Kesadaran dan Kesigapan Warga Semeru Tinggi

Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Artono

DPRD Jatim, Bhirawa
Kesadaran dan kesigapan warga masyarakat di sekitaran Gunung Semeru cukup tinggi. Hal itu terbukti saat erupsi Gunung Semeru pada Minggu (4/12), nihil korban jiwa. Apalagi, dua minggu ke depan ditetapkan sebagai masa tanggap darurat erupsi Gunung Semeru. Masa tersebut terhitung sejak erupsi gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Artono menyebut, masyarakat sekitaran Gunung Semeru sudah berpengalaman dalam hal tanggap darurat. “Masyarakatnya sudah pengalaman, jadi ketika ada imbauan untuk mengungsi mereka sudah sadar,” katanya saat dikonfirmasi Bhirawa, Selasa (6/12) kemarin.
Politisi PKS dari Dapil Jember-Lumajang ini mengakui, masih ada beberapa orang yang enggan untuk dievakuasi. “Memang beberapa warga yang bandel dan merasa pasrah, sehingga tidak mau dievakuasi. Untungnya erupsinya tidak sebesar tahun 2021 kemarin,” bebernya.
Artono menyebut, warga masyarakat yang enggan dievakuasi adalah salah satunya Pondok Pesantren Nurul Barokah Al-Hidayah di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang. “Nah, pengasuhnya tidak memperbolehkan santrinya dievakuasi,” jelasnya.
Sementara, Anggota DPRD Jatim dr Agung Mulyono pun meminta agar warga yang masih tinggal di wilayah zona merah lereng gunung Semeru segera dievakuasi. “Kita ingin memastikan agar semua warga sudah dievakuasi ke tempat aman karena khawatir ada letusan susulan,” kata Ketua Komisi D DPRD Jatim ini.
Pria yang menjabat sebagai Bendahara DPD Demokrat Jatim itu mengatakan, dari hasil konfirmasi dengan Kepala UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Lumajang, Prabowo, disebutkan bahwa guguran awan panas gunung Semeru telah menyapu kampung Kajar Kuning, desa Sumberwuluh, kecamatan Candipuro.
Dia meminta agar, petugas mengimbau warga, agar tidak kembali ke wilayah tersebut untuk sementara waktu. “Memang harusnya wilayah itu tidak dihuni dan masuk zona merah. Tapi ada beberapa warga yang masih bertahan dan sekarang alurnya awan panas semeru mengarah kesitu,” tambahnya.
Selain melakukan evakuasi, dia juga meminta agar Pemprov Jatim segera melakukan pembersihan di jalur yang terputus, agar ketika situasi normal segera bisa dilewati masyarakat. Pasalnya, jalur di Desa Sumberwuluh merupakan alternatif penghubung antara kabupaten Lumajang dan Malang.
“Infrastuktur yang rusak diperbaiki. Jalur itu harus dibuka lagi supaya perekonomian warga bisa segera pulih,” tambah alumnuf Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu.
Dokter Agung Mulyono terus memantau pembersihan dan normalisasi sungai Rajali di kabupaten Lumajang. Dia meminta agar Pemprov Jatim menambah alat berat, agar aliran lava yang melewati sungai itu normal dan tidak meluber ke jalan dan pemukiman warga. “Yang penting agar akses jalan penghubung segera bisa dipergunakan,” tegasnya.
Putra asli Banyuwangi itu menilai akses penghubung antara kabupaten Lumajang-Malang sangat penting untuk segera diperbaiki. Pasalnya, wilayah itu sangat vital dan menjadi penghubung bagi masyarakat yang akan ke wilayah Malang. “Kita akan terus mengecek kondisi di lapangan supaya warga bisa segera mendapatkan penanganan dan bantuan secara maksimal,” jelasnya.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi bagi warga untuk tidak beraktivitas di area 17 KM dari Gunung Semeru. Wilayah itu mencakup sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan.
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Sebab, berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 19 km. [geh.iib]

Tags: