Kerjasama DRTPM Kemendikbud Ristek – Ubhara Surabaya untuk UMKM di Sampang

Ketua Tim pelaksana Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya Adi Ananda, M.Cs didampingi anggota tim Dr Amirullah dengan Tim LPPM Heru Irianto, MSi, Juli Nurani, MH dan R. Dimas Adityo, MT, saat berfoto bersama dengan Mitra UMKM Kue Lapaste.

Buat Pengaduk Adonan Otomatis, Tingkatkan Omzet Penjualan Jajanan Tradisional

Surabaya, Bhirawa
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kue “Lapaste” merupakan usaha rumahan yang memproduksi jajanan tradisional Madura. Usaha ini berada di Jalan Cempaka Nomor 4 Kelurahan Dalpenang Kecamatan Sampang (Kota) Kabupaten Sampang. Usaha yang dibangun sejak tahun 2016 oleh Siti Fatihah khusus melayani para penikmat jajanan tradisional Madura seperti aneka kue Semprit (Serpot: Madura), Sagon, Sadru, dan Pastel.

Alasan perempuan melakukan usaha ini adalah karena sekarang jajanan tradisional Madura hampir punah dan tidak banyak orang berupaya meneruskan warisan kuliner leluhur khas Madura khususnya Sampang.

“Kalau bukan orang Sampang, terus siapa lagi yang meneruskan warisan kue tradisional dari para pendahulu?” tutur Siti Fatihah, istri dari M. Anas Fikri ini.

Dari segi rasa serta kualitas jelas Siti Fatihah, tidak kalah dengan kuliner kekinian, bahkan berasa nikmat sambil mengingat kenangan masa lalu. Produk kue “Lapaste” mulai dicari masyarakat pecinta dan penikmat jajanan tradisional baik di wilayah Madura dan sekitarnya. Penjualan produk kue semakin meningkat menjelang puasa dan lebaran.

UMKM “Lapaste” mempunyai empat pekerja dengan rata-rata omzet 25 juta per-bulan. Produk kue yang dan harga yang ditawarkan bervariasi antara lain: Semprit (Serpot) original Rp. 40 ribu, Semprit Cokelat Rp. 40 ribu, Sagon ketan putih Rp. 39 ribu, Sagon kacang ijo Rp. 39 ribu, Pastel Rp. 75 ribu serta aneka Cookies.

Rasa dari setiap produk ditanggung renyah dan gurih karena bahan yang digunakan asli tanpa bahan kimia dan didukung legalitas usaha yang lengkap. Produk utama mitra dan rutin dibuat berkala adalah Kue Semprit (Serpot), sedangkan produk lain misalnya Sagon Ketan Putih, Sagon Kacang Hijau, Pastel, Pastel, dan kue kering lain dijual berdasarkan pesanan oleh pelanggan sebelumnya (pre-order). Kue Semprit produk UMKM “Lapaste” selanjutnya sudah didaftarkan untuk memperoleh ijin merk dan paten Kemenkumham RI dengan merk “Lapaste Sae”.

Namun sebagaimana usaha rumahan lainnya, sejumlah permasalahan produksi muncul. Masalah tersebut adalah proses produksi kue masih belum efisien karena masih menggunakan tangan ketika membuat adonan bahan kue semprit. Dampaknya adalah proses produksi kue semprit relatif lama khususnya pada tahap mencampur adonan bahan kue sehingga menghambat proses produksi secara keseluruhan. Selama ini pemilik UMKM, menggunakan wajan besar sebagai wadah adonan kue dan dimasak sambil dipanaskan dimana selanjutnya pekerja mengaduk dengan gagang (sutel: madura) manual dengan tangan terhadap adonan bahan kue secara berulang-ulang.

“Proses pengadukan adonan kue semprit dengan cara manual paling tidak butuh waktu selama empat jam secara terus-menerus”, demikian kata Siti Fatihah.

Selajutnya berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan calon mitra, Tim Pengusul beranggotakan Adi Ananda, M. Cs dan Dr. Amirullah asal Program Studi (Prodi) Teknik Elektro, dan Diana Rapitasari, MM asal Prodi Manajemen Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya mengusulkan pendanaan kegiatan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud Ristek melalui Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM).

Judul PKM yang diusulkan adalah Teknologi Mesin Pengaduk Adonan Kue Semprit Energi Listrik Kapasitas Besar untuk Meningkatkan Produksi, Manajemen, dan Pemasaran Produk UMKM Lapaste di Kelurahan Dalpenang Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang, dengan menggandeng UMKM yang beralamat di Jalan Cempaka sebagai mitra.

“Alhamdulllah pada tahun ini setelah melalui tahap seleksi terhadap ribuan proposal dari dosen PTN/PTS se-tanah air oleh DRTPM, proposal PKM kami masuk dalam salah satu judul proposal lolos dan didanai untuk dilaksanakan di UMKM Kabupaten Sampang dalam skema program pengabdian kepada masyarakat mono tahun,” kata Adi Ananda. (why)

Tawarkan Kue Semprit Berbagai Varian Rasa
Kegiatan utama PKM adalah penerapan TTG mesin pengaduk adonan bahan kue semprit penggerak motor. Kapasitas mesin adalah 30 liter adonan kue menggunakan sumber tegangan PLN 220 Volt satu phasa frekuensi 50 Hz. “Diharapkan alat pengaduk otomatis mampu mengurangi waktu pencampuran adonan dari empat jam menggunakan tangan menjadi hanya satu jam dengan kualitas hasil adonan yang sama”, jelas anggota tim pelaksana lainnya, Amirullah.

Permasalahan lain adalah produk kue semprit hanya terdiri dari dua rasa yaitu rasa original dan coklat. Dampaknya kue semprit mayoritas hanya disukai oleh orang dewasa. Disisi lain kue kurang disukai oleh kalangan anak sehingga segmennya terbatas dan berpengaruh ke omzet penjualan yang stagnan.

Salah satu solusinya adalah para pekerja mitra dilatih supaya mampu dan ketrampilan membuat kue semprit varian rasa mocca, keju, durian, dan strawberry, selain dua rasa sebelumnya.

“Dengan empat varian rasa baru diharapkan kue semprit tidak hanya disukai oleh orang dewasa tetapi juga oleh anak-anak sehingga produk semakin laris dan omzet usaha semakin meningkat,” jelas Siti Fatihah.

Kegiatan lain adalah melakukan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM Lapaste mengenai proses manajemen produksi dan administrasi keuangan supaya usaha lebih efisien mulai fase pembelian bahan, stok bahan, produksi, stok barang jadi, promosi, hingga penjualan kue kering. Narasumber kegiatan pelatihan ini adalah Rizky Rahmadianti, ST dari Komunitas Tangan di Atas (TDA) Surabaya.

“Diharapkan dengan pelatihan ini, manajemen usaha mitra menjadi lebih terstruktur dan mampu memisahkan harta pribadi dan usaha sehingga ke depan usaha semakin professional dan berkembang”, jelas Adi Ananda mengakhiri pembicaraan dengan Bhirawa. [why]

Tags: