Gubernur Minta Siswi Ingin Jual Ginjal Urungkan Niat

Didik Susanto menerima santunan dari Gubernur Jatim Dr H Soekarwo disaksikan Nurul Faridatul Hasanah, siswi kelas 12 SMAN 3 Surabaya yang berniat menjual ginjalnya akibat beban ekonomi keluarga.

Didik Susanto menerima santunan dari Gubernur Jatim Dr H Soekarwo disaksikan Nurul Faridatul Hasanah, siswi kelas 12 SMAN 3 Surabaya yang berniat menjual ginjalnya akibat beban ekonomi keluarga.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Niat Nurul Faridatul Hasanah, siswi kelas 12 SMAN 3 Surabaya yang berniat menjual ginjalnya akibat beban ekonomi keluarga langsung direspon oleh Gubernur Jawa Timur, H.Sokerawo dengan mengunjungi rumahnya.
Didampingi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Dr Harun MSi MM, Gubernur Soekarwo mendatangi rumah yang terletak di RT 1 RW 03 Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya, Sabtu (5/4) pagi. Di rumah kontrakan kecil itu, Pakde Karwo-sapaan lekat Soekarwo, yang datang secara tiba-tiba itu langsung masuk melihat kondisi Nurul dan keluarganya.
Dalam kunjungan itu, Pakde Karwo tak mendapati Nurul. Ia bertemu dengan ayah Nurul, Didik Susanto yang sedang tergolek lemas di atas tempat tidur akibat penyakit stroke yang dideritanya. Melihat kondisi itu, Pakde Karwo yang mengenakan batik coklat itu mencoba menguatkan hati Didik untuk terus berjuang melawan penyakit yang ia derita.
“Sabar ya pak, pemerintah pasti mencarikan solusinya,” ungkapnya.
Sambil duduk di atas tempat tidur, orang nomor satu di Jatim itu mencoba mengorek lebih dalam kondisi sebenarnya yang dialami keluarga Didik Susanto hingga anaknya, Nurul berencana menjual salah satu ginjalnya.
Dengan sabar, Pakde Karwo mendengarkan keluh kesah Didik yang didampingi istrinya, Nurhayati. “Semua itu harus dijalani dan kita harus tabah,” katanya.
Tak selang beberapa saat kemudian, Nurul Faridatul Hasanah itu masuk rumah yang sudah penuh dengan banyak orang. Mendengar kehadiran Gubernur Soekarwo ke rumahnya, siswa yang juga bekerja sebagai pelayan kafe sepulang sekolah itu tampak terharu dan langsung berjabat tangan Pakde Karwo.
Sambil duduk bersebelahan, kepada Nurul, Pakde Karwo menyampaikan rasa salut dengan apa yang dilakukannya. Namun, kata Pakde Karwo, rencana untuk menjual salah satu ginjalnya itu bukan sebuah solusi utama.
Setelah mendengar seluruh kondisi yang dihadapi, Pakde Karwo langsung memberikan santunan kepada keluarga Didik Susanto. Isak tangis Didik dan keluarganya pun seketika pecah. “Maturnuwun Pakde, maturnuwun sanget (terima kasih Pakde, terima kasih sekali),” kata guru SMPN 4 Surabaya itu.
Sementara untuk mengobati penyakit yang diderita Didik, istri dan anaknya, Pakde Karwo menyampaikan kalau pemerintah akan turun tangan mengobati hingga sembuh. “Prinsipnya kita tanggung iya. Ini akan kita bicarakan dengan Bu Wali (Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini). Prinsipnya pemerintah itu kan pemerintah daerah, provinsi dan pusat. Dan agar tidak terjadi tumpang tindih ya kita koordinasikan,” jelasnya.
Menyoal kondisi kesehatan Didik Susanto hingga memunculkan rencana anaknya Nurul Faridatul Hasanah menjual salah satu ginjal, Pakde Karwo menyampaikan kalau peristiwa tersebut biar menjadi bahan koreksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. “Ini kan menjadi anomali BPJS. Dan saya sangat respek dengan media, agar BPJS terkoreksi dan dibenahi,” katanya.
Namun, sebut Pakde Karwo, persoalan tersebut tidak harus membuat pemerintah berpangku tangan. “Ini yang akan kita isi untuk mengisi kekosongan BPJS. Dan pemerintah harus turun tangan. Tetapi sekali lagi, pemerintah tidak boleh kemudian tidak memberikan solusi langsung terhadap persoalan seperti ini. Pemerintah harus menyelesaikan dan harus hadir,” tegasnya.
Sementara menanggapi rencana Nurul Faridatul Hasanah yang ingin menjual salah satu ginjalnya, Pakde Karwo menegaskan kalau rencana itu diurungkan. Sakit yang diderita ayah, ibu dan adiknya akan segera diurusi pemerintah.
“Penyebab utama Nurul (rencana menjual salah satu ginjalnya) adalah soal utang yang membelit keluarganya. Rentenir yang masuk di keluarganya. Sehingga bapaknya stroke itu karena tagihan rentenir,” jelasnya.
Menanggapi santunan yang diberikan, Pakde Karwo menyampaikan karena rasa iba atas kondisi yang dialami keluarga Didik Susanto. “Ini murni membantu karena kita semua terenyuh dengan niat Nurul yang mau menjual ginjal demi keluarganya,” ujarnya
Seperti diberitakan, Nurul adalah putri sulung dari Didik Sutanto yang kini sedang menderita stroke beserta Nur Hayati, istrinya, yang menderita kanker rahim. Adiknya, Ayu, juga masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) kini terserang kanker getah bening dan tumbuh benjolan di sekitar lehernya. Adik bungsunya juga sampai saat ini belum sekolah karena menderita authis.
Penderitaan keluarganya tidak cukup sampai disitu. Keluarganya juga dikejar-kejar rentenir karena sudah menunggak hutang hingga puluhan juta rupiah. Nurul pun menyerah dan tak ada pilihan lain kecuali berencana menjual ginjalnya seharga Rp70 juta untuk menanggung hutang sekaligus membiayai pengobatan keluarganya.
Keinginannya sempat disampaikan kepada teman-teman sebayanya di sekolah. Meski disarankan agar tidak menjual ginjal, perempuan berambut panjang itu tetap ngotot. “Saya sudah tak tega melihat penderitaan kedua orang tua. Apalagi jika melihat adik saya yang setiap hari mengeluh kesakitan,” kata Nurul.
Sebenarnya, kata dia, sepekan lalu sudah ada pihak yang tertarik dan menemuinya membeli ginjalnya. Hanya saja, karena ditawar terlalu murah, akhirnya tidak jadi. “Semula orang tua tidak tahu, tapi akhirnya tahu dan melarang keras. Tapi saya tidak ada pilihan lain. Ayah juga tidak bisa mengajar lagi sebagai guru karena stroke,” pungkasnya.  [iib]

Tags: