Laboratorium Manajemen Sumber Daya Manusia

EmosiDiasuh Tim BDK Surabaya
Dr. H. Muchammad Toha, M.Si.
Aziz Fuadi, S.Sos., M.S.M.

Harian Bhirawa bekerja sama dengan Laboratorium Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Balai Diklat Keagamaan Surabaya menerima konsultasi tentang  manajemen SDM, mulai dari perencanaan, penempatan, pengembangan sampai dengan pemberhentian karyawan. Laboratorium ini juga mengupas tentang masalah-masalah lain yang berkaitan dengan issue Manajemen SDM, seperti motivasi, kepuasan kerja, konflik, stress kerja dan masalah lain yang dihadapi karyawan.  Kirimkan surat anda melalui email ke bdk_surabaya@kemenag.go.id. Surat juga bisa dikirim ke email: harian_bhirawa@yahoo.com dengan subjek surat “Laboratorium Manajemen SDM”. Kami akan dengan senang hati menjawab surat yang anda kirimkan dan memecahkan masalah yang Anda hadapi.
Menghadapi Rekan Kerja yang Berperilaku Buruk
Pertanyaan:
Bapak Pengasuh, saya Lisa dari Mojokerto. Saya bekerja pada sebuah instansi pemerintah. Saat ini saya berada pada lingkungan kerja yang kurang kondusif. Rekan kerja saya adalah seseorang yang berperilaku kurang baik, sering marah-marah, menggunjing atasan dan mengungkapkan keburukannya, sering  protes, namun tidak diimbangi dengan kinerja yang tinggi. Dia juga mempunyai kebiasaan memutar musik dengan volume yang tinggi, namun setelah itu ditinggalkan begitu saja dan tak kembali ke ruangan dalam jangka waktu yang relatif lama. Bagaimana Bapak Pengasuh  menghadapinya?
Jawab:
Ibu Lisa, perilaku  rekan kerja Anda tersebut adalah sebuah emosi yang ditunjukkan seseorang. Emosi bisa berujud rasa senang, sedih, tidak suka, marah, takut, kesal dll. Sedangkan emosi menurut Reisenzein dan Weber (2009) adalah subsistem dari personality (kepribadian). Ketika Anda menghadapi rekan kerja dengan tipe seperti itu janganlah berpikir untuk mengubah kepribadiannya namun carilah cara agar rekan kerja Anda bisa mengurangi kebiasaan buruknya dan memperluas batas zona kenyamanan Anda dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
Komunikasikan Ketidaknyamanan Anda
Mengomunikasikan ketidaknyamanan Anda dengan rekan kerja adalah cara terbaik untuk mengubah kebiasaannya. Carilah waktu yang tepat untuk membicarakan masalah tersebut dengannya, misalkan pada saat santai di mana ia tidak sedang dalam keadaan marah. Katakan sisi perilakunya yang membuat Anda terganggu, misalnya memutar musik  dengan keras. Katakan dengan santun agar rekan kerja Anda tidak merasa digurui atau dinasihati oleh Anda. Namun Anda pun juga harus siap mental jika ungkapan ketidaknyamanan tersebut membuat ia tersinggung. Terkadang orang dengan tipe seperti itu tidak mau menerima pendapat dari rekan kerjanya meskipun disampaikan dengan bahasa yang halus, logis dan mengena. Apalagi hal tersebut menyangkut masalah perilakunya. Ia merasa bahwa perilakunya benar dan orang lain akan berpendapat sama seperti yang ia pikirkan. Akan lebih sulit lagi jika ternyata rekan kerja tersebut lebih senior dari Anda. Ungkapan ketidaknyamanan Anda bisa-bisa dianggapnya sebagai bentuk perlawanan. Maka prediksilah reaksinya jika Anda mengutarakan ketidaknyamanan tersebut, karena yang tahu secara persis mengenai rekan kerja Anda adalah Anda sendiri.. Akhirnya Anda akan dapat menyimpulkan pilihan kata yang seperti apa yang sekiranya pas untuk mengungkapkan masalah tersebut dengan rekan kerja Anda agar tidak menyulut reaksi yang berlebihan dan membuatnya paham.
Kurangi Keterlibatan
Mengurangi keterlibatan  dengan rekan kerja Anda akan menghindarkan diri Anda dari aura negatif yang dipancarkannya. Perlaku negatif akan memancarkan aura negatif dan jika Anda seringkali  terlibat di dalamnya, maka hal tersebut akan mampu mengubah pola pikir Anda dan secara diam-diam bisa jadi Anda mengiyakannya. Jika Anda seringkali terlibat pembicaraan dengannya, tidak menutup kemungkinan “virus” dari rekan kerja Anda akan menular. Anda pun bisa jadi sibuk membicarakan orang lain hingga waktu Anda akan terbuang dengan percuma. Ketika Anda diajak terlibat dengan pembicaraan yang menggiring pada pikiran negatif alihkan pembicaraan tersebut atau mintalah permisi untuk meninggalkan ruangan. Jika hal tersebut tidak memungkinkan katakan bahwa Anda sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantor meskipun sebenarnya saat itu Anda tidak sedang mengerjakan pekerjaan yang dikejar deadline.
Fokuslah pada Pekerjaan
Tetap fokus pada pekerjaan adalah cara yang tepat agar Anda terhindar dari pengaruh buruk rekan kerja Anda. Ingatlah bahwa keberadaan Anda di kantor adalah untuk mengerjakan pekerjaan, bukan untuk mencari masalah atau membicarakan keburukan orang lain. Jika Anda biasanya begitu peduli dengan orang lain dan menjadi pendengar yang baik, cobalah kurangi kepedulian Anda untuk orang dengan tipe seperti rekan kerja Anda. Sikap rekan kerja Anda tidaklah membutuhkan kepedulian Anda dan akan sia-sia jika Anda mendengarkan segala pembicaraannya. Sibukkan diri Anda untuk mengerjakan pekerjaan kantor, urutkan prioritas dari pekerjaan yang belum Anda kerjakan dan kerjakanlah satu per satu. Jika rekan kerja Anda melihat bahwa Anda sibuk mengerjakan sesuatu, tak bakalan ia akan mengajak Anda berdialog karena orang dengan tipe seperti itu akan membutuhkan pendengar dan lawan bicara yang bisa diajak untuk berdiskusi, setuju dengan pembicaraannya, atau paling tidak memperhatikan apa yang dibicarakannya. Ia akan berharap bahwa apa yang ia katakan akan mendapatkan dukungan secara sosial. Jika dukungan itu tidak didapatkan dari Anda karena respon yang Anda tunjukkan tidak sesuai dengan harapannya, maka ia akan beralih ke orang lain yang dianggap bisa membrikan respon dan dukungan positif bagimya.
Perkuat Mental dan Perluas Batas Zona Kenyamanan Anda
Jika selama ini Anda bisa jadi takut atau jantung Anda berdetak lebih cepat bila melihat orang marah atau berbicara keras, maka mulailah  perkuat mental Anda. Anggaplah hal tersebut menjadi hal yang lumrah atau anggap saja Anda sedang melihat gambar kartun yang bermuka buruk. Selagi rekan kerja Anda tidak melibatkan diri Anda dalam sebuah pembicaraan, anggap saja hal tersebut sebagai angin lalu. Anggapan tersebut akan meningkatkan toleransi Anda terhadap kondisi yang tidak menyenangkan sehingga hal tersebut tidak akan menganggu pikiran Anda. Jika Anda merasa terganggu maka hal tersebut hanya akan membebani pikiran dan menjadi sampah dalam memori anda. Perluaslah batas zona kenyamanan Anda dengan menyadari bahwa perilaku manusia memang bermacam-macam, termasuk yang berperilaku buruk seperti rekan kerja Anda. Ingatlah bahwa tiap hari Anda akan bertemu dengan rekan kerja Anda dan jika Anda mempunyai perasaan terintervensi oleh perilakunya, maka yang rugi adalah diri Anda sendiri. Bisa jadi Anda tidak bisa konsentrasi terhadap pekerjaan atau perhatian Anda terpecah pada urusan yang merugikan Anda.
Jadikan Pengingat
Lingkungan ternyata memfasiloitasi kita untuk belajar dan mnegambil hikmah dari sebuah peristiwa. Perilaku buruk dari rekan kerja Anda cukuplah menjadi pelajaran bagi Anda bahwa ternyata perilaku seperti itu tidaklah layak ditampilkan di lingkungan kerja atau lingkungan sosial karena akan berdampak negatif bagi orang lain.  Hal tersebut akan menjadi pengingat bagi Anda untuk tidak berbuat seperti itu, sehingga perilaku Anda tetap terjaga dan selaras dengan norma yang ada. Pelajaran yang bisa Anda petik adalah bahwa “perilaku kita tidak selamanya akan dapat diterima sepenuhnya oleh orang lain, apalagi perilaku negatif. Selalu ada perpedaan persepsi pada tiap individu  tentang sebuah hal. Jalan yang terbaik adalah berperilaku sesuai dengan norma yang ada dan selaras dengan nilai-nilai universal yang telah diakui keberanannya. Kesalahan yang seringkali dilakukan seseorang adalah selalu mengukur orang lain berdasarkan pada persepsi kita, padahal individu adalah bukan makhluk sosial yang selalu selaras dan sebangun.” Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat.

                                                                                                          ———– *** ———–

Tags: