Kunjungi Jombang, Emil Bagi Pengalaman Atasi Krisis Pertanian

Surabaya, Bhirawa
Calon wakil gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak didapuk untuk berbagi pengalaman terkait keberhasilannya dalam mengatasi krisis pertanian berupa anomali cuaca dengan musim hujan yang begitu panjang yang terjadi tahun 2016 di Trenggalek.
Keberhasilan ini yang menghantarkan dirinya mendapatkan penghargaan karena berhasil mengatasi krisis pertanian sekaligus menstabilkan angka pertumbuhan.
Saat menyampaikan pengalamanya, Emil sempat menyitir hasil studi ahli pertanian dari Boston Consulting Group. Ada beberapa hal penting yang menjadi arah pertanian masa depan. Diantaranya otomatisasi, teknologi precision dan konsolidasi lahan.
Untuk teknologi presision atau kemampuan memprediksi ini Emil menyebut dirinya punya pengalaman unik di lapangan. Dia mengaku sering mendapatkan pertanyaan dari para petani di Trenggalek terkait komoditas apa yang harus ditanam saat musim tanam tiba di masa anomali.
Dengan nada canda dan sambil tertawa, Emil menyebut dirinya seperti dukun saja. “Kulo nandur pari atau polowijo pak bupati (saya nanam padi atau palawija pak bupati),” tutur doktor studi pembangunan ini menirukan pertanyaan yang sering ia terima dari warganya itu.
Pertanyaan ini muncul karena normalnya dua kali musim padi dan sekali musim tanam palawija. Ini tak bisa dilakukan karena musim hujan yang panjang.Dari situ lanjut Emil dia memutuskan, sebelum petani ini pusing dirinya langsung menghubungi pemerintah provinsi dan pusat untuk mengatur ulang pola distribusi pupuk.
“Akhirnya berhasil ditukar dengan daerah lain di Indonesia, yang tadinya pupuk palawija bisa diganti untuk sawah basah,” urai suami Arumi Bachsin yang direspon serius para hadirin.
Hal lain yang disampaikan Emil terkait pengendalian hama dengan langkah yang tepat. Tidak membombardir hama tanaman dengan pestisida secara berlebihan. Emil juga menceritakan pengalaman menanggulangi hama keong sawah dengan pola memberikan media tersendiri seperti bambu. “Perlu kesabaran, kita perlu semacam brigade penanggulangan hama dan jangan lupa banyak berdoa,” tambahnya.
Sebelum menutup paparan panjangnya, Emil lalu menyampaikan perlunya pengembangan sumber daya petani ke depan. Banyak yang bisa dilakukan. Diantaranya memberikan pendidikan non formal kepada petani dengan melahirkan semacam sekolah lapang. Sekolah non formal ini diantaranya akan membahas soal fundamental dan praktis yang dihadapi petani di lapangan. [cty]

Tags: