Komedi Demokrasi

Oleh :
Ananda Fitria Ramadhanti

Demokrasi
Terkesan mengadili nyatanya dikebiri
Terlihat menerangi ternyata membatasi
Penguasa Negeri yang terlalu banyak diskusi
Bilangnya menampung aspirasi rakyat
Nyatanya malah salah alamat

Lucunya Negeri ini
Demokrasi layaknya komedi
Mewajibkan rakyat berkontribusi dan berpartisipasi
Pada akhirnya dipaksa menyepakati
Komedi demokrasi
Hanya sebatas sebuah narasi
Demokrasinya politisi kaum-kaum berdasi
Yang terlalu banyak aksi

Tuan..Puan..
Taukah engkau
Rakyat menjerit dalam penderitaan!
Karna ulah kegaduhan dan keserakahan
Kau duduk santai melihat mereka dibantai

Kau sibuk bercengkrama dan asik tertawa
Diantara banyaknya yang terluka

Komedi Demokrasi
Politisi duduk dikursi
Rakyat tertindas dan terintimidasi
Ku tunggu amanat malah kau berkhianat
Ku meneduh malah kau membuat lumpuh

Komedi Demokrasi
Sudah terlahir tapi malah memilih mati
Berkedok Merdeka nyatanya membinasa
Bolehkah aku bertanya
Kapankah ini berakhir wahai penguasa ?

HANYA SEKEDAR JANJI
Oleh : Ananda Fitria Ramadhanti

Janji hanya sekedar janji
Mungkin hanya itu yang di ingat sekarang dan nanti
Aku tidak berdiam mematungi diri
Apalagi buta, tuli lalu pergi
Memang terasa sempurna
Tapi nyatanya lumpuh di Negri sendiri
Si manusia berdasi membisikan sumpah serapah
Seakan tembus ke nadi lalu di percayai
“Ini loh yang cocok memimpin Negri”

Aku yang menyoroti layar tv
Bosan melihat kau kesana-sini
Wara-wiri pagi siang hingga petang hari
Menebar janji yang tak bisa dihitung lagi
Mendenging dan membasi
Terkesan merakyat dengan blusukan
Menggandeng, merangkul
Nyatanya menang dengan suapan
Melontar senyuman dan berdemam “Pilih saya ya, Pak, Bu”

Haii!
Para petinggi negri
Si penghuni gedung negara
Asik tidur saat rapat paripurna
Membuat rakyat merodi dan sengsara
Janjinya perbaiki ini, perbaiki itu
Demi kemajuan infrastruktur Negara
Nyatanya kabur, asik berlibur bersama anak dan istrinya

Aku si rakyat biasa
Yang mencoba buka suara
Bukan mencaci
Tapi kau malah sibuk membala diri
Tak perlu memakai toa tuk berorasi
Hanya doa tuk petinggi negri
Agar tidak semakin menjadi

ADA APA DIBALIK LACI ?
Karya : Ananda Fitria Ramadhanti

Matahari tlah tenggelam
Menandakan waktu sudah malam
Kau yang beraksi diatas janji-janji
Bergerak, bergerik terlihat menepati
Berlari kesana kesini
Tengok kanan, tengok kiri
Ternyata malah bersembunyi dibalik laci

Tikus berdasi yang tak pantas jadi petinggi
Menganggap rakyat jelata
Bak seenggok daging yang tak punya mata
Dikiranya buta
Padahal tak didengar suaranya

Tikus berdasi yang tak punya harga diri
Berandalkan nyali, diiringi nafsu yang terus menggrogoti
Menyelip uang negara
Tuk kebutuhan hariannya

Di kira tak peka
Padahal sendirinya yang tak punya mata
Rakyat hidup sengsara, untuk makanpun uang tak ada
Tak mungkin kau melihat dengan mata butanya
Kau terlalu asik duduk berleha-leha
Menikmati secangkir kopi hangat
Tanpa perlu berkeringat

Hai para tikus berdasi!
Tempatmu bukan disini
Kau tak layak memimpin Negri
Percuma saja hanya mengotori
Lenyaplah saja!
Geruji besi trus menanti!

PENUH NYALI
Karya Ananda Fitria Ramadhanti

Langkah kaki tuk potret diri
Menanti hari tuk dijalani
Tak terasa waktupun tiba
Menata diri tuk memerangi rasa
Si manusia bernyali
Yang perlu bersiap diri
Lawan ketakutan berkedok ketidaksiapan
Kesana kemari nihil inovasi, bak ovum yang tak terbuahi

Hanya remang temani kegundahan
Liukan angin menenangkan, pada diri yang hilang harapan
Bak nelayan berlayar menggerakan
Perbanyak pikiran, perluas wawasan
Demi tujuan yang didambakan

Aku si manusia bernyali
Tak pedulikan diri sendiri
Menatap laptop hingga dini hari
Hingga jam menyita tidurku lagi
Manusia bernyali yang ingin terbang tinggi
Meski dipompa dan dilambungkan, terjatuh lagi diruang kegelapan
Ekspresi diri mulai menghilang
Tertutupi oleh topeng kepalsuan
Kulitku mengering, buluku merinding
Lupa asupan hingga tersisa tulang
Mata memburam tulisan berhamburan
Biarkan ia mengurai menjadi sebuah halaman
Meyakinkan diri terbentuk rapi agar cepat menjadi alumni

Aku si manusia bernyali
Gernyitkan dahi, langkahkan kaki
Beranikan diri menghadap si pemegang kunci yang tak mau berkompromi
Hanya revisi yang terdengar berulang kali
Keluar dengan hormat diiringi motivasi
Berjalan kaki menuju rumah yang tak nyaman lagi
Rasa pahit mulai terasa dipangkal lidah
Cairan mata berjatuhan pada permukaan bantal kesayangan
Tarikan nafas dari sisa udara yang singgah di rongga dada
Perlahan ikhlas menerima apa yang menimpa
Sepanjang hari duduk berhadapan
Mengadu mental, memusingkan namun menyenangkan
Penyebrang jembatan yang hampir menyerah tapi tak kunjung pulang
Semua dilakukan hanya untuk orang tersayang

RENUNGAN DIRI
Karya : Ananda Fitria Ramadhanti

Dalam gelap di kesunyian malam
Denting waktu trus berlari
Hari-hari mulai berganti
Tak mau berkompromi tuk sejenak berhenti atau sekedar dibatasi
Hadirkan kekosongan hati, pada tirai lamunan yang mulai membuka mimpi
Saat ku berdiam diri
Ku coba melangkah, meski tak tau arah
Ku coba bangkit, meski ku tau itu sulit
Ini adalah saatnya
Berkaca, lalu menyapa
Siapkah untuk menerjang meski diterpa cercaan?
Siapkah berlari meski telanjang kaki?
Hidup ini keras
Berbenahlah tuk ukir sejarah
Tak sudi bila menyerah

Kita memang tak meminta diciptakan
Tak memilih pula tuk dilahirkan
Namun dewasa harus bisa diandalkan
Tak semenyenangkan apa yang dibayangkan
Hidup ini tak menyebalkan
Hanya saja kurang mengenakan
Percayalah bahwa Tuhan tak ingkar janji
Dalam menakdirkan kepastian pada hambanya yang mencari
Meski beribu pertanyaan trus melambai
Memutar hati, memancing emosi
Hanya satu yang menggores hati
Mau jadi apa kelak nanti ?

————- *** —————

Biodata Penulis :
Ananda Fitria Ramadhanti, mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Lahir di Banyumas, 18 Desember 2001. Agama Islam. Hobi menulis, dan menyanyi.

Rate this article!
Komedi Demokrasi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: