Jangan Ada Dusta di Antara Corona!

Oleh :
Faizin
Dosen Pendidikan Bahas Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

Gugurnya 100 dokter yang bertugas menangani pandemi covid-19 tidak dapat dipandang biasa. Bahkan akhir-akhir ini semakin meningkat pula diagram kasus baru dan angka kematian. Kita memang tidak perlu panik berlebihan, kita juga tidak boleh meremehkan. Keadaan inilah yang sangat sulit diterapkan. Masyrakat kita cenderung memilih parsial jika kita panik berarti anda percaya anadnya covid-19 tersebut, jika tidak panik berarti kita tiadak percaya terhadap covid-19 tersebut. Kedua pilihan yang tidak tepat. Seharusnya dengan berbagai literasi yang telah bermunculan terkait pandemi ini setiap masyarakat memiliki cara untuk penanggulang yang jitu. Cara inilah yang akan dijadikan agar kita tetap melaksanakan segala bentuk kegiatan baik dalam aspek yang menunjang ekonomi maupun aspek pendidikan dengan minimalisir resiko.

Jika awal kemunculan pendemi ini pemerintah melalui Kantor Sekretariat Presiden merilis protokol kuminaksi publik terkait penanganan Covid-19 ini. Dalam protokol tersebut juga mengutip pendapat Anthony de Mello yang mengatakan bahwa jumlah korban bisa menjadi lima kali lipat, kalau terjadi ketakutan disaat terjadi wabah penyakit. Seribu orang menjadi korban karena sakit, sedangkan empat ribu orang menjadi korban karena panik. (Mello, A. D. (1997). The heart of the enlightened: a book of story meditations. Glasgow: Fount Paperbacks) kutipan tersebut digunakan agar masyarakat Indonesia tidak ketakutan/panik dengan pandemi ini. Hari ini nampaknya hal ini sebaliknya, sebab banyak masyarakat saat ini sudah bosan dengan keadaan kemudian lalai terhadap protokol kesehatan. Hal ini terbukti dari data BNPB yang memuat 2.775 kasus baru dengan total kasus 177.571 terkonfirmasi. Tentu hal ini tidak menunjukkan grafik menurun.

Nampaknya pemerintah membutuhkan strategi komunikasi publik terbaru agar masyrakat tetap peduli terhadap protokol Kesehatan dengan aspek Kenormalan Baru yang ditawarkan pemerintah. Jika hal tersebut tidak segera dilakukan nampaknya Kenormalan Baru yang ditwarakan bisa jadi model peneyebaran baru pandemi ini. Hal tersebut dibuktikan data diatas dengan penemuan claster-claster baru dalam penyebarannya. Pihak terkait sesegara mungkin harus menengai hal ini dengan pelbagai strategi jitunya. Jika tidak, maka narasi pemerintah bahwa “Pemerintah Serius, Siap dan Mampu Menangani COVID-19” akan menjadi bertepuk sebelah tangan. Bahkan masyarakat akan menganggap sebaliknya.

Tidak kala mengejutkan terdapat kabar bahwa semua pasien di rumah sakit akan dianggap positif demi mengejar pencairan anggaran pemerintah dipelbagai rumah sakit. Tentu hal ini tidak dapat dibenarkan, pemerintah harus segera mungkin menunjuk tim Advokasi khusus terhadap pelbagai Rumah Sakit yang nakal. Sebab efek dari hal tersebut akan mengakibatkan runtuhnya banyak hal. Pertama, masyarakat akan semakin mengagak-agak terhadap kepalsuan pandemi ini. Kedua, meningginya kelalayan masyarakat terhadap protokol Kesehatan karena menganggap penyebaran corona tersebut buaian semata. Ketiga tidak kalah mengerikan adalah kepercayan publik terhadap layanan kesahatan/rumah sakit dan tenaga medis menurun. sehingga tidak dapat dibayangkan jika orang sakit enggan kerumah sakit entah kemana akan berobat?. Mengingat bahwa Indonesia juga sebagai endemi pelbagai penyakit berbahaya lainnya.

Butuh Skematis Pandemi Corona

Langkah awal yang harus ditempuh yakni dengan memberikan skema komunikasi publik yang mumpuni terhadap hal ini. Infomarsi selama ini yang muncul memang belum memuaskan hati. Bahkan laman covid19.go.id belum secara rinci memberikan skematis terkait virus ini. Isi dari laman tersebut juga kurang layak jika dijadikan lumbung utama informasi terkait virus ini. Tidak cukup disitu, Menteri Kesehatan juga merubah istilah yang dipakai dalam pandemi ini menjadikan kebingungan baru publik. Pantas jika saya pribadipun mulai curiga terhadap keadaan ini.

Pemerintah seharusnya memuat skematis rinci dengan melibatkan para ahli dengan pelbagai hasil temuan-temuannya. Skematis ini meliputi keberadaan, penyebaran, tingkat mortalitas, dan penanggulangan. Dalam aspek penyebaran, hal ini memuat pelbagai hal terkait deskripsi utama civid-19 baik penyebab ataupun gejala dengan memerhatikan pelbagai aspek geososial negeri ini.

Kemudian, dalam aspek peyebaran ini memuat secara rinci bagaimana mekanisme penyebaran serta faktor-faktor resiko, dan patogenesis dengan memerhatikan wujud budaya yang ada di masyarakat. Dalam aspek mortalitas, hal ini memuat pelbagai hal terkait diagnosa virus covid-19 aktif dan laten dengan rinci serta prognosa covid-19 tersebut. Selanjutnya dalam penanggulangan, hal ini akan memuat secara rinci bentuk penanganan kasus baru, penyakit kambuh, serta resistensi. Kemudian bentuk Kesehatan masyarakat dengan melibatkan hasil riset terbarukan di Indonesia.

Selama ini hal tersebut disampaikan terpisah dan berbeda-beda di setiap daerah sehingga menimbulkan kesimpangsiuran infromasi yang disampaikan. Setelah menemukan skematis Langkah selanjutnya yakni dengan mengunakan metode hybrid dalam penanggulang pandemi tersebut. Ada Langkah yang harus sama yang dilakukan disetiap daerah dan ada Langkah komprehensif menyesuaikan sosiokultural dengan penciri masing-masing daerah.

Lokalitas setiap daerah akan menjadi penentu strategi ini. Sehingga pemahaman sosiokultural yang akan menjadi dasar dalam penyampaian skamatis virus corona ini ke masyarakat. Sebagai contoh kecil jika disetiap kecamatan dalam satu daerah tertentu cenderung menyegani tokoh agama maka yang akan memberikan pemahaman terkait skematik virus tersebut yakni tokoh agama yang didampingi dan dibekali dengan wawasan yang cukup. Sedikit menggelitik memang dengan pelbagai tangtangannya. Tetapi demi kemaslahatan bersama dan negara kita tercinta nampaknya semua pihak harus terlibat dan berupaya dalam penaggulangan pandemi ini. Begitupula daerah lain dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Lanjutan dari metode hybrid diatas nampaknya akan menjurus terhadap agenda setting komunikasi. Hal ini sebagai bentuk muara dari landasan dasar informasi terkait keutuhan informasi covid-19 ini. Selama ini nampaknya skematis covid-19 belum tersampaikan secara baik terhadap masyrakat. Hal yang muncul selama ini yakni bagaimana cara menaggulangi? Bagaiman cara menekan penyebaran? Walaupun sesunggunya masyarakat bingung dengan civid-19/korona ini. Dengan metode hybrid dan agenda setting komunikasi ini diharapkan media memiliki kemampuan dalam penentuan kebenaran terkait pandemi korona ini.

Kemudian media diharapkan mentransfer dua elemen yakni kesadaran dan informasi kedalam agenda publik. Serta meminimalisir informasi yang tidak bertanggung jawab yang disebarkan hanya untuk memancing kegaduhan di masyarakat. Hal yang dijadikan penting dalam proses tersebut yakni bagaimana lokalitas kedaerahan dalam aspek sosiokultural dijadikan landasan untuk mendistribusi dan menjadikan frame baru penyampaian skematis terkait pandemi covid-19 ini.

Dengan demikian, pelbagai elemen masyrakat akan memiliki wawasan yang untuh terkait pandemi virus covid-19 ini. Sehingga pelbagai peristiwa buruk terkait penaganan serta penanggulangan covid-19 ini dapat diminimalisir. Tidak hanya itu, tujuan utamanya adalah bagaimana masyarakat dapat menjadi moda penanganan mandiri terhadap covid-19 ini. Kemudian bermuara terhadap lingkungan Tangguh yang diidam-idamkan oleh pemerintah segera terwujud. Keadaan tersebut diharap akan mengembalikan pelbagai sektor yang terdampak dengan aman dan nyaman.

————- *** —————

Rate this article!
Tags: