Gugah Ingatan dengan Ludruk

Drs Nurwiyatno MSi

Drs Nurwiyatno MSi
Siapa tak kenal ludruk. Kesenian drama tradisional dari Jatim ini di era kekinian telah mulai ditinggalkan penikmatnya. Pamornya kalah dengan drama film di bioskop-bioskop atau layar kaca yang tentunya lebih menarik. Padahal, kesenian ludruk merupakan salah satu potensi dan daya tarik mendatangkan turis ke Jatim.
Kondisi ini mendapat perhatian dari Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Jatim Drs Nurwiyatno MSi yang berkesempatan nonton langsung ludruk di gedung pertunjukan kesenian THR Surabaya. Pria yang sehari-hari menjabat Inspektur Provinsi Jatim ini nonton ludruk setelah menerima undangan teman masa kecilnya, Sabtu (1/7) malam. Ludruk yang digelar oleh kelompok kesenian ludruk Irama Budaya itu mengangkat lakon Ayahku Pulang.
Bagi Cak Nur, sapaan akrab Nurwiyatno, kesenian adalah bagian dari dirinya. Meski tidak pernah berkecimpung dalam kesenian ludruk, dalam darah keluarganya semua memiliki hobi berkesenian, yaitu seni musik. “Saat ditawari nonton ludruk, langsung saya iyakan. Kebetulan lama tidak nonton ludruk,” katanya.
Menurut dia, dengan berkesenian menjadikan hidup lebih indah dan kesenian merupakan salah satu instrumen pemersatu bangsa. Untuk Itu Cak Nur berharap, semua masyarakat mau kembali melestarikan kesenian asli Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia memiliki kepribadian yang berkebudayaan.
Seni pertunjukan ludruk yang mengangkat tema-tema cerita rakyat ini, lanjutnya, merupakan seni pertunjukan asli Jatim yang saat ini telah memasuki masa kritis. Masyarakat Kota Surabaya yang dulu identik dengen kesenian ini, lambat laun menjadi sulit menyaksikan kesenian tradisional yang menghibur ini secara langsung. Apalagi gedung pertunjukan yang berada di belakang Hi Tech Mall THR Surabaya ini terkesan kumuh dan tak terawat sehingga masyarakat kota makin enggan melihat.
Cak Nur mengatakan, salah satu sisi yang menarik dari kesenian ini adalah diangkatnya tema-tema yang berasal dari masalah kehidupan rakyat keseharian. Sehingga dengan melihat ludruk terasa menggugah kembali ingatannya masa lalunya, saat menjadi aktivis di GMNI Universitas Jember.
Pria yang menyatakan niatannya maju sebagai calon Wakil Gubernur Jatim di Pilkada 2018 tersebut juga mengaku sangat mengapresiasi seniman-seniman, terutama pemeran ludruk yang terus berusaha tampil terbaik meski saat ini kurang mendapat perhatian.
Ke depan, ia mengaku akan berusaha membantu memecahkan masalah kesenian ini dengan memikirkan bersama para penggiat seni yang ada di Dewan Kesenian Jatim mencari jalan keluar agar kesenian dan budaya Jatim terus terlestarikan. “Ludruk adalah kesenian lokal yang tak tergantikan dan tidak sedikit wisatawan sangat menyukainya, termasuk turis,” ujarnya. [iib]

Rate this article!
Tags: