Jaga Kualitas Darah, Rutin Lakukan Kualifikasi dan Validasi

Para pengurus PMI Kota Surabaya saat menari bersama para penari Banyuwangi dengan tarian Gandrung dalam kegiatan Family Gathering dan Halal Bihalal PMI UTD Kota Surabaya yang digelar di Banyuwangi. [Achmad Tauriq/bhirawa]

Banyuwangi, Bhirawa
Kualifikasi dan Validasi sangat penting dilakukan khususnya oleh Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Surabaya untuk menjamin kualitas darah dari para pendonor yang akan diberikan oleh pasien yang membutuhkan darah.
Direktur UTD PMI Kota Surabaya, Drs Hj Budi Arifah saat dikonfirmasi Bhirawa usai acara Family Gathering dan Halal Bihalal 1439 H di Banyuwangi, Minggu (8/7) kemarin mengungkapkan setelah mendapatkan sertifikat GMP (Good Manufakturing Practices) UTD PMI serius menjaga kualitas darah.
“Sangat penting dilakukan semua peralatan Reagen sebelum dipakai dilakukan validasi Kualifikasi untuk peralatannya, juga semua peralatan harus di kalibrasi sehingga bisa menjamin bahwa semua alat yang kita gunakan ini sudah melewati kualifikasi dan sesuai yang kita tentukan,” terangnya.
Budi Arifah menambahkan bahwa semua peralatan yang dimiliki UTD ini sudah memenuhi validasi maupun kualifikasi, jadi Reagen setiap kali mau digunakan terlebih dahulu dikalibrasi, sedangkan kalau peralatan dilakukan kualifikasi baru di kalibrasi.
“Sedangkan kami mendapatkan sertifikat GMP ini tidak main-main, untuk itu sebelum mendapatkan sertifikat tersebut kami bekerja sudah sesuai dengan GMP dan hasilnya setiap yang memenuhi validasi ya kita pakai kalau tidak sesuai tidak kita pakai,” jelasnya.
Sementara terkait dengan jumlah pendonor remaja yang masih kecil ini, Budi Arifah menerangkan bahwa kalau sesuai dengan dengan prosentase kantor pusat PMI bahwa semakin tinggi jumlah pendonor baru semakin tidak bagus, karena pendonor baru itu rawan dengan hasilnya seperti ada Hepatitis atau lainnya berbeda dengan pendonor lestari yang sudah teruji.
“Namun bagaimanapun regenerasi itu diperlukan, untuk itu kami banyak menggelar kerjasama dan mendatangi sekolah-sekolah mulai dari SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Bahkan di bulan tertentu ada juga siswa yang berkunjung atau donor ke UTD,” ujarnya.
Untuk itu Budi Arifah berharap peran serta para guru maupun pembimbing bisa mengarahkan para siswa maupun mahasiswa untuk turut berbagi kemanusiaan dengan mendonorkan darah. “Donor darah itu tidak sakit tapi menyehatkan,” pungkasnya. [riq]

Tags: