Korban Leptospirosis di Kabupaten Probolinggo Terus Bertambah, Ada 4 Pasien Meninggal

Surveilans dan deteksi dini penyakit leptospirosis oleh tim BBTKLPP dengan sampel di Desa Sebaung, Gending.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pemkab Probolinggo, Bhirawa.
Penyakit leptospirosis di Kabupaten Probolinggo masih terus mengancam. Jumlah korban terus bertambah. Dua pekan lalu, hanya 24 orang. Kini, ada 26 orang. Dari jumlah itu, empat korban meninggal dunia. Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Probolinggo mencatat puluhan kasus itu tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Probolinggo. Di antaranya, di Kecamatan Leces, Banyuanyar, Kotaanyar, Paiton, Maron, Gending, dan Kecamatan Dringu.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Mujoko, Senin (21/8) mengatakan, adanya kasus di sejumlah wilayah ini terjadi karena lokasinya sangat rentan terjadi kontak langsung dengan reservoir leptospirosis. Di antaranya, tikus, anjing, kucing, kuda, kambing, serangga, dan kelelawar. “Jadi mudah menjadi sarang maupun mudah terjadi kontak langsung dengan reservoir,” katanya.

Bagi warga yang terkena virus leptospirosis, kata Mujoko, biasanya akan mengalami nyeri otot, badan terasa lemah, batuk, ruam kulit, dan mata kuning. Ia berharap masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan. Karena penyebaran virus ini dapat dicegah dengan kondisi lingkungan yang bersih.

“Kami terus melakukan advokasi dan sosialisasi penyakit leptospirosis ke masyarakat. Pengendalian faktor risiko leptospirosis, penguatan peran serta masyarakat melalui upaya PHBS dan penanganan penderita yaitu dengan perawatan di rumah sakit,” ujarnya.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica mengatakan, kasus terbanyak ditemukan bulan Juli. Yaitu, 13 kasus. Dari jumlah itu, empat kasus di antaranya meninggal. Empat kasus meninggal ini terjadi di Dringu dan Gending, masing-masing satu kasus. Lalu, di Leces ditemukan dua kasus meninggal.

“Kasus meninggal di Dringu terjadi pada Januari. Lalu kasus meninggal di Gending terjadi pada Februari. Dan dua kasus meninggal di Leces terjadi pada April dan Juni,” terangnya.

Dewi menjelaskan, penyebaran virus leptospirosis dapat terjadi melalui urine tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Lalu manusia yang berkontak langsung dengan urine tikus yang terinfeksi itu, bisa sakit leptospirosis.

“Kontak langsung bisa melalui kulit yang luka dan darah. Penularan tidak langsung bisa melalui genangan air, sungai, selokan, ataupun lumpur yang tercemar urine hewan yang sudah terinfeksi,” ujarnya.

Selain tikus, ada sejumlah hewan yang dapat menjadi reservoir leptospirosis. Sehingga, keberadaan mereka harus diwaspadai. Di antaranya, anjing, kucing, kuda, kambing, serangga, dan kelelawar.

Pada pasien yang terkena virus leptospirosis, biasanya akan mengalami nyeri otot, badan lemah, batuk, ruam kulit, dan mata kuning. Dia pun minta warga yang merasakan gejala itu untuk memeriksakan diri. Ia pun berharap, masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan. Sebab, kondisi lingkungan yang bersih dapat mencegah penyebaran virus tersebut.

Sementara itu, pengendalian penyakit zoonosis dilakukan Pemkab Probolinggo dengan melibatkan sejumlah pihak. Di antaranya, Dinas Pertanian (Diperta) bersinergi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.

Para pihak ini sebelumnya telah menggelar rakor pengendalian penyakit zoonosis. Mereka mendapatkan pelatihan investigasi kejadian luar biasa (KLB) wabah secara terpadu dengan pendekatan one health.

“Tujuan rakor yaitu membahas penyakit zoonosis. Yaitu, penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Salah satunya leptospirosis,” kata Kepala Disperta Kabupaten Probolinggo Mahbub Zunaidi melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner drh Nikolas Nuryulianto.

Rakor digelar untuk menyamakan persepsi terhadap penanganan dan pengendalian penyakit zoonosis di Kabupaten Probolinggo. Selain itu, juga untuk mengoptimalkan adanya koperasi, koordinasi, kolaborasi, dan komunikasi untuk penanggulangan zoonosis.

“Rakor tersebut juga bertujuan untuk bertukar informasi terkait data penyakit zoonosis di Kabupaten Probolinggo. Serta, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat di Kabupaten Probolinggo tentang penyakit zoonosis,” tambahnya.(Wap.bb)

Tags: