Inspirasi Hidup Para Kiai

Buku Kiai KharismatikJudul Buku  : Kiai-Kiai Kharismatik dan Fenomenal
Penulis    : Nur Rokhim
Penerbit  : Ircisod
Cetakan    : I, Agustus 2015
Tebal    : 244 halaman
ISBN    : 978-602-279-169-0
Peresensi  : Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas bermukim di Kebumen.

Bagi masyarakat di negeri ini, kiai adalah sosok istimewa yang dihormati dan disegani. Tidak hanya karena ia berasal dari keturunan darah biru, tapi juga karena ketinggian ilmu serta wawasan keagamaannya sehingga membuat sosoknya begitu dihormati. Sebagai sosok yang dianggap istimewa, kehidupan para kiai tentu memiliki kisah inspiratif yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Buku ini mengulas sisi lain kehidupan para kiai yang dapat dijadikan inspirasi sekaligus teladan oleh masyarakat luas. Para kiai yang dikisahkan dalam buku ini merupakan kiai-kiai kharismatik dan fenomenal yang segala tingkah laku serta jasa-jasanya sangat berpengaruh besar bagi dirinya sendiri, orang lain, bahkan bagi bangsa dan negara.
KH. Kholil Bangkalan, atau akrab dipanggil Mbah Kholil, merupakan sosok kiai yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi. Ia lahir pada hari Selasa, 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M. Ayahnya yang bernama KH. Abdul Lathif merupakan kiai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Kiai Abdul Lathif memiliki garis keturunan yang jika diurutkan akan sampai ke Sunan Gunung Jati.
Mbah Kholil termasuk sosok kiai yang dikenal sebagai gurunya para kiai se-Jawa dan Madura. Para kiai yang pernah tercatat menjadi muridnya adalah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama), Kiai Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), Kiai Bisri Syansuri (Jombang), Kiai Abdul Manaf (Lirboyo, Kediri), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Usymuni (Pandian Sumenep), dll. Bahkan, menurut penuturan Kiai Asa’ad Samsul Arifin, Ir. Soekarno presiden pertama Republik Indonesia, meski tak secara resmi sebagai murid Mbah Kholil, juga pernah berguru padanya.
Sejak kecil, Mbah Kholil dididik secara ketat oleh ayahnya. Ia termasuk sosok yang haus ilmu, terutama fikih dan nahwu. Saking giatnya belajar, bahkan sejak usia muda ia telah menghafal dengan baik kitab Nazham Alfiyah Ibnu Malik (Seribu Bait Ilmu Nahwu). Ketika orangtuanya mengetahui putranya memiliki minat tinggi pada ilmu pengetahuan, ia lantas dikirim ke berbagai pesantren untuk menimba berbagai ilmu agama (hal. 15-16).
Mbah Kholil termasuk pribadi mandiri, tak suka menggantungkan hidupnya pada orang lain, bahkan orangtuanya sendiri yang berasal dari kalangan berada. Kemandiriannya juga terlihat ketika ia bercita-cita ingin menimba ilmu di Makkah. Lantas, dengan menggunakan biaya tabungannya, hasil bekerja sampingan sebagai buruh pemetik kelapa saat nyantri di sebuah pesantren di Banyuwangi, ia berhasil mewujudkan cita-citanya menimba ilmu di Mekkah. Bahkan saat di Mekkah, ia juga hidup mandiri. Di sela-sela belajarnya, ia bekerja paruh waktu, menjadi penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar (hal 17-18).
Kiai kharismatik selanjutnya adalah Kiai As’ad Syamsul Arifin. Ia adalah seorang kiai yang memiliki peran besar dalam perjuangan mengusir penjajah dari negeri ini. Ia juga termasuk tokoh yang membidani lahirnya organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Perannya bagi bangsa ini memang tak diragukan lagi. Melalui Pesantren Salafiyah Syafi’iyah warisan sang ayah, ia mendidik generasi penerus bangsa ini tanpa kenal kata lelah. Kendati godaan kekuasaan datang, ia tetap bergeming. Baginya, pesantren adalah segalanya.
Kiai As’ad lahir dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maimunah, di sebuah perkampungan Arab yang berdekatan dengan Masjidil Haram di Makkah tahun 1897. Ayahnya memberi nama As’ad yang berarti sangat bahagia karena sang ayah merasa mendapat anugerah keturunan ketika sampai di puncak kematangan menuntut ilmu selama 25 tahun di tanah suci (hal 41).
Sejak muda, ia sudah membiasakan diri hidup sederhana. Meski ia putra seorang kiai pengasuh pondok pesantren, ia tak serta merta bergaya sok-sokan. Ia lebih senang tampil apa adanya. Sama sekali tak menunjukkan bahwa ia adalah dari keluarga berada. Ketika telah menjadi seorang kiai, ia termasuk sosok kiai yang memiliki ketinggian ilmu yang mumpuni.
Ia adalah seorang kiai yang bijak dalam mengambil suatu keputusan. Tak mengherankan bila ia berulang kali bisa menyelesaikan sebuah konflik, baik di kalangan NU sendiri, maupun antara NU dan pemerintah (hal 43-46). Masih banyak kiai-kiai kharismatik yang dibahas dalam buku ini, misalnya Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan, Kiai Dalhar, dan lain-lain.

                                                                                                                ———– *** ————-

Rate this article!
Inspirasi Hidup Para Kiai,5 / 5 ( 1votes )
Tags: