Manajemen Persis Solo Laporkan Wasit Tak Profesional

foto ilustrasi

Solo, Bhirawa
Manajemen Persis Solo telah melaporkan wasit yang memimpin pertandingan saat pertandingan sepak bola Liga 2 Indonesia antara tuan rumah Sragen United menjamu Persis Solo karena tidak profesional ke PSSI.
“Kami sudah melaporkan kejadian ketidakprofesional wasit yang memimpin pertandingan antara Sragen United menjamu Persis Solo, di Stadion Taruna Sragen, pada Minggu (30/4) petang,” kata Chief Executive Officer (CEO) Persis Bimo Putranto di Solo, Selasa.
Menurut Bimo Putranto wasit Bambang Setiono asal Malang yang memimpin pertandingan melakukan kegiatan yang dianggap tidak profesional. Wasit dengan jelas saat pemain Persis, Dedi Cahyono Putra, saat terjatuh dengan sengaja ditendang mukanya oleh kiper Sragen United, hingga tidak sadarkan diri dan kemudian dilarikan ke rumah sakit Sragen.
Namun, Wasit yang memimpin pertandingan membiarkan begitu saja dan tidak memberikan kartu tanda pelanggaran terhadap kiper Sragen United. Hal ini, yang memicu keributan antara pemain kedua kesebelasan.
Wasit juga melakukan kesalahan fatal, juga saat menghadiahi kartu merah kepada pemain Persis, Andre Oriza yang tidak melakukan kesalahan apa-apa. Wasit memberikan kartu merah berdasarkan bisikan pemain Sragen United, sehingga salah memberikan kartu merah kepada pemain yang tidak ikut-ikut apa-apa.
“Saya sangat menyayangkan kejadian ketidakprofesionalan wasit menjadi tidak baik dan wasit ini, tidak mengindahkan dari Ketua Umum PSSI Bapak Edi Rahmayadi yang menginginkan wasit harus profesional,” kata Bimo Putranto.
Ketua Umum PSSI juga berkeinginan membawa sepak bola Indonesia PSSI yang profesional dan bermartabat. Kejadian, di Sragen ini, tidak bermartabat, karena pada Liga 2 Indonesia merupakan sepak bola pembinaan bagi para pemain sepak bola Indonesia. Jika mental dan karakter dirusak siapapun akan mengganggu pembinaan sepak bola di Indonesia.
“Kami hanya berkeinginan permainan sportif, dan tidak saling memihak atau bertindak profesional. Kami tujuannya revolusi mental, baik pemain, pelatih, dan wasit yang memimpin pertandingan. Kami manajemen juga berkeinginan bertindak profesional tidak ada pembicaraan dibelakang sebelum bertanding,” kata Bimo Putranto.
Selain itu, Bimo Putranto juga menilai tidak ada kesiapan bagi Panitia Penyelenggara Sragen United karena pemain Persis yang tidak sadarkan diri jika terlambat mendapatkan pertolongan akan menjadi fatal bagi pemainnya. Dedi setelah kekurangan oksigen langsung hilang kesadaran. Untungnya tempat pertandingan stadion Taruna dekat dengan rumah sakit.
“Kami melihat tidak ada mobil ambulans yang parkir di stadion sebagai syarat untuk melaksanakan pertandingan sekelas Liga 2 Indonesia,” katanya.
Bimo menjelaskan Ketua Umum PSSI berkeinginan ke depan harus didukung semua pihak untuk lebih baik memajukan sepak bola Indonesia. Jika dari awal tidak melakukan yang positif keinginan Ketum PSSI akan sirna.
Persis Solo akan tetap menjunjung tinggi keinginan PSSI dan memohon Ketum PSSI untuk menindak tegas wasit-wasit atau siapapun yang merusak citra sepak bola di Indonesia.
Bimo Putranto kemudian memperlihatkan rekaman pertandingan saat kejadian pemain Persis Dedi Cahyono sengaja ditendang kepalanya dengan lutut kiper Sragen United. Namun, tidak diperingatkan oleh wasit yang kurang profesional.
“Kami sudah mengirimkan surat laporan kejadian itu, ke Komisi Disiplin (komdis) PSSI. Komdis rencana menyidangkan kasus kejadian di Sragen itu, pada tanggal 4 Mei mendatang,” kata Bimo.
Bimo berharap jika ada wasit yang tidak independen atau tak profesional jangan dipakai untuk pertandingan terutama khusus untuk Persis Solo ini.
“Kami ingin pertandingan murni baik bermain di kandang maupun tandang lawan, karena Liga 2 itu, untuk pembinaan sepak bola. Kami dicurangi di Sragen akhirnya juga mampu memenangkan pertandingan, tetapi saya menyayangkan karena untuk semua ini, pembinaan,” kata Bimo. [hel.ant]

Tags: