Giliran Warga Tuban Berburu Kepompong Ulat

Sejumlah warga yang kediamannya berada di sekitar tepian hutan saat berburu kepompong ulat Jati. (khoirul Huda/bhirawa)

Sejumlah warga yang kediamannya berada di sekitar tepian hutan saat berburu kepompong ulat Jati. (khoirul Huda/bhirawa)

Tuban, Bhirawa
Kalau sebelumnya sebagian besar warga masyarakat di Kabupaten Tuban yang tinggal disekitar hutan diresahkan dengan ulat pohon jati yang ‘Menyerbu’ hingga rumah penduduk, kali ini setelah ulat bermetamorfosis (perubahan) menjadi kepompong malah diburu untuk dikusumsi setelah dimasak terlebih dahulu.
Tidak sedikit warga juga menjual hasil buruanya pada masyarakat lain sebagai tambahan lauk makan sehari-hari layak-nya ikan tawar atau ikan laut atau sebagai kuliner musiman bagi masyarakat yang tidak alergi, karena jika tidak dimasak dengan benar akan timbul gatal-gatal usai makan kepompong tersebut.
“Enaknya digoreng mas, kadang ya ditumis, wong sama garam saja sudah gurih rasanya,” kata Ngasmi (36), Warga Ngulhan, Kecamatan Montong, yang tengah berburu kepompng di Kawasan Hutan BKPH Mulyoagung, di Desa Guwoterus Tuban (5/1).
Menurut Ngasmi, kepompong ulat jati selain dimasak sebagai lauk pelengkap  dan ditumis dengan bumbu lengkap maupun sekedar digoreng dengan garam, bagi para penikmat kuliner musiman ini, rasa kepompong sudah cukup nikmat apalagi disantap siang hari. “Kalau ada yang mau ya dijual mas, malah kadang ada orang dari jauh yang bawa mobil berhenti hanya sekedar untuk beli kepompong buruan kami,” terang Ngasmi.
Ngasmi dan warga lain tidak mematok secara khusus harga kepompong, menurut mereka hasil buruan dengan cara mengais daun jati tempat ulat bermetamorfosis cukup dihargai sepantasnya oleh para pembeli. “Kemarin satu plastik ukuran satu kilo-an, saya dikasih uang 50 ribu,” terang wanita yang mencari kepompong bersama anaknya itu.
Sementara, Siti Aisyah, warga Kecamatan Montong lainya, mengaku gemar makan kepompong meski tak sempat mencari sendiri. Setiap musim seperti sekarang ini, dirinya hampir selalu mencari keberadaan warga yang mencari kepompong untuk membeli. “Biasanya beli mas, ya gak sempet cari sendiri, nanti siapa yang jaga warung,” kata Aisyah.
Menurutnya, kepompong yang dibeli dari warga akan digoreng, biar awet biasanya kepompong akan dikukus terlebih dahulu setelah dibersihkan dan disimpan dalam lemari pendingin, agar lebih tahan lama. “Biasanya dimasak sedikit sedikit, kalo kebanyakan takut alergi, lagian yang doyan cuman saya sama suami, anak-anak gak ada yang mau,” terang Warga Desa Pucangan,  pemilik warung nasi di jalan Merakurak- Montong (5/1). [hud]

Tags: