Jamur Serang Ribuan Hektare Pohon Kakao di Jatim

Dinas Perkebunan Kerahkan Tenaga Pendamping
Pemprov, Bhirawa
Jamur menyerang pohon kakao di sejumlah daerah di Jatim. Diperkirakan 1.000 hektare lahan kakao terserang jamur ini, jumlah ini diperkirakan terus bertambah jika penyebaran jamur tidak dapat diatasi. Sementara itu Dinas Perkebunan Jatim siap mengerahkan pendamping untuk membantu membasmi penyebaran jamur di lapangan.
“Dugaan  sementara  bukan virus, penyebabnya jamur. Selasa besok (hari ini, red) saya kirimkan tenaga pendamping ke daerah kantong kakao di Jatim seperti Banyuwangi, Jember, dan Malang untuk membantu petani,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim Ir Samsul Arifien MMA dikonfirmasi Bhirawa, Senin (10/3).
Dijelaskan Samsul sebelumnya sempat beredar kabar jika kakao itu diserang virus Vascular Streak Dieback (VSD).  Belakangan baru diketahui, justru VSB itu timbul karena adanya serangan jamur.
Menurutnya, tanaman yang terkena VSB dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab. Harusnya pengendalian dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan klon kakao yang toleran atau tahan terhadap penyakit VSD, pemangkasan sanitasi, dan penggunaan agensia hayati. “Untuk itulah perlunya pemangkasan,” katanya.
Disinggung kerugian yang disebabkan oleh VSB, menurut Samsul belum bisa menghitung secara pasti. Kerugian tidak langsung bisa dirasakan sebab serangan tidak langsung ke buah kakaonya.
Namun dia menjelaskan produksi kakao di Jatim mencapai 32 ribu ton biji kering pada 2013. Dengan perluasan areal tanam, maka produksi tahun ini ditarget meningkat jadi 35 ribu ton.
Adapun pengembangan areal tanam kakao di Jatim terus dilakukan. Jika saat ini luas lahan saat ini mencapai 65 ribu hektare, ditargetkan meningkat hingga 100 ribu hektare pada 2019 mendatang. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan membuat kawasan budidaya kakao di sepanjang pantai selatan Jatim, mulai Pacitan hingga Banyuwangi.
Ia menuturkan, Pemprov Jatim ingin mengembalikan kejayaan kakao seperti beberapa tahun lalu, di mana produksi kakao bisa mencapai 35 ribu ton lebih. “Jalannya melalui optimalisasi budidaya kakao lewat perkebunan rakyat, bukan melalui industri besar,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara XII Irwan Basri mengatakan sekitar seribu hektare dari lima ribu hektare lahan kakao terserang virus VSD dalam tiga tahun terakhir ini. “Virus  menyerang batang, sehingga tanaman mati,” kata Irwan.
Lahan kakao yang terserang virus meliputi wilayah Banyuwangi, Jember dan Malang. Serangan virus mematikan itu menyebabkan produktivitas kakao anjlok 20 persen, dari yang normalnya 800 kilogram per hektare menjadi 640 kilogram per hektare.
Komoditas kakao PTPN XII telah diekspor ke Eropa dengan harga antara 3-6 dollar AS per kilogram. Kakao merupakan bahan baku pembuatan cokelat.
PTPN XII, kata Irwan, telah mengajak Pusat Penelitian Jember  untuk bersama-sama memberantas virus VSD. Bahkan PTPN XII  bersedia berbagi hasil bila Puslit Jember bisa mengembalikan produktivitas kakao. “Tapi belum ada jawaban dari Puslit Jember,” kata Irwan.
Kelompok petani kakao di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran Sunyoto Prasetyo mengatakan serangan virus VSD membuat panennya anjlok dari 1,6 ton per hektare pada 2012 menjadi 7 kuintal per hektare selama 2013. Bahkan triwulan pertama tahun ini tanaman kakao belum berbuah. “Biasanya bulan Juli panen, entah tahun ini bisa panen atau tidak,” kata dia.
Selain hasil panen turun, harganya juga anjlok dari Rp 27.500 per kg menjadi Rp 12 ribu per kg. Sunyoto sendiri memiliki satu hektare lahan kakao. Di desanya ada 25 petani kakao dengan total luas lahan 21 hektare. Hasil panen mereka jual ke Bali. [rac]

Potensi Kakao di Jatim
Luas lahan saat ini    : 65.000 hektare
Produksi 2013      : 32 ribu ton biji kering
Target produksi 2014    : 35 ribu ton biji kering
Target pengembangan lahan  : menjadi 100.000 hektare pada 2019
Daerah penghasil kakao    : Banyuwangi, Jember, Malang
Luas terserang jamur saat ini  : sekitar 1.000 hektare, luas lahan bisa bertambah
Dampak serangan jamur  :- Produktivitas kakao anjlok hingga 20%
–  Harga kakao menurun tajam, dari Rp 27.500 per kg menjadi Rp 12 ribu   per kg

Tags: