Hacker Bjorka, Dipuji dan Diwaspadai

Oleh :
Azhar Muttaqin
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang

Kemunculan hacker Bjorka belakangan ini menjadi sorotan utama pemberitaan Nasional.Bahkan beritanya sempat meredupkan gempitanyapemberitaan tragedi pembunuhan Brigadir Joshua oleh Mantan Kadiv Propam Ferdy Sambo.Bagaimana tidak,hacker Bjorka tiba-tiba mempublikasikan secara terbuka, data yang diretasnya dari lembaga-lembaga pusat Informasi Pemerintah.Setidaknya begitu yang diakuinya.Beberapa data itu ada yang dianggap rahasia dan privasi, bahkan ada sebagian yang dianggap sensitif dan bisa menuai kontroversi.

Pada Agusutus 2022, Bjorka mengaku memiliki 1.3 miliar nomor ponsel pengguna Indonesia.Data itu terungkap dari unggahan salah satu anggota forum Breached.Karena selain mempublikasikannya ke publik.Bjorka juga melakukan penjualan data itu ke forum online. Data itu berisi data pribadi yang terdiri dari nomor seluler kartu prabayar, lengkap dengan identitas penggunanya, NIK, dan nama operator seluler. Paling tidak menurutnya laku terjual senilai 50 ribu dolar, atau setara dengan 745 juta rupiah.

Yang paling merisaukan banyak kalangan adalah bocornya 105 juta data pemilih, lengkap dengan asal provinsi, kota, kecamatan, kelurahan, TPD, NIK-KK, nama, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, dan alamat. Beberapa pakar yang telah mencocokkan temuan ini dengan beberapa kasus kebocoran lainnya, menyatakan memang ada kesesuaian.Tentu hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi pelaksanaan Pemilu 2024.

Tidak berhenti di situ, Bjorka juga membeberkan data-data diri para pejabat pemerintah dan politik. Seperti data diri Presiden Jokowi, Wakil Presiden Ma`ruf Amin, Menkominfo Johny G. Plate, Ketua DPT Puan Maharani, Menteri BUMN Erick Tohir, hingga pegiat media sosial Denny Siregar dan Abu Janda. Bjorka juga sempat membagikan kumpulan surat kepada Presiden Jokowi, termasuk surat dari BIN yang berlabel “rahasia”. Walapun kemudian keabsahannya masih diragukan, dan BIN juga mengklaim bahwa data BIN masih aman.

Pemerintah pun akhirnya merespon dengan serius. Presiden Jokowi memerintahkan untuk membentuk tim khusus untuk menangani hal ini. Tidak tanggung-tanggung, emergency response team ini merupakan gabungan dari unsur Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Siber dan Sandri Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri.

Bergerak cepat tim ini merasa telah mengungkap tersangka Hacker Bjorka, dan disampaikan oleh Menko Polhukam Machfud MD. Pada 14 september 2022, yang kemudian menetapkan beberapa tersangka, dan yang paling viral adalah penangkapan pemuda berinisial MAH, pemuda berumur 21 tahun dari Kabupaten Madiun. Namun Bjorka kemudian membantahnya, dan mengatakan bahwa Polisi telah mendapat informasi yang salah dari platform Dark Tracer.

Pandangan Warganet

Apa yang dilakukan Hacker Bjorka sejatinya adalah tindakan kriminal yang bisa diancam pidana, karena masuk kategori doxing, transmisi data pribadi. Penyebaran informasi secara ilegal jelas melanggar Pasal 32 Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Namun ada yang menarik dari sikap warganet terkait sepak terjang Hacker Bjorka ini,yaitu kecenderungan atau trend memberikan pujian kepadanya, usai ungkapan sarkasme nya kepada Pemerintah.Sebagian malah menganggapnya sebagai hero dan beramai-ramai memintanya untuk membongkar lebih banyak lagi dokumen yang dimiliki pemerintah.

Salah satu contohnya Bjorka dianggap heroik karena mengancam akan membocorkan data dan aplikasi MyPertamina akibat prihatin dengan kebijakan menaikkan harga BBM yang memberatkan masyarakat tidak mampu. Tapi yang paling menyita perhatian adalah saat Bjorka mengungkap data tentang dalang pembunuhun aktivis HAM Munir Said Thalib yang meninggal karena diracun arsenic pada tahun 2004.Padahal hingga kini dalang pembunuhan itu masih misteri.

Dengan berani Bjorka mengatakan bahwa dalangnya adalah Muchdi Purwopranjono yang saat itu menjabat sebagai Deputi V BIN bidang Penggalangan (2001-2005). Padahal pada desember 2008 ia dinyatakan tidak terbukti secara sah dan bersalah atas tuduhan itu oleh PN Jakarta Selatan.Istri Munir, Suciwati, kemudian ikut merespon dengan menilai apa yang dilakukan hacker Bjorka itu sebagai pesan penting, bahwa publik masih terus menanti penyelesaian kasus tersebut.

Sebenarnya sikap warganet ini merupakan bentuk ketidakpuasan dan ketidakpercaayan terhadap pemerintah.Selain seringnya kasus-kasus hukum yang tidak jelas penyelesaiannya, atau direkayasa oleh para oknum penegak hukum, juga pemerintah dianggal lemah dalam menjamin keamanan data pribadi warganya.

Dalam kurun tahun 2022 saja Indonesia sudah mengalami tujuh kasus kebocoran data bersekala besar.Mulai dari kasus kebocoran dokumen milik Bank Indonesia di januari 2022; kasus kebocoran data pasien di beberapa rumah sakit di Indonesia; kebocoran data pelamat kerja di PT Pertamina Training and Consulting (PTC);kebocoran data dari 21 ribu perusahaan di Indonesia; kemudian dijualnya data milik 17 juta pelanggan PLN, dan yang terbaru kebocoran data yang dilakukan hacker Bjorka.

Tidak salah kemudian kepercayaan warga kepada kinerja pemerintah makin surut. Hal itu bisa dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh tim riset Tirto yang bekerja sama dengan penyedia layanan survey daring Jakpat pada 8 september 2022. Dari responden yang berjumlah 1.519 orang dengan profesi yang beragam dari 32 provinsi di Indonesia, menunjukkan 84,99 persen percaya ketika ditanya seberapa tinggi kepercayaan mereka atas keamanan data pribadinya di bawah institusi swasta. Sedangkan dalam pertanyaan yang sama terhadap institusi pemerintah, yang pecaya lebih rendah, yaitu sebanyak 71,83 persen. Bahkan 10,73 persen menjawab “sangat tidak percaya”.

Keberpihakan warga terhadap para hactivism bisa dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap pengelolaan pemerintah yang amburadul. Padahal sejatinya aksi hacker Bjorka itu bisa membahayakan masa depan bangsa sendiri. Karena jika data curian itu berada di tangan orang-orang yang berniat jahat, pastilah bisa berbuah resiko yang besar.Maka ini perlu jadi perhatian besar pemerintah kita, dan perlu menjadi bahan introspeksi bersama pesan yang disampaikan Bjorka “Stop Being Idiot”.

——— *** ———-

Rate this article!
Tags: