Mahasiswa, Pemuda, dan Negara

Oleh:
Muhammad Yaufi Nur
Mahasiswa rantau asal Jawa Timur. Sekarang bermukim di Jakarta sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasantri Pondok Darus Sunnah.

Mahasiswa adalah sebutan bagi dia yang mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Mahasiswa adalah tingkatan berikutnya setelah seorang siswa duduk di bangku sekolah. Sebagai mahasiswa, banyak hal yang bisa dan ingin dilakukan oleh mereka untuk membuat dirinya aktif diberbagai bidang keilmuan dan pergerakan.
Perkembangan demi perkembangan ingin sekali mereka wujudkan, pertumbuhan demi pertumbuhan sering kali mereka tawarkan lewat aksi, inovasi, dan visi misi yang ditawarkan. Dalam hal ini mahasiswa merasa dituntut peka pada setiap hal yang terjadi di sekitarnya.
Sebagai elemen masyarakat dan rakyat yang sedang berproses dalam pendidikan, sebagian orang mengatakan bahwa mahasiswa haruslah kritis dan aktif menegakan kebenaran dan menumpas keburukan. Mahasiswa yang rata-rata tergolong usia remaja menginjak dewasa dengan semangat berkobar dan idealisme yang kental memang kerap kali tampil di depan untuk menyuarakan apapun yang patut mereka suarakan dan mengkritik apapun yang perlu dikrititk. Berbagai macam aspirasi, kontrol sosial, dan kritik saran selalu dihadiahkan pada pemerintah yang sedang berjalan. Dalam sejarahnya, mahasiswa memang berperan aktif mengawal bangsa dan menggerakkan masa untuk mengatasi setiap hal yang diduga kurang nyaman. Pada masa orde baru dan awal reformasi misalnya, mahasiswa adalah salah satu bagian rakyat yang turut serta aktif melawan rezim pemerintahan ketika itu.
Sifat kritis dan kepekaan sosial semacam itu merupakan hal yang wajar dan patut diapresiasi sebagai pemuda yang masih berproses dalam pendidikannya agar turut aktif mengawal bangsa. Dengan begitu, selain disibukkan dengan bidang akademik dan pendidikan di kampus, mahasiswa juga dapat membantu meninjau kinerja ke pemerintahan sebagai anggota negara yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat dan mengkaji setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai bidang yang mereka kuasai.
Namun dari pada itu, status mahasiswasebagai kaum pelajar yang dalam kesahariannya akrab dengan buku bacaan, diskusi, dan beradu argumenatasi, kadang kala terkesan terlalu liar menggunakan akal rasionalnya sehingga cenderung kritis pada setiap hal dan ingin mengutarakan setiap pendapatnya tanpa harus memandang situasi, kondisi dan bagaimana cara yang tepat dan santun digunakan ketika menyampaikan saran tersebut.
Mengingat begitu pentingnya kepekaan pada situasi dan kondisi serta cara tersendiri dalam menyampaikan saran pada siapapun, maka hal ini yang mungkin perlu diperhatikan dan dievaluasi kembali oleh siapa saja terutama mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang akan mengajukan kritik saran pada siapapun termasuk pada pemerintah. Dalam setiap isi yang baik akan tampak jelek dengan bungkus yang kurang baik, begitu pula dengan pendapat yang ditawarkan. Sebagus apapun argumentasi yang disampaikan akan terlihat kurang mapan dan cenderung tidak diterima tanpa adanya pemahaman dan kepekaan pada situasi, kondisi, dan cara tertentu yang tepat digunakan.
Keadaan yang demikian membuat mereka ingin selalu tampil dengan aksi demo dan memprotes setiap sesuatu, bahkan tidak menuntut kemungkinan mahasiswa sebagai kaum muda dengan semangat yang bergelora dan memiliki masa yang cukup banyak kadang kala dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu dan golongan tertentu. Hal ini perlu bersama disadari bahwa dalam proses pendidikan kampus, mahasiswa seharusnya tidak hanya bergelut dan menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan dan pergerakan kemahasiswaan, akan tetapi dirasa penting pula untuk sering kali melakukan kontak sosial dengan rakyat dari berbagai macam golongan dan berkonsultasi pada tokoh masyarakat agar mengerti dan peka pada setiap keadaan mengingat tokoh masyarakatlah yang cukup paham akan hal itu dan dapat memberikan arahan pada mahasiswa dalam setiap tindak tanduknya.
Berbeda kemudian ketika situasi benar-benar genting dan keadaan pemerintah sudah benar-benar kacau dan pemerintah mulai memandang sebelah peran serta mahasiswa, maka aksi-aksi dan cara-cara tertentu seperti mengangkat kartu kuning atau semacamnya yang telah terjadi pada Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, dirasa perlu untuk dilakukan.Tapi menurut hemat penulis, keadaan genting yang mengharuskan aksi semacam itu tidak sepatutnya dan belum saatnya terjadi pada negara kita saat ini. Meski dari berbagai pendapat negatif dan penelitian yang telah dilakukan yang berkesimpulan bahwa masih banyak pekerjaan rumah Bapak Jokowi yang belum terselesaikan, bukankah terasa lebih baik jika mahasiswa sebagai rakyat pelajar turut membantu pekerjaan yang belum terselesaikan itu dengan memberikan bantuan sosial dan terjun langsung ke lapangan. Jika memang dirasa perlu untuk berdialog dengan pemerintah, maka prosedur-prosedur tertentu haruslah diperhatikan.Memang benar adanya bahwa pemerintahan yang sepi dan anti kritik akan membawa pada sistem yang kurang rapi dan cenderung terlihat otoriter, seperti yang telah terjadi pada bangsa kita pada masa orde baru lalu. Namun bukankah juga penting disadari bagaimana cara yang tepat dalam memberikan sebuah krititkan itu sendiri.
Pemerintahan yang baik sebagaimana diutarakan oleh pakar kenegaraan adalah negara yang tegas dan menyimpan informasi penting yang tidak perlu disampaikan pada khalayak umum juga terbuka dan menerima kritik saran dari pihak lain dan rakyat sebagai kontrol kinerja. Dengan begitu sistem pemerintahan akan stabil dan aman di satu sisi juga terbuka dan lunak di sisi yang lain.
Oleh karenya, pemerintah juga perlu memberikan ruang dan kesempatan yang tepat pada siapa saja termasuk mahasiswa yang akan menilai kinerja kepemerintahan. Dengan begitu fungsi masing-masing dari pemerintah sebagai pelaksana negara dapat menyerap informsasi dan saran yang mungkin berguna sebagai bahan evaluasi begitu juga rakyat termasuk mahasiswa dapat memberikan kiritk dan saran yang mereka ingin sampaikan pada pemerintah tanpa harus merasa segan dan malu sehingga tidak lagi terjadi penampakan yang anarkis. Semoga Indonesia Sejahtera. Sekian.

——– *** ———-

Rate this article!
Tags: