Mahasiswa Untag Desain Pendidikan Vokasi ABK

Surabaya, Bhirawa
Minimnya lembaga pendidikan vokasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mendorong Adiyat Priyat Dofir, mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag 45) Surabaya, untuk mendesain SMK inklusif bagi mereka.
Pasalnya hanya 30% ABK yang bisa diterima di sekolah lanjutan. Apalagi di Surabaya, tahun 2018 sekitar 234 ABK lulus dari SMP, dan jumlah lulusan ini akan meningkat tahun 2020/2021 hingga mencapai 395 ABK. Desain SMK yang dimaksud mahasiswa Arsitektur Untag 45 Surabaya ini di Bidang keahlian Pariwisata.
Menurut Adiyat, istrinya sebagai pendamping ABK, sehingga dirinya paham perjuangannya mendampingi ABK di SMP untuk bisa melanjutkan sekolah sangat sulit. Selain banyak syaratnya, hanya ada ada empat SMA dari 23 SMA Negeri dan tiga SMK dari 10 SMK Negeri yang menerima ABK.
Dengan kebutuhan pendidikan vokasi sebagai bekal ketrampilan ABK, maka SMK bidang Pariwisata sangat ideal untuk ABK. SMK Inklusif yang dirancang Adiyat ini harus bisa memberikan kemudahan aksebilitas dalam ruang atraktif. Setidaknya ada empat program keahlian Yang diberikan ruang praktek terpisah di empat gedung.
“Di SMK inklusif butuh 1,5 kali lipat luasan dibandingkan yang reguler. Karena anak ABK biasanya butuh alat bantu dalam pembelajarannya makanya butuh lahan sekitar 2,9 hektar,” jelas alumni SMA IPIEMS ini .
Adiyat menjelaskan, sekolah untuk ABK ini membutuhkan lahan yang lebih luas karena di desain khusus untuk memudahkan ABK beraktivitas. Seperti halnya penataan ruang kelas yang berdekatan dengan ruang praktek. Sehingga mobilitas ABK menjadi lebih mudah.
“Makanya satu gedung dipusatkan untuk satu jurusan, jadi tidak perlu jauh – jauh untuk praktek setelah belajar materi,” lanjutnya.
Selain merancang sekolah, Adiyat juga telah mencari lahan yang ideal untuk dijadikan SMK Inklusif, yaitu di area Rungkut yang masih memiliki lahan kosong cukup luas. [ina]

Tags: