Kota Batu Siaga Potensi Bencana

Narasumber USAID APIK Herry Susanto, memberikan pemaparan terkait bencana alam dan penanganannya dalam lokakarya di Hotel Wijaya Kusuma, Batu.

Kota Batu, Bhirawa
Sebagai kota yang berada di pegunungan membuat Batu memiliki potensi mengalami tanah longsor cukup tinggi. Namun Kota Batu juga memiliki kesiagaan yang menunjukkan ketangguhan kota ini dalam merespon berbagai potensi bencana. Dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan tersebut, kemarin (8/2) bertempat di Hotel Kartika Wijaya Kota Batu, dilakukan lokakarya khusus untuk memantapkan Batu sebagai Kota Tangguh Bencana.
Lokakarya Batu Kota Tangguh Bencana diselenggarakan atas kerja sama Usaid APIK (Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan penilaian Kabupaten Kota Tangguh yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu (24/1),” ujar Ketua APIK Regional Jatim, Herry Susanto, Rabu (8/2).
Kota Batu berpotensi masuk dalam nominasi Kota dan Kabupaten Tangguh Bencana di Jawa Timur. Untuk itu Kota Batu harus memiliki dukungan kelembagaan yang siaga dalam penanganan bencana. Termasuk adanya kebijakan Pemerintah yang siap mendukung penanganan bencana.
“Dalam Kota Tangguh bencana ini harus ada keterlibatan SKPD, NGO, hingga unsur masyarakat yang sanggup memunculkan perbaikan ke depan,”jelas Heri.
Dan untuk menjadikan Batu Kota Tangguh Bencana maka semua elemen dilibatkan dalam lokakarya ini. Antara lain, Kantor Ketahanan Pangan, BMKG, PMK, Distan, Hasil Peternakan, Dinkes, Dispemberdayaan Perempuan, Dindik, Diskominfo, PHRI (Persatuam Hotel Restoran Indonesia-red), Kantor Perpus Arsip, BPBD, PMI, PDAM, Rumah Sakit, Dis PU Tata Ruang, hingga para Relawan Bencana.
Untuk melakukan penilaian terhadap ketangguhan bencana di Kota Batu ada beberapa indikator dalam penilaian. Indikator itu meliputi indikator kelembagaan, kebijakan, hingga pengelolaan keuangan daerah yang pro terhadap penanggulangan bencana daerah. Dan penilaian ini dilakukan oleh tim kecil dalam rentang waktu 3 hingga 4 hari ke depan.
Khusus Kota Batu, konsentrasi kegiatan masih berkutat pada penanganan longsor dan banjir. “Peran BPBD selama ini sudah aktif tinggal bagaimana komponen masyarakat lain untuk ditingkatkan peran dan keaktivannya,” jelas Heri.
Untuk itu dalam menjadikan Batu Kota Tangguh Bencana, maka harus ada kegiatan dari semua elemen untuk meminimalisir resiko bencana yang terjadi. Dan untuk Kota Batu ancaman terbesar adalah bencana tanah longsor, dan ancaman kedua terbesar adalah banjir.
“Memang bencana ini adalah bencana alam, namun terjadinya juga dipengaruhi prilaku manusia,”tambah Kasie Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Batu, Gatot Nugroho. Ia mencontohkan pentingnya melakukan mitigasi bencana dan menjaga eksistensi Sungai Brantas untuk mencegah bencana banjir. [nas]

Rate this article!
Tags: