanan terhadap beberapa oknum politik untuk lebih bijak dalam menggunakan media tanpa niatan mencari dukungan suara dengan cara menjatuhkan yang lain. Disisi lainsetelah kesadaran politik dari kaum milenial terbangun, maka politisi juga berhak memberikan panggung politik bagi mereka untuk berpartisipasi dalam menyuarakan argumen beserta membawa perubahan gaya politik dalam mensejahterajan rakyatnya.

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: