Insinyur Diharapkan Bantu Pemerintah Tangani Bencana

Wakil Gubernur Jatim berbincang-bincang dengan Ketum Pusat PII Hermanto Dardak, dalam acara pengukuhan Penggurus Insinyur Indonesia di Hotel JW Marriot Surabaya.

(Pelantikan Pengurus PII Jatim)
Surabaya, Bhirawa.
Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf mengajak semua insinyur yang tergabung dalam Persatuan Insinyur Indonesia (PII), untuk ikut mencari solusi penanganan bencana yang terjadi di Jatim. Hal itu bisa dilakukan dengan membuat kajian atas bencana yang kerap terjadi tiap tahun, seperti tanah longsor, banjir dan jalan rusak.
“Hasil penelitian yang telah PII bekerjasama dengan pemerintah daerah tersebut nantinya akan menjadi acuan, serta bisa memberikan solusi konkrit kepada masyarakat,” terang Gus Ipul sapaan akrab Wagub Jatim pada acara Pelantikan Pengurus PII wilayah Jatim Periode 2016/2019 dan Seminar Nasional di Hotel JW Marriot, Surabaya, Kamis (2/2).
Ia menambahkan, penelitian itu harus segera dilakukan sebab merupakan langkah awal dalam menentukan langkah pemerintah untuk meminimalisir bencana. Disamping itu Insinyur harus berinovasi dalam melakukan kajian, meskipun disadari bahwa anggaran yang disediakan tidak besar. “Intinya riset-riset dalam bidang keteknikan yang ditekuni Insinyur, adalah pendukung utama kemajuan bidang konstruktif di tengah masyarakat,” terangnya.
Terkait kebutuhan tenaga Insinyur lanjutnya, Indonesia masih sangat kekurangan. Apalagi sekitar 60 ribu lulusan Sarjana Teknik yang dimiliki Indonesia, hanya 45 persen yang berprofesi sebagai insinyur. Sedangakan dari 45 persen yang menjadi insinyur, yang bekerja di sektor infrastruktur hanya 50 persen saja.
Disamping itu, kebutuhan untuk menumbuhkan profesi insinyur memang sangat mendesak. Data World Bank menunjukkan bahwa pasar konstruksi kita adalah keempat terbesar di dunia. “Hal ini harus kita lihat secara optimis agar lebih banyak orang yang menekuni profesi insinyur, karena peluang kerjanya terbuka lebar,” imbuhnya.
Lebih lanjut disampaikan, merujuk pada amanat UU Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran, untuk mendapat profesi insinyur, seorang sarjana teknik harus menempuh pendidikan lagi dalam Program Studi Pendidikan Profesi Insinyur. Dalam rangka penyiapan SDM, program tersebut adalah langkah penting menyambut MEA.
Berkenaan dengan itu, Menristek Dikti telah memberi mandat pada Jatim untuk melahirkan insinyur berkualitas. Sehingga pada tahun 2016 ini Universitas Brawijaya (UB) Malang telah menjadi pelopor pelaksanaan Program Pendidikan Profesi di Jatim. “Tahun ini rencananya UB akan meluluskan pertama kalinya insinyur setelah menempuh pendidikan setahun,” ungkapnya.
Ia berharap, delapan perguruan tinggi lainnya di Jatim akan menyusul langkah tersebut diantaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Jember. Dengan demikian diharapkan Provinsi Jatim bisa menjadi terdepan dalam memberikan solusi bagi masalah kuranganya insinyur profesional. “Kita mesti optimis bisa melahirkan SDM insinyur yang mumpuni di bidangnya. Sehingga bisa bersaing dengan negara-negara lain, serta bermanfaat bagi kehidupan orang banyak,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PII Dr Ir Hermanto Dardak mengatakan, saat ini tidak semua penanganan jalan mampu ditangani oleh Kementrian PUPR. Ini menunjukkan bahwa masalah di lapangan cukup komplek, sehingga PII membutuhkan masukan dan kerjasama dari lembaga lain.
Menurutnya penanganan jalan rusak seperti saat ini kurang efektif, seharusnya pemerintah memiliki rekomendasi sehingga bisa dicegah. “Setiap kondisi rawan bencana memiliki penanganan yang berbeda pada setiap titiknya. Karenanya kajian penelitian yang dilakukan khusus di Jatim nantinya , kami harapkan bisa menjadi acuan dalam menangani kasus serupa di kota-kota di Indonesia,” harapnya. [iib]

Tags: