Kab Bondowoso Gandeng Perhutani Antisipasi Banjir

Sekda-Hidayat-bersama-adm-perhutani-saat-memantau-lokasi-perhutani-di-Bondowoso.

Sekda-Hidayat-bersama-adm-perhutani-saat-memantau-lokasi-perhutani-di-Bondowoso.

Bondowoso, Bhirawa
Maraknya tanaman musiman di atas lahan milik perhutani yang ada di wilayah Sempol Kabupaten Bondowoso, menjadi salah satu pemicu terjadinya bencana banjir bandang yang kerapkali menerjang beberapa desa di Kecamatan Sempol saat memasuki musim penghujan.
Untuk mengantisipasi banjir bandang datang kembali, perhutani mulai memberikan peringatan keras kepada masyarakat sekitar hutan yang menanami tanaman musiman di atas lahan miliki perhutani untuk menggantinya dengan tanaman jenis konservasi atau yang berusia tahunan.
Menanggapi hal ini, Administratur Perhutani KPH Bondowoso, Adi Winarno menjelaskan, pihaknya sudah mulai melakukan langkah antisipasi banjir bandang dengan memasang papan nama yang bertuliskan larangan menanam tanaman musiman di kawasan perhutani.
Selain itu, perhutani juga bekerja sama dengan pemerintah dan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat sekitar hutan. “Kita bekerj sama dengan Pemerintah daerah untuk melakukan antisispasi terjadinya bencana. Selain itu kita juga rajin melakukan sosialisasi ke tokoh masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan,” katanya.
Tanaman musiman yang memicu terjadinya banjir bandang di kawasan Sempol, diantaranya tanaman kentang, Kubis, wortel dan jagung. Menurut Adi penanaman tanaman tersebut Bhirawatong bentang alam, sehingga menyebabkan air mengalir deras, dan berpotensi terjadi banjir bandang. Tanaman musiman ini juga tidak mampu menyerap air dengan baik dan tidak mampu mengikat tanah dengan kuat sehingga rentan terjadi longsor.
Oleh karenanya, perhutani mengarahkan masyarakat sekitar hutan untuk menanam kopi yang bersimbiosis dengan tanaman kehutanan. Sebab tanaman kopi selain bersahabat dengan alam, juga memiliki nilai jual tinggi. Mengingat, kopi Bondowoso jenis arabika dan robusta sangat diminati oleh pasar dunia dan telah diekspor ke beberapa negara di Eropa.
Perhutani juga berencana menanami lahannya dengan tanaman kopi yang akan mempekerjakan masyarakat sekitar hutan. Bahkan, perhutani juga akan membuat lab untuk menguji kualitas kopi yang tumbuh di bawah tanaman kehutanan.
Adi Winarno menambahkan, ada sekitar 17 hektar lahan perhutani yang ditanami tanaman musiman oleh masyarakat sekitar hutan. Lahan tersebut berada di kemiringan 40 derajat lebih, letak yang sangat berbahaya dan menjadi pemicu terjadinya banjir bandang.
Awal tahun 2015 lalu, banjir bandang menerjang empat desa yang ada di Kecamatan Sempol dan mengakibatkan puluhan rumah, sejumlah fasilitas umum, dan infrastruktur rusak parah. Tak ada korban jiwa dalam kejadian yang menimpa desa pintu masuk kawasan Gunung Ijen ini, namun kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. [har]

Tags: