Harga Anjlok, Petani Kentang dan Kubis Bromo Merugi

Para petani kentang saat membersihkan kentang hasil taninya di di Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, Minggu (19/4). Mereka tak dapat menikmati keuntungan karena harga sayuran anjlok.

Para petani kentang saat membersihkan kentang hasil taninya di di Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, Minggu (19/4). Mereka tak dapat menikmati keuntungan karena harga sayuran anjlok.

Pasuruan, Bhirawa
Petani kentang dan kubis di lereng Gunung Bromo sambatan (mengeluh) lantaran harga sayur-mayurnya itu anjlok di tingkat petani. Sehingga merekapun tidak mendapatkan keuntungan.
Salah satu petani di Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, Hariyadi mengungkapkan harga kentang di tingkat petani hanya dihargai Rp3.000-3.500 per/kg. Padahal sebelumnya masih bisa dijual antara Rp6.500-7.000 per/kg. Untuk harga kubis normalnya antara Rp2.000-2.500 per/kg, namun saat ini hanya Rp500-1.000 per/kg.
“Harga kentang dan kubis makin anjlok yang mencapai 50 persen dan tidak seperti biasanya. Tengkulak hanya bersedia membeli separuh harga dari sebelumnya. Harga seperti ini membuat para petani di lereng gunung bromo merugi besar,” tandas Hariyadi, Minggu (19/4).
Menurut Hariyadi, anjloknya harga tersebut dikarenakan kualitas kentang dan kubis jelek terserang hama busung daun. Termasuk juga menyebabnya adalah curah hujan yang tinggi serta mengandung zat asam yang tinggi pula.
“Jika kentang, daun umbinya yang rusak dapat menghambat proses pertumbuhan sehingga umbinya tidak bisa tumbuh dengan maksimal dan jadi kecil-kecil. Untuk kubis juga sama, sayuran itu tidak berkembang alias tetap kecil,” papar Hariyadi.
Bicara kerugian, para petani kentang dan kubis kerugiannya mencapai puluhan juta per sekali tanam. Untuk setiap hektar lahan kubis, setiap musim panen sekali tanam bisa menghasilkan 40 hingga 50 ton kubis.
Dengan harga normal sebesar Rp2.000, saat panen petani bisa mengantongi Rp80-100 juta penghasilan kotor. Sedangkan kentang, setiap hektarnya petani bisa memanen sekitar 18 ton hingga 25 ton. Selama masa tanam 2014 lalu, harga kubis terendah masih sebesar Rp1.200 per/kg dan untuk kentang masih bisa mencapai Rp5.000 per/kg.
“Tapi saat ini petani tidak ada untung bahkan merugi. Itu karena modal yang dikeluarkan petani cukup besar, sementara masuk musim panen langsung diderita dengan harga murah. Belum lagi obat-obatan anti hama dan pupuk. Makanya para petani di wilayah Tosari saat ini sangatlah merugi,” kata Abdul Karim, petani lainnya.
Diketahui, sayuran kentang dan kubis yang menjadi produk unggulan Kabupaten Pasuruan, sebagian besar banyak ditanam di lereng pegunungan bromo. Luas lahan kubis di Kabupaten Pasuruan mencapai 2.601 hektar, sedangkan lahan untuk kentang mencapai 4.196 hektar.
Camat Tosari, Teguh mengakui bahwa warganya yakni para petani kentang dan kubis di lereng gunung bromo mengeluhkan anjloknya harga dua sayuran tersebut. Pihaknya akan berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan. [hil]

Tags: