Gubernur Khofifah Serahkan Sertifikat Hak Milik Warga “Desaku Menanti”

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyerahkan sertifikat hak milik pada warga “Desaku Menanti” Kampung Margo Utomo, di Dusun Jetis, Desa Progo, Kabupaten Pasuruan, Rabu (23/12).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyerahkan sertifikat hak milik pada warga “Desaku Menanti” Kampung Margo Utomo, di Dusun Jetis, Desa Progo, Kabupaten Pasuruan, Rabu (23/12). Penyerahan sertifikat ini disambut bagi seluruh warga kampung.

Dalam penyerahan sertifikat itu, Gubernur Khofifah juga menyerahkan bantuan sebesar Rp 50 Juta, yang dimanfaatkan untuk peningkatan perekonomian seluruh warga kampung.

Sekedar diketahui, Kampung Margo Utomo yang juga dikenal “Desaku Menanti” ini merupakan program rehabilitasi sosial dari Kementerian Sosial RI yang berdiri sejak tahun 2014 dengan tujuan meningkatkan keberfungsian sosial keluarga gelandangan dan pengemis (gepeng) dalam memenuhi kebutuhan dasar.

Dalam kunjungannya tersebut, Gubernur Khofifah mengapresiasi keberadaan Kampung Margo Utomo, dimana bisa memandirikan eks gepeng yang sebelumnya tidak memiliki rumah.

“Kini tinggal membangun penguatan ekonomi mereka. Format seperti ini (Kampung Margo Utomo/Desaku Menanti, red) harus terus ditumbuhkembangkan. Tak hanya sekedar pemberian rumah, tapi pembinaannya dilakukan dalam meningkatkan keberfungsian sosial,” katanya.

Gubernur Khofifah mengapresiasi seluruh peran serta seluruh tim yang luar biasa memberikan pembinaan kemandirian pada warga, seperti kepala desa, camat dan TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) yang telah mendampingi warga kampung.

Selama kunjungannya, Gubernur juga menyempatkan diri melihat kerajinan warga yaitu pembuatan keset dari kain perca. Keset buatan warga juga sangat bagus sehingga Gubernur juga tidak segan untuk membeli seluruh produk yang dihasilkan warga tersebut.

“Pengembangan produksi dan pemasaran keset di Margo Utomo ini diinformasikan tadi sudah bagus, Jika misalnya kebutuhannya adalah tambahan alat, maka kita bisa support dengan membelikan tambahan alat. Sehingga, makin banyak lagi yang bisa berproduksi di sini,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Khofiah juga bersapa dan memotivasi anak anak warga Kampung Margo Utomo. Ia menanyakan pada anak anak mengenai cita cita kedepan. Anak anak pun saling bersahutan menyebutkan cita citanya.

“Semoga cita citanya diijabahi Allah SWT. Jangan berhenti untuk belajar dan bercita- cita. Mari kita berdoa bersama,” kata Khofifah seraya membacakan surah Al Fatihah bersama anak-anak lainnya.

Menurutnya, proses pemberian penguatan harkat dan martabat warga di “Desaku Menanti” Margo Utomo ini harus terus diperkuat, utamanya pada anak anak.

“Masa depan anak anak harus memiliki harapan dan cita cita. Kenapa saya tanya mereka cita cita apa?. Semua itu, karena saya ingin membangun cita cita mereka, agar belajar dan bekerja keras dalam membangun cita citanya,” tandasnya.

Sebelumnya, warga sekaligus pendamping TKSK, Nursoleh menyampaikan, dengan diserahkan sertifikat hak milik untuk warga maka warga merasa terbantu.

“Desa Menanti ini memang dikhususkan bagi eks binaan Dinas Sosial khusus gepeng,” katanya.

Diceritakannya, jumlah warga di Kampung Margo Utomo “Desaku Menanti” sebanyak 50 kk (kepala keluarga) dengan 216 jiwa, Gelombang pertama sebanyak 35 kk dan gelombang kedua 15 kk.

Warga berasal dari Surabaya, Malang, Bondowoso, Madiun, dan Nganjuk. Rata-rata warga bekerja menjadi tukang batu, tukang kayu, peracangan hingga bercocok tanam.

“Hingga kini warganya terus bertahan, akhirnya mendapatkan sertifikat sesuai tujuan pemerintah, mengembalikan mereka pada fungsi sosialnya. Ini merupakan titik perjuangan bagi kami. Kami ingin membangun menara gading di kampung ini,” katanya.

Dikatakannya, selain pemberian sertifikat, Gubernur juga menyerahkan bantuan paket sembako dan bantuan pendidikan seperti alat sekolah.

“Selain itu, Kampung Margo Utomo dibantu pemasangan jaringan internet untuk anak anak warga binaan yang selama kondisi pandemi covid-19, pembelajaran melalui daring,” ujarnya.

Menurut Nursoleh, bagi warga lebih mengutamakan anak dikarenakan untuk memutus rantai kemiskinan. “Memutus kemiskinan tidak harus melalui orang tuanya namun dari anak. Karena orang tua sudah menjadi tua, dan penerusnya yang harus lebih baik adalah anak yang siap bertarung di masa depan,” katanya. (rac.hil)

Tags: