KH Marzuki Mustamar Resmikan Graha Nahdlatul Ulama Bondowoso

Ketua PWNU Jawa Timur, Dr KH Marzuki Mustamar meresmikan langsung Graha NU Bondowoso ditandai dengan penandatanganan prasasti. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Nahdlatul Ulama Kabupaten Bondowoso memperingati hari lahir Nahdlatul Ulama yang ke 98 dan sekaligus meresmikan gedung Graha NU Bondowoso, Senin (22/2).

Peresmian gedung Graha Nahdlatul Ulama ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar didampingi Bupati Salwa Arifin dan para Kiai yang hadir.

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua PWNU Jawa Timur, Dr. KH. Marzuki Mustamar, Bupati Bondowoso Drs KH Salwa Arifin, Ketua PCNU Bondowoso KH Abdul Qodir Syam, Ketua MUI Bondowoso KH Asy’ari Phasa.

Bupati Bondowoso Drs KH Salwa Arifin menyampaikan dalam sambutannya, bahwa telah banyak yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) untuk kemaslahatan agama dan bangsa di harlahnya yang ke 98.

“Nahdlatul Ulama itu adalah sesuai namanya yaitu kebangkitan ulama, yang itu berarti sebenarnya adalah upaya untuk mempertahankan Islam sebagai sebuah tradisi. Artinya NU dari awal berkomitmen untuk mengembangkan pola-pola Islam yang telah dikembangkan oleh para Wali Songo. Secara pribadi saya merasa bangga karena sudah memiliki gedung NU yang megah , semoga bermanfaat,”harapnya.

Sementara itu, Ketua PWNU Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar menyampaikan agar umat Nahdlatul Ulama juga turut serta mewujudkan komitmen kebangsaan melalui peran santri.

“Dulu komitmen kebangsaan diwujudkan dengan angkat senjata, namun cara itu belum relevan di masa sekarang. Sebab, bentuk penjajahan sudah berwujud pada digitalisasi, ekonomi, serta upaya merusak idealisme,” ujarnya.

Dikatakannya pula bahwa cara untuk memerangi penjajahan sekarang adalah menjaga integritas, menguatkan keilmuan, serta meneguhkan persatuan dan kesatuan.

“Yakni melalui penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas,” jelasnya.

Terlebih lanjutnya, karena NU memiliki ribuan santri, yang menurutnya pengembangan SDM santri sangat penting agar bisa menjadi pionir bangkit mengaplikasikan komitmen kebangsaan, mewujudkan motivasi NU dan membangun nasionalisme.

“Santri akan menjadi pemimpin masa depan. Bisa jadi, seorang santri kelak akan menjadi kiai. Dia menjadi panutan santri-nya. Integritas dan idealisme menjadi modal santri tersebut. Mereka bisa menguatkan komitmen kebangsaan di lingkungan santrinya,” terangnya.

Selain itu, santri yang terjun di masyarakat juga bisa menjadi panutan, sebab perilaku santri yang didasari integritas itu akan menumbuhkan empati dari masyarakat.

“Komitmen kebangsaan bisa diwujudkan pada implementasi kehidupan sosial,” tandasnya.

Ditempat yang sama, Ketua PCNU Kabupaten Bondowoso, KH. Abdul Qodir Syam menyampaikan, pemuda sekarang adalah pemuda di masa depan. Itulah isi dari hadis nabi yang kita dengar sehari-hari. Pesan dalam hadis itu adalah agar generasi muda saat ini, dipersiapkan untuk melanjutkan perjuangan para pendahulunya kelak.

“Baik pendidikan agama ataupun pendidikan yang lainnya. Dalam hal ini kita patut memperhatikan nasib NU di masa depan adalah bergantung kepada pemuda NU di masa kini. Maju mundur NU ada di tangan mereka. Oleh karenanya menjadi penting adalah mempersiapkan mereka sedini mungkin dengan membekalinya dengan nilai-nilai ke-NU-an.Dengan ini betapa pentingnya pendidikan kader NU,” tandasnya. [san]

Tags: