Jatim Dominasi Asesmen Level 1 di Jawa-Bali

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa

Pemprov, Bhirawa
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hasilnya, terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Hingga 25 September, assesment situasi Covid-19 dari Kemenkes RI terus menunjukkan penambahan jumlah daerah di Jatim yang masuk dalam level 1. Totalnya mencapai 27 kabupaten/kota.
Adapun kabupaten/kota yang masuk dalam level 1 yaitu Kabupaten Tuban, Situbondo, Sidoarjo, Sampang, Ponorogo, Pasuruan, Pamekasan, Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, Lumajang, Lamongan, Gresik, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Batu, Kota Surabaya, Kabupaten Kediri, Jombang, Jember, Bondowoso, Bojonegoro, Blitar, dan Banyuwangi.
Angka tersebut meningkat dari sebelumnya 25 kabupaten/kota per 23 September 2021 saat ini menjadi 27 kabupaten kota. Sementara untuk asessmen level 2 di Jatim kembali mengalami penurunan dari 13 kabupetan/kota menjadi 11 kabupaten/kota. Diantaranya, Kab. Tulungagung, Trenggalek, Sumenep, Probolinggo, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Kota Probolinggo, Kota Malang, Kota Madiun, dan Kab. Bangkalan.
Atas capaian yang diperoleh tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyampaikan terima kasih atas kerjasama dan gotong royong dari berbagai elemen strategis masyarakat. Keterlibatan forkopimda, pemkab/pemko, tenaga kesehatan (nakes), tokoh agama, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, media, seluruh relawan dan masyarakat sangat penting untuk ikut serta mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19 di Jatim.
“Alhamdulillah, atas ikhtiar, kerjasama dan do’a kita semua, Provinsi Jatim kembali mendapatkan penambahan pada level 1. Sebanyak 27 kabupaten/kota atau 71,05 persen berada di level 1, 11 kabupaten/kota atau 28,95 persen level 2. Suasana seperti ini patut kita syukuri. Namun mohon tetap waspada dan diikuti dengan disiplin protokol kesehatan (prokes) serta percepatan vaksinasi ,” ujar orang nomor satu di Jatim di Grahadi, Senin (27/9).
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, sesuai hasil assesment dari Kemenkes RI, Jatim merupakan provinsi dengan kabupaten/kota level 1 terbanyak di Jawa-Bali yaitu 27 kabupaten/kota. Selanjutnya diikuti dengan DKI Jakarta sebanyak 2 kabupaten/kota (Kepulauan Seribu dan Jakarta Timur), Jawa Barat sebanyak 2 kabupaten/kota (Pangandaran dan Cianjur), Jawa Tengah 1 kabupaten/kota (Demak).
“Terima kasih kepada seluruh lapisan masyarakat yang telah bekerja keras, patuh terhadap prokes, bekerjasama dan bersinergi serta diikuti do’a bersama mencegah penyebaran Covid-19 di Jatim. Di dalamnya termasuk Forkopimda Jatim, TNI- POLRI, Pemkab/Pemko, tenaga kesehatan (nakes), tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, media, sektor swasta dan seluruh elemen masyarakat di Jatim,” tambah Khofifah.
Mantan Mensos RI tersebut menjelaskan, jumlah level tersebut diperoleh dari assesment yang dilakukan Kemenkes RI berdasarkan atas hasil 6 parameter. Diantaranya, Kasus Konfirmasi, Rawat Inap RS, Kematian, Testing, Tracing dan Treatment yang dilakukan secara masif dan terukur sehingga menghasilkan predikat memadai.
Dari keenam parameter tersebut, Provinsi Jatim semuanya memenuhi standar memadai dari standart WHO maupun Kemenkes RI. Misalnya, kasus konfirmasi berada pada level 1 dengan angka 4,09 per 100 ribu penduduk/minggu. Angka tersebut jauh di bawah standar yang ditetapkan Kemenkes RI yaitu di bawah 20 per 100 ribu penduduk/minggu.
Rawat inap RS berada pada level 1 dengan angka 0,81 per 100 ribu penduduk/minggu di bawah standar Kemenkes RI yaitu <5 per 100 ribu penduduk/minggu. Tingkat kematian berada pada level 1 mencapai 0,34/100 ribu penduduk/minggu di bawah ketentuan Kemenkes RI yaitu <1/100 ribu penduduk/minggu. Begitu juga dari segi tracing, testing dan treatment dinilai memadai sesuai hasil assement Kemenkes RI. Untuk testing sendiri, jumlah tes PCR di Jatim sudah sesuai standar WHO (>40.479 test/ minggu). Berdasarkan data.covid19.go.id per 22 September 2021, seminggu terakhir berada di sekitar angka 160.000 test/minggu. Sehingga positivity rate Jatim kembali mengalami penurunan berada di angka 0,98 persen. Angka ini memenuhi standart WHO di bawah 5 persen / minggu.
Sementara untuk tracing Jatim mencapai 19,25 rasio kontak erat/kasus konfirmasi/minggu. Dengan demikian, tracing ratio Jatim mampu menembus standar Kemenkes RI, dimana Standar Kemenkes RI yaitu 15 kasus ditracing per 1 kasus.
Untuk treatment di Jatim, jika dilihat dari tingkat ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RS sudah mencapai 8,73 persen /minggu. Artinya BOR di Jatim ini sudah berada sangat jauh di bawah standar WHO yaitu di bawah 60 persen.
“Alhamdulillah tracing ratio Jatim kini sudah melebihi standar Kemenkes, Artinya kini tiap kasus positif yang ditemukan di Jatim telah ditracing dan ditemukan 19 kontak eratnya untuk dites dan diisolasi, sehingga penularan menurun dan positivity rate di bawah 1 yaitu 0,98 persen per minggu. Begitu juga untuk BORnya, mencapai 8,73 persen /minggu di bawah standar WHO,” tandas gubernur perempuan pertama di Jatim.
Meski demikian, Khofifah terus mengajak seluruh masyarakat untuk tetap memiliki kewaspadaan berganda dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes). Ini penting, karena kedisiplinan terhadap prokes menjadi salah satu kunci untuk melindungi diri kita dan orang di sekeliling kita dari penularan Covid-19.
“Terimakasih atas semua kerja keras, kekompakan dan doa terbaik untuk kita semua. Kita harus tetap waspada karena saat ini beberapa negara tetangga kita sedang berjuang menghadapi gelombang ketiga. Kedisiplinan terhadap prokes dan gotong royong untuk percepatan vaksinasi insyaAllah mampu mencegah terjadinya gelombang tiga kenaikan COVID-19 di Jawa Timur,” pungkasnya. [tam]

Tags: