Guru harus Bisa Menjadi Motivator dan Fasilitator

Hibatun Wafiroh

Hibatun Wafiroh
Semangat yang tinggi selalu menyertainya dalam menjalankan tugas. Bu guru manis kelahiran Rembang ini bernama Hibatun Wafiroh. Biasa disapa dengan sebutan Bu Wafi.
Sejak tahun 2009 hingga sekarang, perempuan yang tinggal di Babat ini bertugas di SMP Negeri 2 Kedungpring Kabupaten Lamongan. Selain bertugas sebagai guru IPA, Lulusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta ini juga menjabat sebagai Kepala Urusan Kurikulum.
Kepeduliannya di bidang literasi membawanya bertugas sebagai koordinator tim literasi sekolah. Selain mengajak siswa aktif mensukseskan gerakan literasi sekolah, juga membina majalah sekolah yang terbit setiap semester. Tak hanya itu, alumni Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta ini juga membina ekstraTahfidz Alquran dan pidato Bahasa Arab di sekolahnya. Beberapa kali peserta didik binaannya menjadi Juara I Pidato Bahasa Arab Tingkat Kabupaten Lamongan.
Kiprahnya di bidang pendidikan tak terbatas hanya di sekolah tempat dia bertugas. Ia juga sering berbagi di sekolah lain. Baik untuk berbagi dengan guru maupun siswa. Untuk siswa, dia konsens di bidang motivasi belajar, motivasi sukses, motivasi literasi,dan motivasi tahfidz Alquran.
“Muara pendidikan adalah perubahan karakter. Jadi kita tidak bisa mengajar saja. Yang terpenting adalah mendidik. Dalam proses mendidik inilah peran guru harus bisa menjadi motivator sekaligus fasilitator”, ungkapnya.
Menurut Ibu dua anak ini, seorang motivator tidak hanya menyemangati, tetapi harus bisa menginspirasi dan menggerakkan. “Hidup adalah bergerak. Dan diantara hidup yang bermanfaat adalah hidup yang menggerakkan,”ungkapnya lagi. Motivator cantik ini menuturkan bahwa hanya orang semangat yang bisa menyemangati orang lain.
“Untuk menjadi motivator harus memiliki antusiasme yang tinggi. Karena antusiasme itu menular. Menularkan semangat, kebaikan, dan energi positif lainnya”, tuturnya.
Menurut guru multitalenta ini, seorang guru harus bisa menjadi fasilitator. Menjadi fasilitator berarti memberi kesempatan peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam mencapai tujuan belajarnya. Itulah proses pendidikan yang memanusiakan.
Aktivitasnya sebagai penggiat literasi membuatnya tak segan untuk terus belajar dan berbagi tentang literasi. Beberapa kali memotivasi para guru untuk mensukseskan gerakan literasi guru di beberapa daerah, seperti Lamongan, Mojokerto, Madiun, dan Sleman Yogyakarta. Tak heran jika akhir bulan Desember kemarin, dia lolos seleksi trainer Sasisabu Mediaguru.
Menariknya, di antara aktivitasnya yang padat, dia juga menyempatkan diri mengikuti berbagai kegiatan di event nasional. Beberapa kali artikel ilmiahnya turut mewarnai seminar nasional kesharlindung dikdas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bulan Oktober 2018 lalu dia meraih penghargaan Presenter Terbaik dalam Seminar Nasional tersebut.
Di tengah kesibukannya, Bu Wafi juga berbagi waktu menjadi pengurus aktif MGMP IPA, Ikatan Guru Indonesia (IGI), dan Komisi Nasional Pendidikan (Komnasdik). Baginya dimanapun berada, harus bisa menebar manfaat, inspirasi, dan kebaikan. Prinsip “khoirunnas anfa’uhum linnas” menjadi pegangannya. Baginya, menjadi pengurus itu harus bisa melayani, membantu, dan mempermudah orang lain.
“Apapun yang kita lakukan, harus didasari niat yang luas. Bukan niat yang sempit untuk kepentingan pribadi, tetapi niat untuk kepentingan ummat. Belajar, berbagi, dan menebar kemanfaatan dan kemaslahatan lillahi ta’ala”, ungkapnya. [why]

Tags: