Hermawan Kertajaya Sebut Waw, Pakde Karwo Optimistis Tekan Calo

Pakde Karwo saat meninjau ATM Samsat Jatim di Grand City Surabaya.

Pakde Karwo saat meninjau ATM Samsat Jatim di Grand City Surabaya.

Kota Surabaya, Bhirawa
Pemprov Jatim di bawah pimpinan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, tak henti-hentinya untuk berinovasi. Dengan semangat Gajah Mada, pemprov bersama Polda Jatim dan PT Jasa Raharja mewujudkan inovasi pertama di Indonesia. Apa itu ?.
Inovasi pelayanan yang mengubah kantor menjadi mesin itu adalah Anjungan Transaksi Mesin (ATM) Samsat Jatim. Launching inovasi ini pun telah dilakukan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama Wakil Kepala Korps Polisi Lalu Lintas (Wakakorlantas) Mabes Polri Brigjen Pol Drs Sam Budigusdian, Wakapolda Jatim Brigjen Pol Suprojo Wirjo Sumarjo dan Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB), Mirawati Sujono AK MSc, di Grand City Surabaya, Selasa (8/7) lalu.
Gebrakan ini pun disambut luar biasa oleh banyak kalangan. Salah satunya adalah Founder and CEO of MarkPlus Hermawan Kertajaya. Pakar marketing asli Surabaya ini menyebut inovas ATM Samsat Jatim ini adalah inovasi yang sangat luar biasa hebatnya.
“Ini sangat Waw. Indonesia itu Waw. Jadi jangan dianggap remeh jika Indonesia itu memiliki inovasi yang luar biasa. Salah satu bentuk nyatanya adalah inovasi yang dikeluarkan Pakde Karwo ini, ATM Samsat Jatim,” kata Hermawan.
Menurut Penasihat Ahli Kapolri Bidang Marketing ini, Dinas Pendapatan (Dipenda) memang harus melakukan inovasi dan peremajaan program. Sebab jika SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) lain itu yang menggunakan uang, tapi Dipenda adalah SKPD yang mencari uang.
Untuk itu, jika Dipenda tidak melakukan inovasi dalam mencari uang dan hanya tergantung pada pemberian pemerintah pusat, daerah tersebut tidak akan bisa maju. Oleh karena itu, Dipenda harus bekerjasama dengan banyak pihak untuk melakukan inovasi tersebut.
“Saya senang dengan Pakde Karwo, selalu ada yang baru dari beliau. Saya banyak belajar dari beliau juga. Selama 23 tahun di Dipenda Jatim, Pakde Karwo telah banyak membuat inovasi. Dan Sekarang setelah menjadi Gubernur, juga berhasil membuat bawahannya untuk terus berinovasi,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Hermawan juga mengatakan, dunia pemasaran saat ini mengalami perubahan yang mendasar dari marketing 1.0 menjadi 2.0 dan kini 3.0. Marketing 1.0 beriorentasi pada produk, marketing 2.0 berorientasi pada pelayanan (service), sedangkan marketing 3.0 berorientasi pada spirit kemanusiaan (human spirit).
Berdasarkan spirit kemanusiaan, jelasnya, dalam melakukan pemasaran yang berhasil kemudian dilakukan pengembangan 3 C yaitu character, codification, dan clarification. Character merupakan membangun aura yang berkharisma. Pada Codification dilakukan diferensiasi untuk mengembangkan otentisitas. Sedangkan clarification adalah upaya memposisikan diri pada masyarakat sesuai dengan karakterisitik dan otentisitas.
“ATM Samsat Jatim ini sudah pada marketing 3.0. Marketing setelah ada internet itu mengalami banyak perubahan. Jika sebelumnya itu dapat memuaskan pelayanan tapi sekarang yang menentukan adalah servisnya. Servis ATM Samsat Jatim itu memudahkan masyarakat dalam membayar pajak, tidak mengenal waktu dan tempat,” tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengatakan, program ATM Samsat Jatim ini untuk mempermudah masyarakat membayar pajak kendaraan dan mempersempit ruang gerak para calo. Selain itu, juga mampu menekan angka korupsi di tubuh Satlantas Polri.
“Dengan inovasi ini, dipastikan tidak akan ada lagi masalah KKN, karena pembayaran pajak kendaraan menggunakan mesin ATM. Semua biaya transparan. Ini yang kali pertama di Indonesia dalam hal pelayanan publik,” terangnya.
Untuk tahun 2014 ini, Pemprov Jatim menyediakan 10 unit mesin ATM Bank Mandiri yang akan dipasang di beberapa titik. “Tahun depan, kita akan tambah lagi, tapi tergantung jumlah kebutuhan,” ucap Pakde Karwo.
Diakui Pakde Karwo, meningkatnya jumlah calo dan rentan terjadinya korupsi, jika dalam tempat pelayanan publik terjadi antrean. Jumlah biayanya pun cenderung tidak transparan. “Kalau menggunakan mesin ATM dalam pembayarannya, semuanya dipastikan akan lebih transparan dan tidak ada sistem transaksional, karena mesin ATM tidak bisa diajak dialog. Artinya, semuanya makin akuntable dalam pelayanan,” pungkasnya.
Keberadaan ATM Samsat ini, juga diharapkan mampu menggenjot pendapatan pajak daerah. Di sektor pajak kendaraan sendiri, data Samsat Jatim menyebut, penerimaan kas melalui pungutan kendaraan bermotor ditargetkan Rp 9,3 triliun pada 2014 ini, dan sudah terealisasi 47,79 persen atau sebesar Rp 5,1 triliun. [iib]

Tags: