Madrasah dan Tantangan Masa Depan

Oleh:
Edi Sutomo
Staf Pengajar MAN 2 Kota Malang

Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional mempunyai peran yang strategis dalam membangun karakter bangsa melalui penanaman nilai-nilai keagamaan sebagai bagian dalam penyelenggaraan pendidikan disamping pemberian ilmu pengetahuan pada umumnya. Hal ini juga ikut berkontribusi dalam perluasan akses pendidikan nasional, membantu pencapaian wajib belajar, perkembangan ilmu pengetahuan, serta meningkatkan angka partisipasi sekolah di Indonesia.
Sebagai institusi pendidikan yang telah berakar cukup lama dalam kultur Islam, madrasah memiliki tantangan tersendiri dalam merespon perubahan dan perkembangan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan dan memberikan formulasi penyelesaian problem-probelm pendidikan yang ada. Madrasah dituntut untuk memiliki kemampuan merespon tuntutan zaman selain memberikan sisi optimisme bahwa bekal yang dimiliki madrasah dengan karakternya yang agamis, populis, beragam dan memiliki jumlah yang besar akan menjadi model pendidikan utama dimasa depan. Tentu saja optimisme ini tergantung dengan komitmen umat islam dan madrasah sebagai institusi.

Kebangkitan Agama (relegius revival).
Abad 21 memiliki ciri utama terjadinya ledakan revolusi teknologi komunikasi. Berbagai perangkat baik hardware maupun software berkembang begitu cepat membawa konsekuensi logis yang besar pula. Futurolog Jhon Naisbit dan Patricia Aburden meramalkan bahwa pada milenium ketiga ini, tidak diragukan lagi terdapat tanda-tanda kebangkitan agama dengan berbagai alirannya. Ariel Heryanto dalam bukunya Identitas dan Kenikmatan mengungkapkan bahwa salah satu ciri paling mencolok yang mewarnai dekade pertama Indomesia pasca orde baru adalah Islamisasi diberbagai lini kehidupan bangsa baik secara formal maupun kultural.
Ini menjadi modal yang luar biasa, setidaknya mampu mendorong budaya islam dikenal lebih luas termasuk bagaimana mengemas madrasah menjadi bagian dalam transformasi sosial budaya.Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas keagamaan madrasah mempunyai peluang lebih besar untuk berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik secara lebih efektif karena sudah memiliki perangkat yang lebih lengkap. Tren orang tua saat ini yang lebih nyaman menyekolahkan putra-putrinya ke madrasah tentu menjadi peluang tersendiri. Hal ini bisa membuka peluang partisipasi orang tua untuk mendukung pengembangan madrasah dari berbagai lini.

Diferensiasi Kurikulum
Madrasah yang sejak awal didesain untuk pengembangan ilmu keagamaan berimplikasi kepada adanya perbedaan program kurikulum dengan sekolah umum. Madrasah dengan kekhasan agama islam memiliki mata pelajaran tambahan yaitu Al-QurĂ¡n hadist, akidah ahlaq, fiqih dan sejarah kebudayaan islam tentu memiliki beban belajar dan struktur kurikulum yang berbeda pula.
Perbedaan jumlah mata pelajaran serta fokus dan tujuan berimplikasi diperlukan suatu desain kurikulum khusus. Kurikulum berdiferensiasi setidaknya ada normalisasi isi, proses, produk dan lingkungan belajarnya sehingga mampu memberikan ciri khas madrasah.
Kurikulum berdiferensiasi merupakan kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem eskalasi dan enrichment yang dapat memacu dan mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika, kreatif, sistematik linier dan konvergen guna menumbuhkan pencapaian yang maksimum bagi siswa . Fokus pengembangan kurikulum berdiferensiasi pada mata pelajaran berprinsip pada: (1) proses kegiatan belajar mengajar menekankan pada penyampaian konsep, (2) terdapat beberapa aspek yang mewakili karakteristik siswa, yang diwujudkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajarnya, (3) Assesment yang berbeda dibutuhkan untuk kelas yang berbeda pula. Penekanan pengembangan kurikulum pada dasarnya berusaha untuk menyesuaikan dengan kebutuhan, kondisi nyata di lapangan dan kemampuan siswa sehingga dalam penyelenggaraan pembelajaran yang selama ini menggunakan kurikulum nasional perlu penyesuaian mengingat kurikulum yang ada diperuntukkan untuk siswa reguler.

Penguatan nilai-nilai keislaman
Paradigma pendidikan masa kini tidak lagi pada “having” tetapi “being”, bukan “schooling” tetapi “learning”, dan bukan “transfer of knowledge” tetapi membangun jiwa melalui “transfer of values” lewat keteladanan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjembatani ini semua adalah penguatan internalisasi nilai – nilai keislaman di madrasah. Kita tentu paham bahwa internalisasi dapat dipahami secara mendalam sebagai sebuah proses penanaman sikap kepada pribadi seseorang dengan penghayatan, penguasaan, dan pendalaman sehingga dapat dicerminkan pada perilaku sehari-hari sesuai dengan harapan. Internalisasi merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dan diharapkan akan memiliki dampak masuknya sebuah nilai ke dalam diri seseorang. Nilai yang masuk melalui proses internalisasi diharapkan akan mampu menjadi pedoman bagi individu dalam berperilaku.
Setidaknya ada tiga pendekatan dalam penguatan internalisasi nilai – nilai keislaman. Pendekatan keteladanan, hal ini mutlak diperlukan untuk penguatan internalisasi nilai – nilai keislaman. Anak didik perlu role model dari manusia dewasa dalam penguatan karakternya. Pendekatan pengalaman, dalam hal ini anak didik diantarkan pada pengalaman keagamaan sampai sekiranya membekas dalam hidupnya, baik pengaruhnya kecil maupun besar terhadap perilaku keseharian mereka. Pendekatan pembiasaan, anak didik “dipaksa” untuk membiasakan diri mengaktualisasikan pengalaman-pengalaman keagamaan dalam berbagai bentuk kegiatan. Bahkan kalau perlu juga dijadikan bahan/materi evaluasi kelulusan
Secara umum penguatan internalisasi nilai – nilai keislaman tidak dapat datang secara tiba-tiba, melainkan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk sampai tercapainya tujuan. Proses ini memerlukan adanya bimbingan dan arahan yang holistik baik dari pendidik, orang tua, masyarakat, maupun teman sebaya. Dengan demikian, banyak faktor atau komponen yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses internalisasi. Terlebih pelaksanaan internalisasi nilai-nilai Islam dalam setiap proses yang ada di madrasah, diharapkan mampu memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan perilaku anak didik terutama pada bagaimana menjalankan nilai-nilai Islam dalam perilaku sehari-hari.
Untuk mewujudkan madrasah yang mampu menjawab tantangan zaman diperlukan kerjasama dari semua elemen, sehingga dimasa depan madrasah diharapkan ada pada barisan terdepan dalam mempelajari kemodernan dengan berakar pada nilai – nilai keislaman yang kuat.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: