KKN Untag Surabaya Percantik Desa Plunturan Ponorogo

Mahasiswa peserta KKN dari Untag Surabaya mempercantik jalanan di Desa Plunturan Ponorogo dengan lukisan motif bunga, Selasa (14,1). [abednego]

Ponorogo, Bhirawa
Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo memang dikenal sebagai desa yang asri dan terus melestarikan budaya setempat, seperti Reog Onggopati. Disamping itu Desa Plunturan mempersiapkan diri menjadi Desa Wisata Budaya.
Persiapan itu mendapat dukungan dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Diantaranya dengan melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Plunturan pada 6 Januari hingga 17 Januari.
Menurut Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN Untag, Amalia Nurul, masing – masing mahasiswa berkontribusi sesuai dengan keahlian masing – masing. Seperti mahasiswa fakultas teknik, berkontirbusi dalam merancang beragram infrastruktur yang dibutuhkan di Desa Plunturan, diantaranya yakni dengan mempercantik jalan Desa yang dicat dengan lukisan motif bunga.
“Kontribusi yang dilakukan para mahasiswa kami pada KKN ini bertujuan mendukung Desa Plunturan yang mempersiapkan diri menjadi Desa Wisata Budaya,” kata Amalia Nurul, Selasa (14/1) ketika ditemui di lokasi KKN.
Sementara itu, salah mahasiswa fakultas sastra selaku peserta KKN, Amalisa menjelaskan, pihaknya melakukan pemetaan dan pengarsipan kesenian yang ada di Desa Plunturan, dan melakukan inovasi berupa pengolahan ubi menjadi brownies. Sebab Desa Plunturan terkenal akan sumber daya alam utama, yaitu ubi.
“Para mahasiswa juga berinovasi dengan membuat kreasi sovenir penciri Desa. Dengan harapan dapat menjadi oleh – oleh khas Desa Plunturan sebagai Desa Wisata Budaya,” ucapnya.
Amalia menambahkan, terlepas dari program yang ada pada kegiatan KKN. Seluruh mahasiswa peserta KKN turut juga dalam pagelaran ‘Festival Malam Bulan Purnama dan Gebyar Budaya’ di Desa Plunturan pada 11 Januari dan 12 Januari 2020. Adapun gebyar budaya di Desa Plunturan yang turut diikuti peserta KKN, diantaranya kesenian budaya Reog Onggopati dan gajah – gajahan.
“Mahasiswa peserta KKN juga turut ambil bagian dalam gebyar budaya di Desa Plunturan. Sekaligus sebagai bentuk dukungan dan melestarikan budaya Indonesia,” pungkasnya.
Selain mempunyai reog onggopati yang dikelola dan diturunkan secara lintas generasi. Keunikan lain yang dimiliki Desa Plunturan ini ialah keberadaan penari reog perempuan. Pertama kali dibentuk pada tahun 2012, kini para wanita dewasa maupun remaja di Plunturan mampu mengisi berbagai posisi pada penampilan reog.
Posisi penari reog wanita ini bisa berada mulai dari jathil, warok, ganongan, maupun barong. Meski sempat ditentang oleh beberapa pihak karena selama ini reog identik dengan laki-laki. Kini reog perempuan Desa Plunturan telah mengantongi izin dan terdaftar secara resmi di Dinas Pariwisata Ponorogo. [bed.yan)

Tags: