Gubernur Minta Aspikom Jalin Komunikasi yang Tak Timbulkan Mispersepsi

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa hadir pada pelantikan Pengurus Pusat Aspikom di Auditorium Universitas Ciputra Surabaya, Kamis (22/9). [achmad tauriq]

Surabaya, Bhirawa
Pelantikan Pengurus Pusat (PP) dan Seminar Nasional (Semnas) Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) tahun 2022 yang digelar di ruang Auditorium Lantai 7, Universitas Ciputra Surabaya, Kamis (22/9) turut dihadiri Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Khofifah mengungkapkan, salahsatu yang harus mengiringi dari berbagai program yang dilakukan oleh siapapun komunikasi ini harus sukses dan komunikasi yang tidak boleh menimbulkan mispersepsi.
“Aspikom sebetulnya memiliki tugas besar dan berat untuk mengurangi bad speak, bullying, hoax dan menghilangkan semuanya sama sekali juga tidak mudah. Paling tidak Aspikom ini bergerak bersama maka bad speak, bullying, hoax saya rasa akan bisa teriduksi,” terangnya.
Khofifah menambahkan yang terpenting adalah setiap komunikasi yang terbangun itu seyogyanya akan membangun muncul karena menghindari mispersepsi dan selanjutnya kan muncul kepercayaan dan juga membangun respek. “Maka komunikasi yang sukses adalah komunikasi yang bisa membangun koneksitas, jadi jangan terjadi satu jalur komunikasi. Kalaupun kemudian terbangun dua komunikasi atau lebih itu semua akan produktif dan itu semua adalah tugas besar kita semua terutama Aspikom,” jelasnya.
Ketua Umum Aspikom, Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si mengatakan tantangan Aspikom saat ini ada dua yakni internal dan eksternal, seperti internal nantinya akan ada pengembangan wilayah Aspikom walaupun ada diseluruh provinsi tapi ada beberapa wilayah dan perguruan tinggi yang belum nyambung.
“Secara eksternal tentu saja tantangan perkembangan teknologi ini sudah harus sudah siap diupdate oleh seluruh prodi ilmu komunikasi Indonesia. Dan kami memiliki lebih dari 330 prodi ilmu komunikasi Indonesia yang siap untuk kami sebarkan atau kita angkat peningkatan kompetensinya masing-masing,” ujarnya.
Bekti Istiyanto menambahkan karena akademisi baik dosen dan mahasiswa tidak akan mungkin berkembang kalau saja mereka tidak menjadi cikal bakal keilmuan di kampusnya masing-masing. “Nantinya mereka akan terjun langsung ke masyarakat, kalau seperti tadi istilah-istilah yang disebutkan dengan kondisi kekeinian seperti bullying, hoax dan sebagainya dimunculkan itu hanya satu sisi saja. Kita masih punya banyak hal-hal yang lebih berat tantangannya yaitu bagaimana caranya ilmu komunikasi ini bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat, tidak hanya sekadar digunakan tapi tidak paham dengan maksudnya,” paparnya.
Hal inilah yang menjadi tugas dari Aspikom mengembangkan menjadi jauh lebih baik, lebih tinggi dan bisa digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat. “Aspikom ini sangat bagus dan di Jawa Timur ini termasuk korwil yang solid yang utuh dan berkembang dengan cepat. Dan kita akui prodi ilmu komunikasi banyak berkembang di pulau Jawa meskipun ada beberapa wilayah seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Utara yang maju juga. Akan tetapi memang Jawa Timur ini termasuk daerah yang diunggulkan,” pungkas Bekti Istiyanto. [riq.wwn]

Tags: