Jembatan Ploso Jombang Kembali Mengalami Kerusakan

Jembatan Ploso yang melintas sungai brantas kembali megalami kerusakan. Kerusakan itu terdapat pada sambungan jembatan yang kembali berlubang di dua titik. [ramadlan]

Soal Pembebasan, Warga Terdampak Minta Apraisal Berunding
Jombang, Bhirawa
Jembatan Ploso Jombang yang berada di atas sungai Brantas kembali mengalami kerusakan. Kerusakan itu terlihat pada sambungan jembatan yang sebelumnya pernah mendapat perbaikan, namun kini kembali berlubang dan cukup membahakan pengguna jalan.
Dua lubang itu berada di titik sebalah barat Jembatan, terdapat dua lubang pada sambungan jembatan dengan diameter sekitar 15 centimeter.
“Kemarin pagi, saya cukup kaget saat melintas di atas jembatan. Karena hampir saja terperosok,” ujar Arif warga Kesamben setiap hari menggunakan jembatan sebagai jalur ke lokasi pekerjaan, Kamis (5/4) kemarin.
Dikatakannya, lubang yang berada tepat diatas sambungan jembatan itu cukup mengkhawatirkan pengguna jalan. Karena jika tidak cepat diperbaiki bisa mengakibatkan pengguna jembatan terperosok.
“Khususnya pengguna kendaraan roda dua, kalau tidak hati hati bisa terperosok,” imbuhnya.
Sementara itu, proses pembebasan lahan hingga kini belum juga ada titik temu dengan warga pemilik lahan. Salah seorang warga yang bangunan tempatnya masuk peta terdampak, mengatakan ia menginginkan agar ada perundingan lagi. Pasalnya, harga yang ditawarkan fihak appraisal kepadanya beberapa hari yang lalu di anggap belum sesuai dengan keinginanannya.
“Harga penawaran sebesar 35. 600.000 rupiah kok kurang pas bagi saya. Kami ingin ada perundingan lagi terkait kesesuaian harga,” tutur Nanik (53).
Ia mengatakan nominal tersebut adalah hitungan harga bangunan warung permanen (tembok) ukuran 5 X 8 meter miliknya, sedangkan tanahnya adalah milik orang lain. Menurutnya, harga penawaran tanah per meternya senilai Dua Juta Rupiah per meter persegi. Kurang sesuainya harga menurutnya dengan membandingkan harga bangunan kosong di sebelah barat tempatnya berjualan yang ditawar appraisal senilai 60 Juta Rupiah.
“Kami tidak bermaksud apa – apa, cuma kami ingin ada perundingan lagi, harganya ‘mbok’ jangan segitu tadi, jadi kalaupun pindah, biayanya bisa cukup untuk cari tempat yang baru,” tambahya.
Masih menurut Nanik, warung permanen miliknya ini sudah memberikan kehidupan baginya selama puluhan tahun. Ia mengaku berjualan di tempat tersebut mulai tahun 1984 hingga kini, dengan penghasilan cukup lumayan dan mampu menyekolahkan ke – 3 anaknya.
Anak pertamanya sudah lulus S1 di Universitas Indonesia, anak kedua masih menempuh kuliah di Unibraw Malang, dan yang ketiga sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Umum (SMU).
Sementara itu Setiawan, Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Jombang lewat sambungan ponselnya membenarkan bahwa Tim Appraisal sudah turun ke lapangan.
“Hasil Appraisal sudah kita sampaikan kepada warga tanggal 26 april kemarin, dan menunggu respon dari warga. Kami menyampaikan langsung ke tiap orang yang mengikuti sosialisasi yang terdahulu,” terang Setiawan. [rur]

Tags: