Makna dan Ritual, Penting dalam Dunia Virtual

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sinarto

Pemprov, Bhirawa
Kesenian dalam memasuki dunia virtual diharapkan tidak kehilangan makna dan ritualitasnya. Karena makna dan ritual itu bisa mengedukasi secara internal kepada penonton atau apresiatornya.
Kepala Disbudpar Jatim, Sinarto usai mengikuti dialog virtual yang diselenggarakan UPT Taman Budaya Jatim, Rabu kemarin, mengatakan, dalam dunia virtual, diharap seniman tak akan kehilangan kontrol atas estetika maupun filosofinya. ”Adanya pandemi Covid 19 ini, banyak hal yang mengubah kesenian dan kebudayaan. Salah satu jalannya yaitu memasuki dunia virtual,” ujarnya.
Sebelumnya, salah satu narasumber dalam dialog virtual Cak Durasim yang juga merupakan Guru Besar Universitas Negeri Malang, Djoko Saryono mengatakan, kebudayaan termasuk kesenian yang memasuki masa tidak terduga, ketidakkepastian, kemenduan, dan kompleksitas tinggi.
“Tapi kita harus sadar kalau pandemi corona ini merupakan salah satu bagian kecil yang menggempur kehidupan kita. Jadi pendemi Covid 19 ini merupakan salah satu disrupsi bencana alamiah,” katanya.
Dikatakannya, adanya pendemi ini maka nantinya harus bergerak kembali menata ulang tatanan kebudayaan dan kesenian secara besar besaran. Semua harus diriset kembali. Terpenting, sebagai pemangku kesenian, penggiat kesenian, juga pencinta kesenian itu harus bisa menavigasi kesenian kebudayaan didalam proses penataan ulang itu.
Semua bentuk kesenian dan kebudayaan kini harus mengikuti arus perubahan, bertansformasi, bergeser dengan membangun panggung digital. ”Jika tidak cepat mencari panggung digital. Maka tidak akan mendapatkan tempat. Untuk itu mari bersama bersemangat dalam perubahan itu meskipun tidak mudah,” paparnya.
Adanya perubahan ini, lanjutnya, UPT Taman Budaya Jatim diharapkan bisa juga membuat literasi pertunjukan digital. ”Tentunya didukung para seniman dan budayawan yang bisa melek terhadap teknologi,” katanya.
Sedangkan narasumber dari STKW Surabaya, Joko Prakoso mengatakan, adanya pendemi ini membuka kesadaran untuk mengelola seni pertunjukan tradisional dalam memperkaya dan memperluas ruang-ruang ekspresi.
“Kemudian menggunakan atau mengambil manfaat seni tradisi dalam konteks offline dan diperluas dalam panggung online. Suka tidaknya seniman harus bisa menguasai semuanya baik offline maupun online/virtual. Dunia maya dan real harus dikuasai,” ujarnya.
Dengan bergerak ke dunia virtual, maka bisa menjadi pendapatan tambahan bagi seniman dan budayawan itu sendiri. ”Tentunya mereka juga harus menggandeng berbagai pihak untuk bisa membuat kanal atau konten yang menarik. Sehingga dari online maupun offline, keduanya bisa diraih,” ujarnya. [rac]

Tags: