Kemudahan Arus Komunikasi-Interaksi, Tantangan Pembangunan Nasional dan Ancaman Ideologi Pancasila

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet)

Jakarta, Bhirawa.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 mendatang, bangsa Indonesia akan dihadapkan pada banyak perubahan. Baik yang menghadirkan peluang maupun tantangan. 

“Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta derasnya arus globalisasi. Menempatkan pembangunan nasional pada posisi yng semakin terhubung dengan realitas global,” tandas Bamsoet dalam sambutan pembukaan Sarasehan Pancasila dengan tema “Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara dan Relevansinya Dalam Kehidupan Bersama”, pada hari Kamis (2/6/22), di gedung Nusantara IV- Senayan – Jakarta.

Bamsoet lebih jauh mengatakan; landscape ideologi politik dan ekonomi global saat ini, penuh dengan disrupsi dan kompetisi. Persaingan akan semakin tajam dan memanas. Antar negara berebut investasi dan teknologi, berebut pasar dan sumberdaya manusia unggul yang bisa membawa kemajuan bagi negaranya.

” Dunia tidak semata sedang berubah, tetapi juga sedang ter-disrupsi. Dalam era disrupsi yang penuh dengan ketidak pastian ini, kemapanan bisa saja dan tidak mungkin bisa saja terjadi. Jenis pekerjaan bisa berubah setiap saat. Banyak jenis pekerjaan yng hilang. Tetapi makin banyak pula jenis pekerjaan baru bermunculan,” tambah Bamsoet.   

Disebutkan, munculnya berbagai kecenderungan baru, perkara global dengan daya dorong besar tersebut, menuntut watak politik yng lebih antisipatif. Dengan perencanaan pembangunan berjangka panjang.

Dikatakan, pada satu sisi pengetahuan dan pengalaman yang positif, menjadi mudah diperoleh. Namun disisi lain, kemudahan arus komunikasi dan interaksi juga membawa tantangan yng serius pada pembangunan kualitas manusia. Terutama ancaman terhadap ideologi Pancasila.

“Ancaman terhadap nilai budaya dan keadaban. Ancaman terhadap tradisi dan seni budaya. Serta ancaman terhada warisan kearifan lokal bangsa Indonesia,” ujar Bamsoet.

Globalisasi, tandas Bamsoet, telah mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan umat manusia. Melalui produk produk dan gaya hidup yang dikemas dan ditampilkan secara menarik. Daya tarik itu harus dapat diimbangi bahkan harus dilampaui oleh Pancasila.

“Oleh karena itu, watak dan fokus politik yng bersifat miopik atau rabun. Rabun politik orientasi jangka pendek harus ditinggalkan. Untuk menyikapi berbagai perkembangan dan tantangan global, kita perlu perencanaan jangka panjang secara berkesinambungan,” ujar Bamsoet. [ira.hel]

Tags: